Bayi yang baru lahir rentan akan sejumlah permasalahan kesehatan. Pernahkah kalian melihat bayi yang berwarna kekuningan? Jaundice atau penyakit kuning cukup umum dialami oleh bayi yang baru lahir.
Pada sebagian besar kasus, jaundice tidak disebabkan oleh adanya penyakit tertentu dan dapat hilang atau pulih tanpa adanya penanganan khusus. Namun, hal ini terkadang mengkhawatirkan bagi orangtua. Mari pahami terkait jaundice atau penyakit kuning lebih dalam!
Kenali Gambaran Umum Penyakit Kuning
Jaundice berasal dari bahasa Perancis dengan “jaune” yaitu kuning. Kondisi ini ditandai dengan kulit, sklera, atau mukosa yang berwarna kuning. Pigmen berwarna kuning yang muncul pada anak ini terjadi karena adanya bilirubin.
Jaundice terjadi ketika bilirubin tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan menyebabkan jumlah yang terakumulasi dalam darah terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan kulit dan bagian putih dari mata menjadi berwarna kuning.
Klasifikasi Jaundice pada Anak
Gangguan ini dapat muncul beberapa hari atau minggu pertama kehidupan dari bayi. Menurut Hong Kong Medical Journal, jaundice dapat ditemui pada 1 dari 2500 hingga 500 newborns atau bayi baru lahir. Terdapat 4 jenis jaundice pada anak sebagai berikut:
1. Physiologic Jaundice
Jenis penyakit kuning ini tergolong ringan cukup umum dialami/ Tipe jaundice ini disebabkan oleh bilirubin yang tidak dikeluarkan dari tubuh dengan segera. Namun, pada umumnya hal tersebut dapat hilang dan pulih sendiri seiring dengan bayi mencapai umur 2 minggu. Perawatan dan penanganan khusus perlu dilakukan apabila gangguan tersebut terus berlanjut.
2. Pathologic Jaundice
Terdapat permasalahan kesehatan yang mendasari seperti genetik (sindrom Gilbert), penyakit infeksi, atau penyakit endokrin yang menyebabkan produksi bilirubin oleh hati tidak berjalan dengan baik. Dalam kasus ini, akar masalah jaundice perlu untuk ditangani terlebih dahulu.
3. Breastfeeding Jaundice
Kondisi ini banyak dialami pada bayi dalam minggu pertama kelahiran. Hal ini dapat disebabkan karena bayi tidak mendapat cukup ASI atau kesulitan menyusui lainnya.
4. Breast Milk Jaundice
Berbeda dengan breastfeeding jaundice, kondisi ini disebabkan oleh substansi atau isi dari ASI yang mempengaruhi mekanisme hati bayi dalam memecah bilirubin. Tipe jaundice ini bisa terjadi dalam minggu pertama kelahiran bayi dan membutuhkan 1 bulan atau lebih untuk menghilang.
Apa Saja Gejala Jaundice yang Bisa Dialami Anak?

Selain dari mata dan kulit, pada bayi dengan jaundice, urin atau buang air kecil akan terlihat berwarna lebih gelap. Terkait feses, normalnya, feses bayi berwarna kuning, oranye, hijau, hingga coklat. Akan tetapi, pada bayi dengan jaundice, warna feses akan menjadi lebih keabuan, putih, dan pucat.
Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Jaundice?
Beberapa bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami jaundice. Berikut merupakan sejumlah faktor yang berperan meningkatkan risiko jaundice pada bayi:
1. Konsumsi ASI
Air Susu Ibu (ASI) terkadang dapat menyebabkan bilirubin diproses oleh tubuh lebih lambat sehingga berdampak pada terjadinya jaundice. Namun, para orangtua tidak perlu khawatir, karena pada umumnya kondisi ini akan pulih dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
2. Prematur
Kondisi bayi yang lahir terlalu dini atau sebelum 37 minggu menjadi salah satu faktor risiko terjadinya jaundice. Hal ini dikarenakan hati cenderung belum berkembang dengan baik sehingga bilirubin tidak dapat dikeluarkan dan menumpuk dalam tubuh.
3. Adanya Memar Pasca Lahir
Pada beberapa kasus, adanya memar dapat meningkatkan risiko gangguan ini. Memar besar yang dalam proses pemulihan akan meningkatkan bilirubin bayi.
4. Mengalami Hipoksia (Oksigen Rendah)
Aliran oksigen yang rendah terutama ke organ hati dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hipoksia. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan konjugasi bilirubin hati sehingga berujung pada terjadinya jaundice.
Bagaimana Strategi Nutrisi Untuk Mencegah Jaundice?

Terdapat sejumlah langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah terjadinya jaundice pada anak untuk menjaga total serum bilirubin anak berada dalam batas normal.
1. Inisiasi Menyusui Dini
Menyusui dini dilakukan sesegera mungkin yaitu dalam rentang 1 jam setelah lahir. Inisiasi ini dilakukan baik oleh ibu yang melahirkan secara normal maupun caesar.
2. Berikan ASI Eksklusif pada Anak
ASI dapat diberikan pada anak sebanyak 8-12 kali/hari dan dilakukan setiap 2,5-3 jam. Penambahan makanan lain ketika anak masih berusia <6 bulan dapat mengganggu praktik menyusui dan meningkatkan risiko hiperbilirubinemia.
3. Pahami Sinyal Lapar pada Anak
Sinyal lapar anak seperti bergerak gelisah, gerakan tangan ke mulut, dan bersuara. Bayi perlu diberikan ASI sebelum mulai menangis dikarenakan menangis.
Tenaga kesehatan turut berperan dalam pencegahan yaitu dengan identifikasi dini risiko maternal dan risiko pada bayi yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia. Mari bersama cegah jaundice tuk wujudkan anak yang tumbuh dengan optimal!
Baca Juga: Vaksinasi Rotavirus, Upaya Preventif Risiko Diare pada Anak!
Referensi
- Jaundice in Children: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment | Nationwide Children’s
- Jaundice in Newborns: Symptoms, Causes & Treatment | Cleveland Clinic
- ABM Clinical Protocol #22: Guidelines for Management of Jaundice in the Breastfeeding Infant 35 Weeks or More of Gestation-Revised 2017 (2017), Breastfeeding Medicine
- Non-Invasive Estimation of Hemoglobin, Bilirubin and Oxygen Saturation of Neonates Simultaneously Using Whole Optical Spectrum Analysis at Point of Care (2023), Scientific Reports
- Neonatal Hemolytic Jaundice: Causes, Diagnostic Approach, and Management (2025), Children
- Jaundice in Infants and Children: Causes, Diagnosis, And Management (2018), Hong Kong Medical Journal
- Pendekatan Klinis Neonatus dan Bayi Ikterus (2023), Cermin Dunia Kedokteran
Editor: Eka Putra Sedana