Data terkini dari WHO menunjukkan bahwa sebanyak 6 – 13% wanita usia subur mengalami gangguan hormonal PCOS (Polycystic Ovary Syndrome). Studi menyatakan bahwa prevalensi PCOS terus meningkat sejak akhir tahun 1900-an. Peningkatan ini memunculkan semakin banyak awareness dan concern dari masyarakat, terutama kawula muda.
Sayangnya, masih banyak sekali informasi salah yang beredar di internet. Berbagai mitos menakutkan dan pengalaman tidak menyenangkan dapat menurunkan harapan wanita dengan PCOS. Tidak perlu khawatir, Aplefriends. Berikut berbagai miskonsepsi terkait PCOS dan pembahasannya secara tuntas.
1. PCOS Sebabkan Wanita Tidak Bisa Hamil
Mitos pcos yang satu ini sering kali beredar di media sosial. Adanya gangguan hormonal memang dapat mengganggu proses kehamilan. Namun, faktanya, wanita dengan PCOS tetap bisa hamil!
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Springer pada tahun 2015 mengemukakan bahwa sebanyak 80% wanita dengan PCOS dapat hamil dengan bantuan intervensi obat clomiphene citrate oleh dokter. Sisanya, sebanyak 20% wanita dapat hamil secara alami dalam kurun waktu 6 siklus menstruasi.
Namun, perlu diperhatikan, Aplefriends, bahwa adanya PCOS ini dapat menjadi tantangan selama kehamilan dan meningkatkan risiko ibu serta janin mengalami komplikasi. Sehingga diperlukan konsultasi secara tepat dengan dokter agar kehamilan dapat berjalan lancar hingga persalinan nanti.
2. PCOS Hanya Dialami oleh Wanita Obesitas
PCOS dan obesitas memang berkaitan secara erat. Obesitas diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami PCOS melalui beberapa manifestasi seperti resistensi insulin ataupun sindrom metabolik yang dapat mengganggu kerja hormon di dalam tubuh. Meskipun demikian, tidak semua wanita dengan PCOS mengalami obesitas atau bisa dikatakan sebagai mitos.
Faktanya, sebanyak 38 – 88% wanita dengan PCOS memiliki berat badan lebih (overweight) atau obesitas. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa wanita dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) normal dapat mengalami PCOS. Oleh karena itu, ketahuilah gejala PCOS dan terapkan pola hidup sehat dari sekarang ya, Aplefriends!
3. Siklus Menstruasi Tidak Teratur, Sudah Pasti PCOS
Siklus menstruasi tidak teratur memang merupakan ciri utama dari PCOS. Namun, menstruasi yang tidak teratur juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti obesitas, tingkat stress, kebiasaan merokok, dan konsumsi obat-obatan seperti pil KB.
4. Semua Wanita dengan PCOS Memiliki Kista Ovarium
Wanita dengan PCOS belum tentu memiliki kista. Begitu pula sebaliknya, wanita yang memiliki kista di ovarium belum tentu didiagnosis mengalami PCOS. Secara klinis, diagnosa PCOS ditegakkan oleh tiga kriteria, yaitu:
- Amenorrhea = tidak mengalami/ siklus menstruasi tidak teratur.
- Berdasarkan hasil pemeriksaan sonogram
- Memenuhi kriteria Rotterdam (memenuhi lebih dari dua kriteria PCOS) = ciri Rotterdam meliputi adanya kista pada ovarium, hiperandrogenisme, dan anovulasi.
Selain kriteria di atas, terdapat observasi lain dari dokter dan data pendukung. Sehingga agar lebih pasti, Aplefriends dapat periksakan lebih lanjut ke dokter.
5. Tidak Perlu Khawatir Tentang PCOS Jika Tidak Berencana Hamil
Meskipun Aplefriends tidak berencana untuk hamil, PCOS tetap perlu mendapatkan perhatian penuh karena dampaknya pada kesehatan tubuh secara menyeluruh. PCOS dapat memunculkan gejala seperti adanya jerawat dan hirsutism (pertumbuhan rambut secara berlebih) serta masalah klinis seperti peningkatan risiko mengalami diabetes mellitus, hipertensi, dan sindrom metabolik.
Selain itu, PCOS diketahui dapat berdampak pada kesehatan mental. Hasil penelitian yang diterbitkan oleh Neuropsychiatric Disease and Treatment pada tahun 2016 menunjukkan bahwa prevalensi wanita dengan PCOS yang mengalami depresi dan cemas (anxiety) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (wanita sehat tanpa PCOS).
6. Hindari Gluten dan Produk Susu (dairy)
Apabila Aplefriends tidak memiliki kondisi yang mengharuskan hindari makanan bebas gluten (gluten-free) atau produk susu, maka kedua makanan itu sah-sah saja untuk dikonsumsi!
Larangan konsumsi gluten ditujukan bagi seseorang dengan penyakit celiac atau yang sensitif terhadap gluten sehingga tubuh tidak bisa mencerna gluten. Sedangkan produk susu (dairy) umumnya dihindari oleh seseorang dengan intoleransi laktosa.
Justru, susu baik bagi wanita dengan PCOS untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, kalsium, asam folat, dan kalium yang meningkat. Meskipun susu rendah lemak diketahui dapat membantu meningkatkan kerja insulin.
Sebaiknya, Aplefriends konsultasikan lebih lanjut pada ahli gizi untuk mengetahui makanan apa saja yang baik untuk kamu konsumsi.
7. Diet Keto Wajib Bagi Wanita dengan PCOS
Diet ketogenik pada dasarnya merupakan diet yang membatasi asupan karbohidrat (karbohidrat rendah) dan tinggi protein. Umumnya diet ini ditujukan untuk menangani pasien dengan penyakit saraf, namun studi terbaru menemukan bahwa diet keto dapat diterapkan bagi pasien dengan penyakit metabolik. Terutama bagi pasien dengan PCOS yang mengalami resistensi insulin.
Namun, karena diet keto ini sangat rendah kalori, tidak semua orang cocok untuk menerapkan diet ini. Terlebih apabila makanan yang dikonsumsi terlalu rendah kalori. Sehingga, perlu konsultasi bersama ahli gizi profesional agar manfaat dari diet yang diterapkan dapat optimal.
Nah, itu tadi 7 mitos terkait PCOS yang paling sering beredar di internet. Dengan adanya penjelasan tadi, diharapkan dapat menjawab keraguan ataupun pertanyaan dari Aplefriends ya. Peduli sehat hari ini, kenali PCOS sejak dini!
Baca juga: Apakah PCOS Boleh Minum Kopi Susu? Begini Penjelasannya!
Referensi
- Dairy-free and gluten-free for PCOS? | The Cultural Dietitian
- Ketogenic Diet as Medical Prescription in Women with Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) (2023), Current Nutrition Reports
- How to Get Pregnant with Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) | healthline
- Getting Pregnant with PCOS: A Case-Based Guide to Clinical Endocrinology (2015), Springer
- Obesity and Polycystic Ovary Syndrome: Implications for Pathogenesis and Novel Management Strategies (2019), Clinical Medicine Insights: Reproductive Health
- Polycystic ovary syndrome | World Health Organization
- Polycystic Ovary Syndrome: A Disorder of Reproductive Age, Its Pathogenesis, and a Discussion on the Emerging Role of Herbal Remedies (2022), Frontiers in Pharmacology
- Polycystic ovary syndrome and mental disorders: a systematic review and exploratory meta-analysis (2016), Neuropsychiatric Disease and Treatment
- Polycystic ovary syndrome and its multidimensional impacts on women’s mental health: A narrative review (2024), Medicine
- The Impact of Irregular Menstruation on Health: A Review of the Literature (2023), Cureus
- The prevalence of polycystic ovary syndrome: A brief systematic review (2020), Journal of human reproductive sciences
Editor: Eka Putra Sedana