Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan penyakit menular yang menyerang organ pernapasan dan dapat mengganggu keseluruhan fungsi organ tubuh. Berdasarkan data World Health Organization, Indonesia masuk dalam 30 negara dengan angka kasus TBC yang tinggi. Insiden TBC di Indonesia diperkirakan terjadi pada 316 per 100.000 penduduk.
Untuk mengonfirmasi kasus TBC pada pasien, diperlukan serangkaian pemeriksaan oleh klinik radiologi atau rumah sakit. Setelah melalui sederet pemeriksaan, pasien memerlukan penanganan yang tepat dari segi medis dan diet. Apa saja pemeriksaan dan penanganan diet yang dapat dilakukan? Simak penjelasan berikut!
Tuberkulosis, Penyakit Lama yang Masih Mengancam
Tahun 2021, Indonesia menempati ranking kedua tertinggi di dunia setelah India terkait insidensi penyakit TBC. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksius kronik dan berulang yang menyerang organ paru dan dapat menyerang organ tubuh lainnya akibat dari bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru, kulit, saluran kemih, hingga saluran makanan. Setelah masuk ke organ tubuh tersebut, bakteri akan berkembang biak dan menyebar melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Oleh sebab itu, infeksi TBC dapat menyerang organ tubuh selain paru-paru yaitu seperti saluran pencernaan, ginjal, otak, tulang, kelenjar getah bening, dan organ lainnya.
Gejala dan Cara Penyebaran yang Perlu Diketahui
Gejala yang umumnya ditimbulkan oleh penyakit TBC yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk darah, sesak nafas, lemas, berkeringat tanpa sebab di malam hari, dan demam hingga lebih dari satu bulan. Kondisi ini akan memicu penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua individu yang terinfeksi TBC akan menampakkan gejala. Inactive tuberculosis atau TB laten merupakan istilah dimana TB dalam kondisi dormant atau tidur dalam tubuh. Akan tetapi, TB akan aktif apabila sistem imun melemah sehingga bakteri semakin berkembang biak.
Infeksi TBC hanya dapat ditularkan oleh penderita yang mengalami infeksi TB paru aktif. Penyebarannya terjadi melalui droplet air liur atau dahak saat batuk atau bersin, menyanyi, tertawa, dan berbicara.
Pemeriksaan Penunjang untuk Mengkonfirmasi TB

Terdapat sejumlah langkah pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam mengonfirmasi hasil positif atau negatif TBC pada pasien.
1. Tes Sputum (Dahak)
Pemeriksaan dahak ini dilakukan dengan mengambil sedikit cairan dahak yang didapatkan dari pasien ketika batuk untuk kemudian dioleskan dalam kaca tipis. Adanya bakteri diketahui saat cairan dahak dicampur dengan tetesan bahan kimia dan dilihat di bawah bantuan alat mikroskop. Tingkat penyebaran penyakit dapat diketahui dari jumlah bakteri yang terlihat di mikroskop dari sampel dahak yang diambil.
2. Tes Darah
Darah yang diambil dari pasien suspect TBC akan dicampurkan dengan antigen kemudian laboran akan mengukur reaksi dengan menggunakan metode immunoassay.
Pada orang yang telah terinfeksi TBC, sel darah putih akan mengeluarkan protein bernama Interferon Gamma (IFN-γ) ketika bercampur dengan antigen dari Mycobacterium tuberculosis di laboratorium. Hasil dari pemeriksaan ini dapat berupa positif, negatif, atau tidak pasti.
3. Tes Kulit
Metode ini dilakukan dengan menyuntikkan larutan purified protein derivative (PDD) ke bawah kulit. PDD ini merupakan protein yang berasal dari Mycobacterium tuberculosis. Apabila pasien sudah pernah terpapar bakteri TBC, kulit akan memberi reaksi pada antigen yang disuntikkan dengan membentuk ruam merah keras dalam waktu 3 hari.
4. Rontgen Dada atau Chest X-ray
Rontgen dada merupakan prosedur tambahan yang dilakukan apabila hasil positif dan negatif dijumpai melalui berbagai tes di atas. Metode ini dapat menggambarkan keseluruhan organ paru-paru dan mengetahui adanya infeksi bakteri di organ tersebut. Hasil positif apabila jantung berada dalam kondisi normal tetapi terdapat awan putih yang menyebar di bagian tengah paru-paru.
Langkah Penanganan Tepat untuk Pasien Positif TBC
Pasien yang terkonfirmasi positif TBC perlu untuk ditangani secara tepat baik dalam segi medikasi dan aspek lainnya melalui penanganan berikut.
1. Konsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Prosedur pengobatan perlu ditempuh dengan konsumsi OAT (Obat Anti TBC). Pengobatan yang tekun dan teratur dapat berperan dalam menghentikan perkembangan penyakit, mencegah terjadinya penularan, dan membunuh bakteri penyebab infeksi TBC. Kegagalan pengobatan dapat terjadi apabila pasien tidak rutin minum obat atau berhenti sebelum jangka waktu 6-9 bulan, resistensi obat, atau kegagalan penegakan diagnosis di akhir pengobatan.
2. Intervensi Gizi
Nafsu makan dan berat badan yang cenderung menurun tajam pada penderita TBC akan mempengaruhi keseluruhan kondisi fisik pasien. Risiko malnutrisi pada pasien TBC dapat mengaktifkan kembali penyakit TB yang telah terjadi dan menurunkan efektivitas konsumsi OAT pasien. Pada penderita TBC, pasien akan mengalami sejumlah peningkatan kebutuhan sejumlah zat gizi di antaranya:
- Energi sebanyak 35-49 kkal/kg berat badan ideal (BBI). Sumber energi yaitu seperti nasi, kentang, gandum, dan rotiÂ
- Protein sebanyak 15% kebutuhan energi atau setara dengan 1,2 – 1,5 gram/kg BBI. Sumber protein diperoleh dari daging tanpa lemak, tahu, tempe, telur, susu, ikan.Â
Di samping kedua zat gizi tersebut, suplementasi terhadap vitamin juga perlu diberikan untuk meningkatkan sistem imun dari pasien dan mencegah terjadinya manifestasi klinis lainnya.
Dengan mengetahui pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat dilakukan pada individu suspect TBC, diharapkan awareness masyarakat akan TBC dapat meningkat. Kemudian, masyarakat dapat mengenali alur pemeriksaan kesehatan dan terapi yang perlu diterapkan dalam mencegah TBC!
Baca Juga: Asap Rokok, Ancaman Nyata Pneumonia pada AnakÂ
Referensi
- Tuberculosis: Causes, Symptoms, Treatment & Prevention | Cleveland ClinicÂ
- What Is a TB (Tuberculosis) Test? | Cleveland ClinicÂ
- Pemeriksaan TBC | Halodoc
- Pengaturan Makan dan Zat Gizi pada Tuberkulosis (TB) – Blog AhliGiziIDÂ
- Recent Review Tuberculosis in Indonesia: Burden and the Challenge of Under-Reporting (2025), Iranian Journal of Public Health
- Tuberkulosis Paru Post Wodec Pleural Efusion: Laporan Kasus (2022), Jurnal Medical Profession (Medpro)Â
Editor: Eka Putra Sedana