Bisakah Pertanian Vertikal Menjadi Alternatif Lebih Baik dari Food Estate?  

Peningkatan kebutuhan pangan di tengah pertumbuhan populasi dunia membuat konsep inovatif seperti pertanian vertikal semakin diperbincangkan. Pertanian vertikal semakin dilirik sebagai solusi modern yang lebih ramah lingkungan dan efisien dibandingkan pendekatan konvensional seperti Food Estate. Dalam konteks Indonesia, Food Estate menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan, termasuk potensi kerusakan ekosistem dan kurangnya keberlanjutan. Peneliti lingkungan Prof. Herry Purnomo dari CIFOR menyebutkan, “Food Estate berisiko tinggi gagal jika tidak memperhatikan dampak lingkungan dan kesesuaian lahan, terutama karena proyek ini sering dilakukan di wilayah yang rentan seperti lahan gambut.”

Sebaliknya, pertanian vertikal menawarkan pendekatan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan masa depan. Model ini menggunakan ruang secara vertikal, memanfaatkan teknologi seperti hidroponik dan aeroponik untuk mengoptimalkan hasil panen dengan konsumsi sumber daya yang minimal. Dr. Agung Hendrawan, ahli agrikultur dari IPB, menegaskan, “Pertanian vertikal adalah solusi berkelanjutan, terutama di negara dengan tekanan lahan seperti Indonesia. Selain hemat ruang, metode ini juga mengurangi jejak karbon dan penggunaan air secara signifikan.”. Lalu, apa sebenarnya keunggulan pertanian vertikal, dan mengapa model ini dianggap sebagai alternatif potensial? 

Pernahkah Mendengar Istilah Pertanian Vertikal?  

Pertanian vertikal adalah metode pertanian yang dilakukan di ruang tertutup dengan memanfaatkan sistem bertingkat. Teknologi ini memungkinkan tanaman tumbuh dalam lingkungan yang dikontrol, seperti gedung atau kontainer. Sistem ini sering menggunakan hidroponik atau aeroponik serta pencahayaan buatan seperti lampu LED.  Berbeda dengan Food Estate, yang cenderung menggunakan lahan luas dan terkadang berdampak pada lingkungan, pertanian vertikal fokus pada efisiensi ruang dan penggunaan sumber daya.  

Beberapa negara telah memanfaatkan metode ini untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Misalnya, Jepang, melalui perusahaan seperti Spread Co., Ltd., telah mengembangkan pabrik tanaman yang mampu menghasilkan ribuan kepala selada setiap hari dengan konsumsi air yang jauh lebih rendah dibandingkan pertanian tradisional. Di Singapura, Sky Greens telah menjadi pionir dalam pertanian vertikal, membantu negara tersebut mengurangi ketergantungan pada impor pangan dengan menghasilkan sayuran segar di tengah keterbatasan lahan .

Selain itu, Amerika Serikat juga memanfaatkan teknologi ini melalui perusahaan seperti AeroFarms, yang menghasilkan berbagai sayuran hijau di lingkungan yang sepenuhnya terkendali tanpa tanah atau sinar matahari alami. Keberhasilan negara-negara ini menunjukkan bahwa pertanian vertikal memiliki potensi besar untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan secara berkelanjutan.

Mengapa Pertanian Vertikal Sangat Penting untuk Dilakukan?

1. Menghemat Lahan  

Salah satu keunggulan utama metode pertanian ini adalah efisiensi ruang. Dengan sistem bertingkat, area tanam bisa diperluas tanpa memerlukan lahan tambahan. Solusi ini sangat cocok untuk daerah perkotaan dengan keterbatasan lahan.  

2. Mengurangi Kerusakan Lingkungan  

Dalam praktik Food Estate, sering kali terjadi pembukaan lahan yang berdampak pada deforestasi. Pertanian vertikal, sebaliknya, tidak membutuhkan lahan baru sehingga membantu melindungi ekosistem alami.  

3. Penggunaan Air yang Lebih Efisien  

Sistem hidroponik yang digunakan dalam pertanian vertikal dapat menghemat hingga 90% air dibandingkan pertanian konvensional. Air yang digunakan dapat didaur ulang, mengurangi pemborosan sumber daya.  

4. Produksi Sepanjang Tahun  

Karena tanaman tumbuh dalam lingkungan yang dikontrol, pertanian vertikal memungkinkan produksi sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim. Hal ini memastikan pasokan pangan yang stabil.  

5. Dekat dengan Konsumen  

Kebanyakan fasilitas pertanian vertikal dibangun di dekat kota, mempersingkat rantai distribusi. Ini berarti produk segar bisa sampai ke konsumen lebih cepat, mengurangi jejak karbon dari transportasi.  

Bagaimana Antisipasi Menghadapi Permasalahan yang Muncul Jika Menggunakan Pertanian Vertikal?

Meski menawarkan banyak manfaat, pertanian vertikal bukan tanpa kendala. Biaya awal untuk membangun fasilitas dan membeli peralatan canggih cukup tinggi. Selain itu, teknologi ini membutuhkan energi yang besar untuk pencahayaan dan pengaturan lingkungan.  

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, biaya operasional pertanian vertikal diperkirakan akan menurun. Dukungan kebijakan pemerintah juga berperan penting untuk mempercepat adopsi teknologi ini.  

Mengapa Pertanian Vertikal Bisa Menjadi Pengganti Food Estate? 

Sumber: Website Freepik

Food Estate sering kali menghadapi kritik karena dampaknya terhadap lingkungan, seperti deforestasi dan perubahan penggunaan lahan. Pertanian vertikal, di sisi lain, memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan. Dengan efisiensi sumber daya dan potensi untuk diterapkan di area perkotaan, pertanian vertikal dianggap sebagai model pertanian masa depan yang lebih sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.  

Pertanian vertikal adalah inovasi yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan global. Dengan mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya, teknologi ini menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan sebagai pengganti Food Estate. Meski tantangan masih ada, potensi besar dari sistem ini membuatnya semakin relevan dalam diskusi tentang masa depan pertanian dunia.  

Baca juga: Pertanian Berkelanjutan Jadi Solusi Peningkatan Gizi Masyarakat, Benarkah?

Referensi

Author: I Putu Eka Putra Sedana

Editor: Rheinhard, S.Gz., RD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *