Fakta Medis di Balik Pembengkakan Wajah Penderita Bulimia

Bulimia merupakan salah satu jenis gangguan makan, dimana penderitanya sering memaksakan diri untuk mengeluarkan kembali makanan yang sudah dikonsumsi. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery melaporkan bahwa pembengkakan wajah ditemukan pada 10-68% pasien bulimia. Lalu, mengapa sebagian penderitanya mengalami wajah yang tampak membengkak? Apa yang sebenarnya terjadi pada kelenjar ludah hingga memicu perubahan tersebut?

Pembengkakan Wajah Akibat Bulimia 

Dalam sebuah laporan kasus yang dipublikasikan di Journal of Medical Case Reports and Case Series, terdapat seorang perempuan berusia 30 tahun dengan riwayat bulimia sejak usia 13 tahun serta kebiasaan merokok besar. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah menjalani pemeriksaan secara rutin.

Setelah melalui pemeriksaan fisik, hasilnya menunjukkan adanya edema parotis yang mengubah bentuk wajah, dan hasil CT scan memperlihatkan pembesaran simetris pada kedua kelenjar, dan berbagai tes laboratorium menyingkirkan penyebab infeksi maupun imun. Setelah sebulan, biopsi dilakukan dan hasilnya tidak menunjukkan adanya peradangan atau tumor.

Sebutan Medis Mengenai Kondisi Ini

Sialadenosis adalah kondisi medis berupa pembengkakan kronis pada kelenjar ludah besar. Pembengkakan ini biasanya terjadi di kedua sisi wajah secara simetris, tidak disebabkan oleh peradangan, dan bukan termasuk tumor. 

Kelenjar yang paling sering terpengaruh adalah kelenjar parotis, meski dalam beberapa kasus dapat mengenai kelenjar submandibula, dan sangat jarang terjadi pada kelenjar ludah kecil. Menariknya, kondisi ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun sebagian besar pasien mungkin merasakan nyeri ringan atau rasa tidak nyaman.  

Kaitan Antara Bulimia dan Sialadenosis

Bulimia tidak hanya berdampak pada pola makan, tetapi juga dapat memicu pembengkakan pada kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery melaporkan bahwa kondisi ini berhubungan langsung dengan frekuensi muntah paksa. Pasien yang memuntahkan diri 1-3 kali sehari berisiko lebih tinggi mengalami pembengkakan kelenjar parotis. Meskipun belum sepenuhnya jelas, mekanismenya diduga karena muntah berulang yang terus menerus merangsang kelenjar ludah untuk menghasilkan banyak air liur dan akhirnya membuat sel-sel kelenjar membesar.

Penjelasan ini diperkuat oleh penelitian dalam Journal of Medical Case Reports and Case Series. Mereka menambahkan bahwa sialadenosis juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain, seperti diet tinggi karbohidrat, malnutrisi, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga refluks asam lambung yang berulang. Pada pasien bulimia, kondisi ini makin parah karena pH mulut yang asam akibat muntah berulang, yang memicu aliran air liur meningkat dan menstimulasi pembesaran kelenjar. 

Mengenali Tanda Awal Sialadenosis

Kondisi sialadenosis memang sering tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, menurut National Journal of Laboratory Medicine, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai dan menjadi alasan untuk segera memeriksakan diri ke dokter, antara lain:

  • Pembengkakan yang berlangsung lama dan terus bertambah besar
  • Pembengkakan terjadi di kedua sisi wajah, terutama di area depan telinga atau bawah rahang
  • Bengkak terasa lunak, tidak nyeri, tetapi tidak hilang-hilang
  • Ada penyakit penyerta, seperti diabetes, gangguan hormon, atau kebiasaan minum obat tertentu
  • Tidak ada keluhan lain seperti sakit saat makan, tetapi bengkaknya tetap progresif
  • Pengobatan yang biasa tidak membantu, misalnya sudah minum obat anti nyeri atau antibiotik tapi pembengkakan tidak berkurang

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi (seperti USG atau CT scan), dan bila perlu FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) untuk memastikan apakah pembengkakan tersebut benar sialadenosis atau ada penyebab lain. 

Pilihan Penanganan yang Bisa Dilakukan

Eating Recovery Center memberikan beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembengkakan wajah karena bulimia, yaitu: 

  • Menghisap permen asam, seperti permen lemon atau permen keras rasa masam
  • Mengompres pipi dengan bantalan hangat beberapa kali sehari
  • Mengonsumsi obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen atau parasetamol

Seiring berjalannya waktu, kelenjar ludah biasanya akan mengecil kembali ke ukuran normal. Pada kasus yang lebih berat, dokter dapat meresepkan obat pilokarpin untuk membantu mengatasi pembengkakan. Sangat jarang pembengkakan berlangsung kronis dan tidak membaik dengan terapi. Jika itu terjadi, operasi parotidektomi bisa jadi pilihan terakhir. 

Namun, hal terpenting untuk benar-benar menghentikan pembengkakan adalah berhenti memuntahkan makanan yang sudah dikonsumsi dengan paksa dan penting untuk menciptakan hubungan baik dengan makanan. Tanpa menghentikan kebiasaan ini, pembengkakan wajah akan sulit diatasi meski sudah mendapatkan terapi medis.

Baca Juga: Bulimia Nervosa, Gangguan Makan yang Harus Kamu Kenali

Referensi

  1. Bilateral Parotid Sialadenosis Associated with Bulimia: A Case Report (2024), Journal of Medical Case Reports and Case Series
  2. Bilateral Parotid Sialadenosis Associated with Long-Standing Bulimia: A Case Report and Literature Review (2016), Journal of Oral and Maxillofacial Surgery
  3. Bulimia | Alodokter
  4. Bulimia’s Effects on the Face & Cheeks | The Bulimia Project
  5. Importance of Cytology in Diagnosis of Sialadenosis – A Rare Entity (2021), National Journal of Laboratory Medicine
  6. Sialosis or Sialadenosis of The Salivary Glands | Carver College of Medicine
  7. Why Purging with Bulimia Causes Cheek & Face Swelling | Eating Recovery Center

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner TikTok
Banner E1