Masalah gizi di Indonesia masih menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan bangsa. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Tahun 2024, terdapat 19,8% balita pendek (stunting). Direktorat Gizi Masyarakat dalam programnya telah membuat 8 program gizi yang terbukti efektif selama 5 tahun terakhir dalam perbaikan gizi masyarakat salah satunya yaitu program pemantauan pertumbuhan balita.
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan erat kaitannya dengan bertambahnya ukuran fisik misalnya tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Penilaian aspek pertumbuhan anak akan dilakukan dengan pengukuran antropometri. Pengukuran tersebut meliputi penimbangan berat badan, pengukuran panjang/tinggi badan, dan lingkar kepala
Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan penimbangan yang dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan. Prinsip pemantauan pertumbuhan balita adalah semua balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhannya tiap bulan di Posyandu atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).
Pada Indikator dan Target Program Kesehatan Masyarakat dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2022-2024 capaian persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) untuk target 2024 sekurangnya mencapai 85% balita yang ditimbang. Pada Renstra (2018), capaian balita (0-59 bulan) di timbang secara rutin (≥8 kali) di Indonesia sebesar 54,6%. Jika dilihat dari target yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra Kemenkes tahun 2023-2024 capaian penimbangan balita di Indonesia masih kurang dari target.
Deteksi Dini Stunting melalui Pemantauan Pertumbuhan Rutin
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting terjadi dalam periode kritis kehidupan, mulai dari kehamilan hingga 2 tahun pertama kehidupan. Faktor utama penyebab stunting meliputi ketidakcukupan asupan nutrisi, infeksi berulang, serta faktor lingkungan yang tidak memadai.
Apabila balita stunting tidak terdeteksi sejak dini akan menimbulkan berbagai masalah lain, seperti pertumbuhan melambat (perawakan pendek), pertumbuhan gigi terlambat, dan kemampuan fokus dan memori kurang. Dampak lain yang terjadi yaitu menurunkan perkembangan kognitif anak, kekebalan tubuh melemah sehingga mudah sakit, serta resiko munculnya penyakit metabolik lain.
Pemantauan pertumbuhan pada balita berfungsi sebagai alat deteksi dini gangguan pertumbuhan, misalnya resiko gagal tumbuh, stunting, atau resiko gizi berlebih. Bila gangguan pertumbuhan terdeteksi, maka dapat ditindaklanjuti dengan tatalaksana asuhan gizi dan konseling atau rujukan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Selain itu pemantauan pertumbuhan balita secara rutin tiap bulan juga dapat menjadi catatan pertumbuhan dan perkembangan balita apakah telah mengikuti garis pertumbuhan sesuai usianya.
Dimana Balita dapat Dipantau Pertumbuhannya Tiap Bulan?
Posyandu menjadi salah satu tempat untuk pemantauan pertumbuhan balita rutin tiap bulan. Posyandu menjadi lokasi penimbangan yang mudah di akses oleh seluruh kalangan masyarakat. Kegiatan yang dilakukannya pun mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana (KB), imunisasi, perbaikan gizi, serta penanggulangan diare. Ibu bisa mendapatkan penyuluhan atau konsultasi terkait pertumbuhan dan perkembangan balita dengan petugas kesehatan (dokter, bidan, ahli gizi, dan promkes) pada jam buka posyandu dalam satu tempat, Ibu dan balita bisa mendapatkan akses kesehatan (imunisasi atau pemberian PMT bergizi) secara gratis, serta Ibu bisa saling bertukar informasi terkait pertumbuhan bayi dan balita dengan ibu-ibu sebaya atau kader Posyandu.
Apabila ibu tidak menyempatkan hadir dalam penimbangan balita rutin tiap bulan di Posyandu, pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan dengan meminta bantuan keluarga atau saudara yang dipercaya untuk datang ke Posyandu. Pemantauan pertumbuhan balita juga dapat dibantu oleh tenaga lainnya misalnya dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), dan Bina Keluarga Balita (BKB) serta dapat melakukan pemantauan pertumbuhan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain seperti, Puskemas atau Rumah Sakit.
Isu yang Wajib Dicegah dengan Cepat
Stunting memang masih menjadi isu dalam masalah gizi di Indonesia, namun stunting dapat dicegah sedini mungkin. Pencegahannya mulai dari pemenuhan gizi ibu sejak hamil, ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, MPASI yang berkualitas, serta terus pantau tumbuh kembang si kecil salah satunya dengan rutin melakukan pemantauan pertumbuhan balita tiap bulan. Pengetahuan dan kesadaran lingkungan terdekat terkait tumbuh kembang balita sangat diperlukan untuk kesehatan dan masa depannya yang lebih baik.
Baca Juga: Defisiensi Zink, Ancaman Tersembunyi Penyebab Stunting
Referensi
- Kemenkes, R. I. (2012). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Kemenkes, R. I. (2020). Panduan Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu untuk Kader dan Petugas Posyandu. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
- Kemenkes, R. I. (2020). Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat Dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 2024. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Kemenkes, R. I. (2020). Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2020-2025.
- Kemenkes. R I (2021). Petunjuk Teknis Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Kementerian Kesehatan RI.
- Kemenkes. R.I. (2025). Survei Status Gizi Indonesia 2024. Kementerian Kesehatan RI.
Editor: Eka Putra Sedana