Laporan dari badan pengawas pangan global menunjukkan adanya tren peningkatan frekuensi dan intensitas kasus keracunan makanan laut. Peningkatan ini seringkali bertepatan dengan fenomena alam yang dikenal sebagai Harmful Algal Blooms (HABs). Hidangan laut, yang merupakan sumber protein berkualitas tinggi dan sangat digemari, kini menghadapi tantangan serius.
Bagi masyarakat usia produktif yang tinggal di wilayah pesisir atau penggemar kuliner laut, informasi ini sangatlah penting. Bahaya yang mengintai tidak lagi sekadar bakteri atau pengolahan yang buruk. Ancaman yang semakin nyata berasal dari toksin yang diproduksi secara alami di lautan. Toksin ini masuk ke dalam rantai makanan.
Ini adalah sebuah ironi yang memilukan. Sumber daya yang seharusnya menyehatkan kini berpotensi membahayakan.
Senjata Biologis dari Alga Mikroskopis
Toksin laut bukanlah racun buatan manusia. Mereka adalah produk metabolisme dari alga atau fitoplankton mikroskopis yang hidup di perairan. Ketika kondisi lingkungan, seperti suhu air dan tingkat nutrisi, mendukung pertumbuhan eksplosif alga ini, terjadilah Harmful Algal Blooms (HABs). HABs sering disebut juga sebagai red tide atau pasang merah.
Alga-alga ini melepaskan toksin ke dalam air. Toksin ini kemudian diserap oleh makanan laut yang memakan alga tersebut. Toksin dapat terakumulasi di dalam jaringan kerang-kerangan, ikan, dan biota laut lainnya. Selain itu, toksin ini tidak memengaruhi rasa, bau, atau penampilan makanan laut.
Ahli Toksikologi Kelautan menjelaskan bahwa proses ini adalah biomagnification. Toksin terkonsentrasi semakin tinggi saat berpindah ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Toksin ini menjadi ancaman senyap bagi manusia yang mengonsumsi biota laut tersebut.
Jenis-Jenis Toksin dan Manifestasi Keracunan
Ada beberapa jenis toksin laut utama yang bertanggung jawab atas sebagian besar kasus keracunan seafood di seluruh dunia. Masing-masing toksin memiliki mekanisme kerja dan gejala keracunan yang spesifik.
1. Keracunan Saraf (Neurotoksik): Ciguatera
Keracunan Ciguatera disebabkan oleh Ciguatoxin. Toksin ini terakumulasi dalam ikan karang besar. Contohnya seperti kerapu, barakuda, atau snapper. Toksin ini tidak hilang melalui proses memasak.
Gejalanya sangat mengganggu sistem saraf. Gejala ini mencakup mati rasa pada ekstremitas, pembalikan sensasi suhu (merasa dingin saat menyentuh benda panas), mual, dan muntah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menekankan bahwa gejala Ciguatera bisa berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
2. Keracunan Paralitik (Paralytic Shellfish Poisoning/PSP)
PSP disebabkan oleh Saxitoxin yang ditemukan pada kerang-kerangan (tiram, remis, kerang hijau). Toksin ini menyerang sistem saraf dengan cepat. Gejala keracunan berupa kesemutan, mati rasa pada bibir dan lidah, pusing, dan dalam kasus parah, kelumpuhan pernapasan.
3. Keracunan Amnestik (Amnesic Shellfish Poisoning/ASP)
ASP, yang disebabkan oleh Domoic Acid, adalah kondisi yang jarang terjadi namun sangat berbahaya. Keracunan ini dapat menyebabkan mual, muntah, dan pada kasus ekstrem, kehilangan memori jangka pendek permanen (amnesia).
Perubahan Iklim dan Aktivitas Manusia
Peningkatan kasus keracunan laut tidak dapat dilepaskan dari perubahan lingkungan. Pemanasan global memainkan peran kunci. Suhu air laut yang meningkat menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan alga beracun. Alga beracun ini berkembang biak di perairan yang lebih hangat.
Selain itu, polusi nutrisi dari aktivitas manusia di darat memperburuk keadaan. Pupuk pertanian yang mengalir ke laut kaya akan nitrogen dan fosfor. Kedua nutrisi ini menjadi ‘makanan super’ bagi alga. Polusi ini mempercepat dan memperluas cakupan HABs.
Laporan Ilmu Kelautan Global menunjukkan korelasi yang jelas antara kenaikan suhu permukaan laut dan migrasi HABs ke wilayah baru. Ini berarti ancaman toksin laut kini menyebar ke perairan yang sebelumnya dianggap aman.
Menghilangkan Mitos Keamanan
Ada beberapa mitos yang harus dibongkar terkait keamanan makanan laut beracun. Salah satu mitos terbesar adalah memasak dapat menghilangkan toksin. Toksin laut yang neurotoksik, seperti Ciguatoxin dan Saxitoxin, bersifat tahan panas.
Mereka tidak akan hilang melalui proses pengukusan, penggorengan, atau pemanggangan. Tidak ada cara visual atau sensorik untuk mendeteksi kehadiran toksin ini. Kerang dari perairan yang terkontaminasi terlihat normal.
Oleh karena itu, kepercayaan diri pada pengetahuan penjual atau penampilan makanan tidaklah cukup. Keamanan harus didukung oleh sistem pemantauan kualitas perairan yang ketat.
Peran Pemerintah dan Konsumen yang Cerdas
Pencegahan kasus keracunan seafood memerlukan upaya bersama. Pemerintah dan badan pengawas pangan memiliki tanggung jawab besar. Tanggung jawabnya adalah melakukan pemantauan kualitas air laut secara berkala. Mereka harus mengeluarkan peringatan dini ketika terdeteksi adanya HABs.
Bagi konsumen, terutama masyarakat usia produktif, ada beberapa langkah proaktif yang dapat diambil:
- Bertanya tentang Sumber: Selalu tanyakan asal-usul seafood, terutama kerang-kerangan, yang akan dibeli. Hindari seafood yang berasal dari perairan yang sedang mengalami red tide.
- Batasi Konsumsi Ikan Karang Besar: Ikan karang besar yang tua memiliki akumulasi Ciguatoxin yang lebih tinggi. Memilih ikan yang lebih kecil dapat mengurangi risiko.
- Waspada Gejala: Jika merasakan gejala aneh setelah makan seafood, seperti kesemutan atau pusing, segera cari pertolongan medis.
Memilih dengan Kesadaran Penuh
Peningkatan kasus keracunan seafood akibat toksin laut adalah fakta yang tidak bisa diabaikan. Ini menuntut kita untuk bersikap lebih waspada terhadap makanan yang berasal dari laut. Toksin-toksin ini adalah ancaman tersembunyi yang tahan terhadap metode memasak.
Bagi setiap ApleFriends yang mengonsumsi makanan laut, jadilah konsumen yang cerdas. Prioritaskan seafood dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dukung kebijakan yang melindungi perairan dari polusi. Nikmati anugerah laut dengan kesadaran penuh. Memilih seafood dengan bijak adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.
Baca Juga: Warung Seafood Bu Rini Serangan: Menikmati Surga Kuliner Bali!
Referensi
- Toxic Effects and Tumor Promotion Activity of Marine Phytoplankton Toxins: A Review (2022). Toxins
- Human Poisoning from Marine Toxins: Unknowns for Optimal Consumer Protection (2018). Toxins
- Phycotoxins in Marine Shellfish: Origin, Occurrence and Effects on Humans (2018). Marine Drugs

