Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autisme yang kemudian sering disebut sebagai autisme adalah salah satu gangguan pada tumbuh kembang anak.
Menurut American Psychiatric Association, Gangguan Spektrum Autisme dikarakterisasikan dengan kesulitan melakukan komunikasi dan interaksi sosial serta memiliki pola yang terbatas dan berulang dalam perilaku, minat dan aktivitas. Karena kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku, terkadang perlu diperhatikan pula kebiasaan makan dan asupan gizi sang anak. Anak bisa saja hanya menerima makanan tertentu, menolak jenis makanan baru ataupun menjadi sensitif pada makanan tertentu.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan diet yang tepat bagi anak dengan autisme.
Menghadapi Picky Eater atau Memilih Pilah Makanan
Anak akan memiliki sensitivitas terhadap rasa, warna, bau dan tekstur makanan. Hal tersebut dapat menyebabkan anak menolak makanan tertentu atau hanya menginginkan makanan yang ia sukai saja.
Namun tentunya anak perlu mengenal beragam makanan dan menerima zat gizi yang ia perlukan. Sehingga orang tua perlu untuk menghadapi kondisi picky eater anak, bukan mengabaikannya hingga akhirnya memutuskan untuk selalu memberikan makanan yang ia sukai saja.
Membuat Jadwal Makan
Dilansir dari eatright.org, anak dengan autisme mungkin akan menghadapi kesulitan di waktu makan. Hal tersebut dapat disebabkan beberapa hal yang dapat menimbulkan stres pada anak seperti dapur yang sibuk, cahaya dan bahkan bagaimana perabotan rumah diatur. Membuat jadwal makan rutin dan dapat diprediksi dapat membantu hal tersebut. Dengan memberikan makanan pada waktu makan yang sama setiap hari dapat menjadi hal sederhana untuk mengurangi stress.
Membiarkan anak untuk membantu memutuskan jenis makanan yang akan dimakan atau memberikan kesempatan pada anak untuk memutuskan tempat duduk yang ia sukai, hal-hal tersebut dapat membantu anak untuk lebih mudah menikmati waktu makan.
Memilih Jenis Diet yang Cocok
Pada anak dengan autisme biasanya akan diberikan diet bebas gluten dan kasein yang disebut gluten-free/casein-free. Diet tersebut banyak disarankan karena mampu menurunkan gejala autis. Namun perlu diperhatikan juga bahwa diet bebas gluten dan diet bebas kasein dapat memicu defisiensi zat gizi atau kekurangan zat gizi yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pada anak.
Menurut Cekici dan Sanlier (2017), diet ketogenik atau membatasi karbohidrat juga mampu menurunkan gejala autis. Namun pembatasan karbohidrat juga berarti membatasi asupan energi pada anak. Sehingga sebaiknya diet tersebut sebaiknya dihindari agar tidak terjadi penurunan berat badan pada anak. Saran lainnya adalah mengonsumsi susu unta, kurkumin, omega 3 dan probiotik. Asupan tersebut dapat menurunkan gejala autisme.
Untuk makanan yang dibatasi diantaranya adalah gula, zat aditif atau zat tambahan pada makanan, makanan yang diberi pestisida, makanan olahan anorganik dan pati yang sulit untuk dicerna. Pembatasan dilakukan agar tidak memperberat gejala autis pada anak.
—
Anak dengan autisme kemungkinan akan mengalami defisiensi zat gizi tertentu maupun alergi terhadap makanan tertentu, sehingga perlu untuk melakukan pemeriksaan.
Setiap anak juga memiliki kebutuhan yang berbeda dan sensitivitas yang berbeda pada makanan. Sehingga ada baiknya untuk berkonsultasi dengan ahli gizi terkait jenis makanan yang tepat untuk sang anak.
Sumber gambar : freepik.com
Penulis : Safira Rifdah Hafshah, S.Gz | Editor : Lilik Laras Shinta, S.Gz