Self-diagnosed atau mendiagnosis diri sendiri telah menjadi tren yang semakin marak, terutama dengan akses mudah ke informasi medis di internet. Banyak orang merasa cukup percaya diri untuk menentukan kondisi kesehatan mereka hanya dengan membaca artikel atau menonton video tanpa berkonsultasi dengan tenaga medis. Namun, apakah ini tindakan yang bijak, atau justru berisiko?
Apa yang Menyebabkan Banyak Orang Melakukan Self-Diagnosed?
Internet menyediakan berbagai informasi kesehatan yang mudah diakses dalam hitungan detik. Dengan begitu, individu dapat mencari tahu tentang gejala yang dialami tanpa harus pergi ke dokter. Selain itu, ketakutan akan biaya konsultasi medis serta keterbatasan waktu juga menjadi alasan utama mengapa self-diagnosed semakin populer.
Beberapa orang juga merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah kesehatan mereka dengan dokter, terutama jika berkaitan dengan gangguan mental atau penyakit yang dianggap tabu. Dalam situasi ini, mencari jawaban sendiri melalui internet terasa lebih aman dan nyaman.
Apa Risiko dari Self-Diagnosed yang Harus Diwaspadai?
Mendiagnosis diri sendiri tanpa dasar medis yang kuat dapat membawa berbagai konsekuensi serius. Salah satunya adalah kesalahan diagnosis. Banyak penyakit memiliki gejala yang mirip, sehingga sulit bagi orang awam untuk membedakan mana yang benar-benar mereka alami. Misalnya, sakit kepala bisa disebabkan oleh stres, migrain, atau bahkan tumor otak. Tanpa evaluasi medis yang tepat, risiko salah mengartikan gejala sangat tinggi.
Selain itu, self-diagnosed juga dapat menyebabkan kecemasan berlebihan atau yang dikenal sebagai cyberchondria. Membaca informasi medis yang tidak sepenuhnya akurat dapat membuat seseorang percaya bahwa mereka menderita penyakit serius, padahal sebenarnya tidak. Kondisi ini dapat meningkatkan stres dan menurunkan kualitas hidup.
Bagaimana Dampak yang Muncul Akibat Self-Diagnosed?
Sumber: iStock
Mengandalkan informasi dari internet tanpa berkonsultasi dengan dokter juga bisa berakibat pada pengobatan yang salah. Beberapa orang mungkin akan mencoba pengobatan mandiri berdasarkan rekomendasi dari artikel atau forum kesehatan. Hal ini berisiko karena setiap kondisi kesehatan memiliki penanganan yang berbeda. Kesalahan dalam konsumsi obat atau terapi dapat memperburuk keadaan dan bahkan menimbulkan komplikasi berbahaya.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Medical Internet Research menunjukkan bahwa sekitar 60% orang yang melakukan self-diagnosed cenderung mengabaikan konsultasi dengan dokter. Akibatnya, banyak penyakit yang sebenarnya dapat ditangani sejak dini malah berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.
Apa Langkah yang Tepat untuk Menghindari Bahaya Self-Diagnosed?
1. Gunakan Sumber Informasi yang Kredibel
Pastikan informasi yang diperoleh berasal dari situs kesehatan yang terpercaya, seperti WHO, CDC, atau jurnal medis yang telah terverifikasi. Informasi dari sumber resmi cenderung lebih akurat dan berbasis penelitian ilmiah yang telah diuji.
2. Konsultasi dengan Dokter
Jika mengalami gejala yang tidak biasa atau berkepanjangan, segera temui tenaga medis profesional untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Dokter memiliki pengalaman dan alat yang diperlukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan dengan lebih tepat.
3. Hindari Membaca Informasi secara Berlebihan
Terlalu banyak membaca informasi medis bisa menimbulkan kecemasan yang tidak perlu. Fokuslah pada kondisi yang benar-benar dialami dan jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu tanpa bukti medis. Memilah informasi yang benar-benar relevan akan membantu mengurangi ketakutan yang berlebihan.
4. Jangan Mengandalkan Forum atau Media Sosial
Pengalaman orang lain tidak selalu relevan dengan kondisi yang dialami. Setiap individu memiliki faktor kesehatan yang berbeda, sehingga metode yang berhasil bagi seseorang belum tentu cocok untuk yang lain. Menggunakan media sosial sebagai satu-satunya sumber informasi medis dapat berisiko menyesatkan.
Self-diagnosed mungkin terasa praktis dan cepat, tetapi memiliki banyak risiko yang dapat membahayakan kesehatan. Meskipun informasi medis tersedia secara luas, tetap penting untuk mengandalkan tenaga medis yang berpengalaman dalam menentukan diagnosis dan pengobatan. Menjaga kesehatan bukan hanya tentang mencari informasi, tetapi juga mengambil langkah yang tepat untuk memastikan kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.
Baca juga: Revolusi Kesehatan Digital: Telemedicine dan Konsultasi Gizi Online Mengubah Gaya Hidup
Referensi
- Assessment of the Frequency of Online Searches for Symptoms Before Diagnosis: Analysis of Archival Data (2020), Journal of Medical Internet Research
- Patients’ Use of the Internet to Find Reliable Medical Information About Minor Ailments: Vignette-Based Experimental Study (2019), Journal of Medical Internet Research
- A Mixed Methods Systematic Review of the Effects of Patient Online Self-Diagnosing in the ‘Smart-Phone Society’ on the Healthcare Professional-Patient Relationship and Medical Authority (2020), BMC Medical Informatics and Decision Making
- The Phenomenom of Self–Diagnosis of Mental Health in the Era of Mental Health Literacy (2023), Journal of Education and Counseling
Author: I Putu Eka Putra Sedana
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien