Sering Minum Teh Setelah Makan? Ini Dampaknya!

 

Seperti yang kita tahu, banyak sekali orang yang senang sekali minum teh sebagai teman bersantai di sore hari atau untuk diminum setelah selesai makan. Bahkan rata-rata konsumsi teh penduduk di dunia sejumlah 120 ml/hari per kapita. Tahukah kamu? Indonesia menempati urutan ke-2 sebagai produsen teh di ASEAN dan urutan ke-8 sebagai produsen teh di dunia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara eksportir teh di ASEAN (urutan ke-2) dan dunia (urutan ke-7). Dengan tingginya jumlah produksi teh di Indonesia, tingkat konsumsi teh di Indonesia juga cukup tinggi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, jumlah konsumsi teh di Indonesia pada tahun 2012-2013 meningkat yaitu secara berturut-turut yaitu sebesar 0,52 Kg dan 0,62 Kg per kapita per tahun. 

Ternyata minum teh setelah makan bisa berdampak buruk bagi kesehatan lho! Penelitian yang dilakukan oleh Cornell University dan The USDA’s Agricultural Research Service (ARS) Ithaca, New York, Amerika Serikat menunjukkan bahwa kandungan tanin (polifenol) di dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi pada saluran cerna. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena zat tanin yang terdapat di dalam teh dapat mengikat zat besi pada sari makanan, sehingga penyerapan zat besi (Fe) di saluran cerna pun terhambat. Akibatnya, produksi haemoglobin dan sel darah merah (eritrosit) pun terganggu. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, maka dapat memicu terjadinya anemia defisiensi besi. 

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi, sehingga proses pembentukkan sel-sel darah merah (eritrosit) dan hemoglobin di dalam tubuh terganggu. Bila kadar haemoglobin di dalam darah menurun, dapat berdampak pada aliran oksigen di dalam tubuh. Tugas utama haemoglobin adalah mengikat oksigen di dalam darah, sehingga darah kaya oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh. Orang yang terkena anemia defisiensi besi dapat merasa sesak napas bila sedang melakukan aktivitas fisik ringan. Karena jumlah haemoglobin di darahnya sedikit, darah tidak bisa mengikat oksigen secara maksimal.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), proporsi anemia pada remaja putri mengalami peningkatan dari 37,1% (pada tahun 2013) hingga 48,9% (pada tahun 2018), dengan proporsi anemia berada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Kementerian Kesehatan  RI  (2013) menyebutkan anemia pada remaja putri menjadi masalah  kesehatan bila prevalensinya ≥20% maka anemia pada saat ini merupakan masalah kesehatan.

Nah apa saja gejala anemia? Menurut University of North Calorina (2002), gejala anemia diantaranya cepat lelah, kulit pucat, jantung berdenyut kencang & napas tersengal / pendek saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada, pusing, mata berkunang, tangan & kaki dingin. Di Indonesia, gejala anemia juga sering dikenal dengan sebutan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai. Dikutip dari Andriani M. dan Wirjatmadi B (2013) Dampak dari terjadinya anemia yaitu kesehatan reproduksi menurun, perkembangan motorik, mental, kecerdasan terhambat, menurunnya prestasi belajar, tingkat kebugaran menurun, hingga tidak tercapainya  tinggi  badan  maksimal.

Lalu apa hubungannya minum teh setelah makan dengan anemia defisiensi besi? Teh merupakan minuman mengandung zat tanin (polifenol) yang dapat menghambat proses penyerapan zat besi, karena tanin dapat membentuk ikatan kompleks yang tidak dapat diserap. Penelitian Thankachan (2008) yang dilakukan pada responden wanita menyimpulkan bahwa konsumsi teh 1 hingga 2 cangkir sehari dapat menurunkan penyerapan zat besi, baik pada wanita yang anemia atau tidak anemia. Pada penderita anemia defisiensi besi, konsumsi 1 cangkir teh sehari dapat menurunkan penyerapan Fe sebanyak 49%, sedangkan konsumsi 2 cangkir teh sehari dapat menurunkan penyerapan Fe  sebesar  67%. 

Penyelenggara Komite Pedoman Diet, Dr.D Raghunatha Rao mengatakan, “kopi dan teh perlu dihindari setidaknya 1 jam sebelum dan sesudah makan karena tanin hadir dalam teh dan kopi, sehingga mengganggu penyerapan zat besi”. Mengonsumsi teh bersamaan saat waktu makan dapat menurunkan penyerapan besi sampai 85% (Farida,dkk. 2007). Sedangkan mengonsumsi teh 1 jam sebelum / setelah makan dapat mengurangi daya serap sel darah merah terhadap zat besi sebesar 64% (Proverawati, 2004). 




Nah bagaimana cara meningkatkan penyerapan zat besi? Caranya dengan memperbanyak konsumsi makanan/minuman yang mengandung vitamin C seperti buah-buahan segar, jus jambu biji, sari jeruk, dan lain-lain. Buah-buahan segar seperti jambu biji, papaya, rambutan, jeruk, dll mengandung vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi sehingga bisa mencegah terjadinya anemia. Bila ingin mengonsumsi jus buah, jangan lupa untuk perhatikan jumlah gula yang digunakan dalam jus ya, karena bagaimanapun juga kita perlu membatasi gula, garam dan lemak dalam makanan sehari-hari. Batas gula yang dikonsumsi maksimal 50 gram gula (4 sendok makan gula) per hari. 

Jadi daripada minum teh setelah makan, lebih baik minum air mineral atau minuman lain yang mengandung vitamin C. Namun apabila tetap ingin minum teh, dianjurkan untuk mengonsumsi teh 2 jam setelah makan. Sangat mudah untuk diterapkan sehari-hari bukan? Semoga kita terhindar dari gejala anemia ya!



Referensi:

Andriani. M dan Wirjatmadi B. 2013. Pengantar Gizi  Masyarakat. Jakarta:  KencanaPranada Media Grup

Besral, dkk. 2007. “Pengaruh Minum The Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila Di Kota Bandung”. Makara Seri Kesehatan Volume 11 No.1.

https://www.kemkes.go.id/article/view/18112300003/pesan-untuk-remaja-putri-indonesia-cantik-itu-sehat-bukankurus.html#:~:text=Belum%20lagi%20tantangan%20anemia %20pada,tahun%20dan%2025%2D34%20tahun. 

I. Farida, L. Widajanti, and S. Pradigdo, “Determinan kejadian anemia pada remaja putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus tahun 2006,” Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), vol. 2, no. 1, Jan. 2014.

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2015). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Jurnal Kesehatan Volume VIII, Nomor 3, November 2017.

Kementerian Kesehatan  RI. 2013. Riset  Kesehatan  Dasar 2013.

Kementerian Kesehatan  RI. 2018. Riset  Kesehatan  Dasar 2018.

Outlook Teh (Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan). 2016. Sekretariat Jenderal Kementerian. Pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.  http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id. 

Proverawati, Atikah.2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Royani,Ida, Irwan,A., Arifin,Aridayanti. 2017. Pengaruh Mengkonsumsi Teh Setelah Makan Terhadap Kejadian Anemia Defisiensi Besi pada Remaja Putri. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1100035 

Zidni, Ilma Nafia and Waryana, Waryana and Almira Sitasari, Almira Sitasari and Irianton Aritonang, Irianton Aritonang (2018) Pengaruh Penyuluhan Gizi Dengan Media Aplikasi Mobile “Stop Anemia” Terhadap Pengetahuan Tentang Anemia dan Sikap Dalam Mencegah Anemia Pada Remaja Putri di Desa Tridadi Kabupaten Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *