Dehidrasi vs. Haus: Pahami Perbedaannya!

perbedaan-dehidrasi-dan-haus

Seringkali kita menganggap haus sebagai sinyal untuk minum air. Namun, penting untuk dipahami bahwa haus dan dehidrasi adalah dua hal yang berbeda. Haus adalah mekanisme alami tubuh yang memberi tahu bahwa kita perlu minum, sementara dehidrasi adalah kondisi medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, yang dapat berdampak serius pada kesehatan.

Apa Itu Haus?

Haus adalah reaksi alami dari tubuh saat kadar air dalam tubuh menipis. Ketika tubuh kekurangan air, otak akan memberi sinyal untuk merasa haus dan juga melepaskan hormon khusus yang membantu ginjal menahan air agar tidak cepat keluar lewat urin. Ini adalah cara tubuh mengingatkan kita untuk minum agar keseimbangan cairan tetap terjaga.

Selain itu, rasa haus juga bisa dipicu oleh mulut yang terasa kering, makan makanan tertentu, atau ketika kita merasa kepedasan dan ingin minum untuk meredakannya.

Lalu, Apa Itu Dehidrasi?

Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti diare, muntah, demam, atau keringat berlebih.

Gejala dehidrasi meliputi mulut kering, kelelahan, pusing, urin berwarna gelap, dan penurunan frekuensi buang air kecil. Dalam kasus yang parah, dehidrasi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan fungsi ginjal, kejang, atau bahkan kematian. 

Haus vs Dehidrasi: Mirip Tapi Nggak Sama

AspekRasa HausDehidrasi
Pemicu dan ResponApa yang kita rasakan ketika tubuh butuh minum, misalnya saat cuaca panas atau setelah olahraga. Kondisi dimana tubuh benar-benar kekurangan cairan, yang bisa membuat kita merasa lemas atau pusing
WaktuBiasanya baru terasa setelah tubuh sudah mulai kehilangan cairan.
Misalnya, kita baru merasa haus setelah lama beraktivitas di bawah terik matahari, padahal tubuh sudah mulai dehidrasi sejak sebelumnya.
Bisa muncul kapan aja dilihat dari indikator atau-tanda-tandanya seperti:Mulut keringHaus berlebihWarna urin gelapSakit kepalaKulit keringLemas, lesu
PengaturanHaus diatur oleh otak dan berbagai sinyal dari tubuh yang memberi tahu kita untuk minumDehidrasi menyebabkan reaksi tubuh yang lebih kompleks, seperti membuat urin lebih pekat agar cairan tidak cepat hilang dan keseimbangan cairan tubuh tetap terjaga

Siapa yang Berisiko Tinggi Dehidrasi?

Beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami dehidrasi yaitu:

  • Lansia: Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk merasakan haus menurun, sehingga lansia mungkin tidak menyadari bahwa mereka perlu minum lebih banyak.
  • Anak-anak: Anak-anak memiliki persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dan metabolisme (proses tubuh mengubah makanan menjadi energi) yang lebih cepat, membuat mereka lebih rentan terhadap kehilangan cairan.
  • Individu dengan kondisi medis tertentu: Orang dengan penyakit seperti diabetes atau gangguan ginjal memiliki risiko lebih tinggi mengalami dehidrasi.

Cara Mencegah Dehidrasi

1. Minum secara teratur 

Jangan tunggu sampai merasa haus untuk minum. Rasa haus sering kali muncul saat tubuh mulai mengalami dehidrasi ringan. Oleh karena itu, disarankan untuk minum air putih secara berkala sepanjang hari, terutama setelah bangun tidur, sebelum makan, dan setelah aktivitas fisik.

2. Perhatikan warna urin 

Urin yang berwarna  kuning muda hingga bening menunjukkan hidrasi yang baik, sementara urin yang kuning gelap atau kecokelatan bisa menjadi pengingat alami untuk minum air.

3. Konsumsi makanan kaya air 

Sekitar 20% dari kebutuhan cairan harian bisa diperoleh dari makanan. Buah dan sayuran seperti semangka, mentimun, jeruk, stroberi, dan selada memiliki kandungan air tinggi dan membantu menjaga keseimbangan cairan.

4. Batasi konsumsi kafein dan alkohol 

Kafein (dalam kopi, teh, soda) dan alkohol memiliki efek diuretik, yang artinya dapat meningkatkan produksi urin dan menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak cairan.

5. Sesuaikan asupan cairan dengan aktivitas 

Jika kamu berolahraga atau berada di lingkungan panas, tingkatkan asupan cairan untuk menggantikan cairan yang hilang melalui keringat. Minumlah sebelum, selama, dan setelah aktivitas fisik.

Kesimpulan

AppleFriends, memahami perbedaan antara haus dan dehidrasi sangat penting untuk menjaga kesehatan. Rasa haus adalah sinyal alami tubuh untuk mendorong kita minum air, tetapi bukan satu-satunya indikator yang dapat diandalkan untuk menilai status hidrasi (tubuh cukup cairan). Dehidrasi adalah kondisi serius yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan. Jangan tunggu haus dulu—biasakan minum air secara rutin dan kenali tanda-tanda dehidrasi sejak dini!

Baca Juga: Minum Air Saja Gak Cukup? Ini Cara Hidrasi yang Benar

Referensi

  1. Hydration and Thirst (2023), Elseiver
  2. Children’s Water Intake and Hydration: A Public Health Issue (2023), Nutrition Reviews
  3. Drinking Strategies: Planned Drinking Versus Drinking to Thirst (2018), Sports Medicine
  4. Understanding Dehydration: How Much Water Does The Elderly Need? (2020), Current Nutritional Medicine 
  5. Urine Color Analysis of Hydration Status in Employees Working in Bandung, Indonesia (2020), Althea Medical Journal
  6. How Much Water Do You Need? Harvard Health 
  7. Fluid Intake and Physical Activity Related to Dehydration in National University Students Jakarta (2020), Jurnal Ilmiah Kesehatan
  8. How Much Water Do You Need ? – Academy of Nutrition and Dietetics

Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *