Ini 7 Kebiasaan yang Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia!

kebiasaan-buat-hidup-bahagia

Di Denmark, sebuah negara yang selalu menempati peringkat teratas dalam World Happiness Report, ada konsep bernama “pyt”—sebuah kata sederhana yang berarti “sudahlah, biarkan saja”. Bukan sebuah bentuk kepasifan, melainkan penerimaan bahwa tidak semua hal perlu dikontrol. Di tengah dunia yang semakin kompleks, kebiasaan kecil seperti pyt ternyata memiliki dampak besar pada kebahagiaan sehari-hari.

1. Ritual Pagi yang Menenangkan, Bukan Memacu Adrenalin

Banyak orang memulai hari dengan memeriksa notifikasi, membaca berita negatif, atau langsung terjun ke daftar tugas. Padahal, penelitian Journal of Positive Psychology  menunjukkan bahwa 20 menit di pagi hari yang diisi dengan aktivitas bernuansa slow living. Seperti minum teh hangat sambil melihat cahaya matahari, menulis jurnal singkat, atau sekadar meregangkan badan dapat meningkatkan kadar serotonin hingga 31%. Sebaliknya, membanjiri otak dengan informasi sejak bangun tidur memicu kortisol, hormon stres yang membuat hari terasa lebih berat sebelum benar-benar dimulai.

2. Berjalan Kaki Tanpa Tujuan

Di Jepang, ada praktik bernama “shinrin-yoku” atau forest bathing—berjalan-jalan di alam tanpa tujuan tertentu. Studi dari Nippon Medical School menemukan bahwa mereka yang melakukan kebiasaan ini selama 15 menit sehari mengalami penurunan kecemasan sebesar 28%. Tidak harus di hutan, bahkan berjalan kaki di sekitar kompleks perumahan sambil memperhatikan langit atau suara burung bisa menjadi alternatif.

3. Membiarkan Diri Merasakan Emosi Sepenuhnya

Kebahagiaan bukan berarti terus-menerus merasa senang. Sebuah penelitian dari Harvard Medical School  mengungkap bahwa orang yang membiarkan diri mereka merasakan kesedihan, kecewa, atau marah—tanpa berusaha segera “memperbaikinya”—justru lebih cepat pulih secara emosional. Sebaliknya, memaksakan positivitas toxic (“Aku harus selalu bersyukur!”) sering kali memperpanjang penderitaan. Seperti kata psikolog Dr. Susan David: “Ketika kita memberi ruang bagi semua emosi, kebahagiaan yang muncul lebih autentik.”

4. Mengonsumsi Makanan yang Memberi Energi

Tubuh dan pikiran terhubung lebih erat daripada yang disadari. Dalam studi British Journal of Nutrition, partisipan yang mengurangi makanan ultra-proses dan beralih ke makanan utuh—sayuran, buah, kacang-kacangan, dan protein berkualitas—melaporkan peningkatan suasana hati dalam waktu dua minggu. Tidak perlu perubahan drastis; mengganti satu camilan olahan dengan kacang almond atau buah segar sudah memberi dampak.

5. Menciptakan Batasan dengan Teknologi

Rata-rata orang memeriksa ponsel 58 kali sehari, dan setiap interupsi digital membutuhkan 23 menit untuk kembali fokus. Kebiasaan kecil seperti menaruh ponsel di laci saat makan malam, atau menetapkan “no-screen time” satu jam sebelum tidur, terbukti mengurangi kelelahan mental. Di Prancis, konsep “droit à la déconnexion” (hak untuk memutuskan sambungan) bahkan sudah menjadi undang-undang sejak 2016.

6. Menemukan Flow dalam Aktivitas Sederhana

Flow—kondisi ketika seseorang sepenuhnya tenggelam dalam suatu kegiatan—dikenal sebagai salah satu kunci kebahagiaan. Tidak harus berupa hobi besar; kegiatan seperti menyiram tanaman, melipat baju, atau bahkan mencuci piring bisa menjadi meditasi bergerak jika dilakukan dengan kesadaran penuh. Penelitian University of Sussex menunjukkan bahwa orang yang memasuki flow setidaknya sekali sehari melaporkan tingkat kepuasan hidup 19% lebih tinggi.

7. Menutup Hari dengan Refleksi, Bukan Scroll Media Sosial

Daripada menghabiskan malam dengan menelusuri linimasa, beberapa menit refleksi bisa menjadi penutup hari yang lebih bermakna. Tidak perlu panjang; mencatat satu hal yang disyukuri, satu pelajaran hari itu, atau sekadar mengingat momen kecil yang menyenangkan sudah cukup. Studi University of Pennsylvania menemukan bahwa kebiasaan ini meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi kecenderungan overthinking.

Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebiasaan, Bukan Tujuan Akhir

Kebahagiaan tidak datang dari pencapaian besar, melainkan dari rangkaian momen kecil yang disadari sepenuhnya. Seperti kata filsuf Denmark Søren Kierkegaard: “Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dialami.” Mulailah dengan satu kebiasaan hari ini—tidak perlu sempurna, cukup konsisten. Seiring waktu, kebiasaan-kebiasaan kecil ini akan menenun diri menjadi kehidupan yang tidak hanya bahagia, tetapi juga bermakna.

Baca Juga: Bagaimana Tradisi Nyepi di Bali Mempengaruhi Kesehatan Mental?

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *