Seperti yang kita tahu, saat ini Makanan Bergizi Gratis banyak menjadi sorotan masyarakat. Hal ini dikarenakan per akhir September 2025, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat kasus keracunan menu MBG mencapai 6.452 kasus.
Selain menyorot terkait kasus keracunan, beberapa lembaga dan masyarakat menyadari bahwa makanan produk ultra-olahan banyak dijumpai ada dalam menu MBG yaitu seperti susu berperisa atau snack tinggi natrium. Bagaimana dampaknya? Simak penjelasan berikut!
Ultra-Processed Food (UPF) Kok Ada dalam MBG?
Dokter Tan Shot Yen, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi IX DPR RI (22/9/2025) menyebutkan bahwa menu UPF menjadi makanan yang masuk dalam menu MBG. Beberapa makanan UPF yang disebutkan yaitu seperti spaghetti, burger, sejenis mie gacoan disertai dengan adanya susu kemasan, biskuit, dan makanan kering.
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mencatat bahwa penggunaan produk tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) ditemukan pada sebesar 45% dari sampel menu MBG. Adanya menu UPF dalam program MBG sangat tidak sesuai dan bertentangan dengan pedoman yang disusun Kementerian Kesehatan sebelumnya.
UPF Bertentangan dengan Peraturan Sebelumnya?
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan pasal 192 dan 200 menuliskan bahwa salah satu pengendalian faktor risiko PTM dilakukan dengan mengendalikan konsumsi gula, garam, dan lemak. Dengan MBG yang berisi produk kemasan tinggi gula dan garam secara tidak langsung bertentangan dengan peraturan yang telah disusun.
Kenali Apa Saja Ultra-Processed Food dalam MBG

Ultra-Processed Food (UPF) merupakan makanan yang telah diolah melalui proses industri yang mengandung tinggi kalori dan rendah zat gizi. Makanan UPF dilengkapi dengan penggunaan zat tambahan seperti pemanis, pengawet, dan perasa buatan.
Beberapa makanan yang masuk dalam kategori UPF dan terkadang ada dalam menu MBG yaitu seperti biskuit kering, sosis, nugget ayam, beef, dan susu berperisa. Pemberiannya dalam menu makan pemerintah yang dibagikan setiap hari kepada anak menyimpan bahaya tersendiri.
Protein UPF seperti Sosis dan Beef dalam Burger
Sebagian besar siswa sekolah sekarang ini memang terbiasa dengan konsumsi makanan-makanan yang diproses. Namun, bukan berarti pemberian makanan perlu menyesuaikan dengan kebiasaan anak apalagi apabila makanan tersebut kurang menyehatkan. Makanan UPF dan seperti makanan frozen food merupakan makanan dengan tinggi GGL sehingga berpotensi berdampak pada kesehatan anak jangka panjang.
3 Bahaya Konsumsi UPF dalam MBG!

Konsumsi Ultra-Processed Food dalam Makanan Bergizi Gratis dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak, yaitu sebagai berikut:
1. Mengaruhi Pemilihan Makanan Anak
Dengan preferensi anak konsumsi makanan yang diproses akan menjadikan anak cenderung tidak terbiasa mengonsumsi produk pangan lokal. Padahal sejatinya produk dengan UPF mengandung zat gizi yang minimal dan kurang memenuhi kebutuhan gizi aktual anak.
2. Meningkatkan Risiko Berat Badan Berlebih
Jika kalian ketahui, minuman kemasan yang berperisa cenderung memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Konsumsinya secara rutin selain berisiko meningkatkan risiko siswa mengalami peningkatan berat badan hingga berlebih dan hingga mengalami obesitas.
3. Meningkatkan Risiko Terjadinya Penyakit Tidak Menular
Konsumsi makanan Ultra-Processed Food dalam jangka panjang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami penyakit tidak menular ketika dewasa. Beberapa kondisi yang dikhawatirkan yaitu seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan lainnya.
Penambahan Susu Berperisa yang Tidak Perlu?
Mengapa susu kemasan dinilai tidak perlu? Berikut alasannya:
1. Pedoman Gizi Bukan Lagi 4 Sehat 5 Sempurna
Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 41 Tahun 2014. Konsumsi makanan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah porsi yang sesuai kebutuhan gizi. Susu tidak menjadi keharusan untuk dikonsumsi tetapi hanya menjadi alternatif protein hewani yang bisa dikonsumsi.
2. Susu Berperisa Kemasan Masuk dalam UPF
Susu kemasan berperisa telah dilengkapi dengan pemanis, perasa, bahkan pengawet buatan. Tertulis dalam pedoman bahwa karakteristik susu dalam petunjuk teknis standar susu program MBG 2025 adalah susu full cream tanpa pewarna dan tanpa tambahan gula dengan minimal susu 20%. Tetapi, realisasinya susu berperisa dengan gula yang tinggi tetap ditemui di beberapa wilayah.
Bagaimana Solusinya?
Dokter Tan Shot Yen menyebutkan bahwa untuk solusi konkret yang bisa dilakukan adalah dengan mengutamakan produk pangan lokal dalam menu MBG. Hal ini disebutkan beliau akan turut mengenalkan berbagai pangan lokal daerah pada anak-anak dari wilayah berbeda.
Dari penjelasan di atas, ultra-processed food menyimpan ancaman tersembunyi sehingga penggunaannya dalam menu MBG didorong untuk digantikan dengan pangan lokal. Saatnya lindungi masa depan generasi kita dengan memilih pangan lokal dan bukan olahan instan!
Baca Juga: Sering Makan Makanan Instan? Ini Arti UPF dan Risikonya!
Referensi
- Daftar Kasus Keracunan MBG di Berbagai Daerah Sejak Januari-September 2025 | Tempo
- Evaluasi Tiga Bulan MBG, Menu Tak Sehat dan Tata Kelola Masih Perlu Dikaji Ulang | CISDI
- Dampak Konsumsi Ultra-Processed Food pada Anak Usia Dini | Diet Partner
- Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 | BPK RI
- Petunjuk Teknis Standar, Penyediaan dan Distribusi Susu Pada Program MBG | Badan Gizi Nasional
- Permenkes No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang | BPK RI
Editor: Eka Putra Sedana