Kamu mungkin tak menyadarinya, tapi setiap kali nelayan melabuhkan perahunya, mereka membawa pulang paket nutrisi lengkap dari hasil laut indonesia yang harganya bisa sepuluh kali lipat jika dijual di supermarket organik luar negeri. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebut, 7 dari 10 orang di pesisir hidup sehat hanya dengan mengandalkan apa yang disediakan laut—tanpa suplemen mahal, tanpa impor.
Yang lebih mengejutkan? Ikan kembung di warung makan dekat rumahmu mengandung omega-3 2,6 gram per 100 gram, mengalahkan salmon Norwegia yang harganya selangit. Ini bukan sekadar klaim—Journal of Aquatic Food Product Technology membuktikan, beberapa seafood lokal kita punya kepadatan nutrisi 10-50 kali lebih tinggi daripada daging sapi atau ayam.
1. Ikan Kembung, Si Murah yang Mengecoh Dunia
Orang sering meremehkan ikan ini karena harganya tak seberapa. Tapi di balik tubuh kecilnya, ia menyimpan EPA dan DHA—dua jenis omega-3 yang jadi bahan bakar utama otak. Uniknya, kembung juga membawa vitamin D3 alami, nutrisi langka yang biasanya harus kita dapatkan dari sinar matahari atau pil.
Yang tak banyak diketahui: selenium dalam dagingnya bekerja seperti detox kit alami, membersihkan tubuh dari logam berat. Bandingkan dengan salmon impor yang justru berisiko terkontaminasi merkuri akibat rantai pasok panjang.
2. Kerang Hijau Sebagai Stok Senjata Mineral yang Terlupakan
Pernah melihat tumpukan kerang hijau di pasar tradisional? Itu bukan sekadar camilan. Satu porsinya bisa mencukupi 1.600% kebutuhan vitamin B12 harianmu—angka yang mustahil ditemukan dalam steak wagyu sekalipun.
Penelitian Food Chemistry menemukan fakta mencengangkan: zat besi dan seng dalam kerang ini diserap tubuh 40% lebih efisien daripada suplemen apotek. Ada juga glycosaminoglycans, senyawa yang biasanya dijual dalam bentuk kapsul untuk kesehatan sendi.
3. Rumput Laut Eucheuma, Superfood yang Tumbuh di Karang Kita
Petani rumput laut di NTT dan Bali mungkin tak sadar mereka menanam emas hijau. Jenis Eucheuma cottonii ini mengandung karagenan, bukan sekadar pengental alami, tapi juga prebiotik yang memberi makan bakteri baik di usus.
Yang sedang jadi perhatian ilmuwan: fucoidan di dalamnya menunjukkan potensi antikanker dalam uji laboratorium. Belum lagi yodium organik-nya yang lebih aman untuk tiroid ketimbang garam beryodium sintetis.
4. Cumi-Cumi, Sumber Taurin yang Salah Kaprah
Dituduh bikin kolesterol tinggi? Padahal, cumi justru mengandung taurin, asam amino yang menjaga kesehatan jantung dan mata—nutrisi yang sama ditemukan dalam minuman energi mahal. Tembaga di dalamnya membantu produksi sel darah merah, sementara fosfolipid-nya penting untuk regenerasi sel.
5. Teripang Emas Si ‘Ginseng Laut’ Warisan Nenek Moyang
Di China, teripang kering dijual dengan harga Rp 15 juta per kilo. Alasannya? Chondroitin sulfate alami di dalamnya bisa jadi alternatif untuk obat radang sendi. Ada juga plasmalogen, senyawa langka yang disebut bisa memperlambat penuaan otak.
Cara Mempertahankan Keajaiban Gizi Hasil Laut Indonesia
Kesalahan terbesar kita? Mengolah seafood seperti daging. Ikan kembung yang digoreng sampai garing bisa kehilangan 70% omega-3-nya. Padahal, mengukusnya 10 menit saja sudah cukup.
- Untuk kerang: Masak saat cangkang masih tertutup rapat—itu tanda ia masih hidup dan segar.
- Rumput laut: Jangan panaskan di atas 60°C agar enzimnya tak rusak.
- Cumi: Potong kecil dan masak cepat (2-3 menit) agar taurinnya tak menguap.
Studi Asian Fisheries Science membuktikan, teknik tepat bisa mempertahankan 90% nutrisi, sementara penyimpanan sembarangan menghilangkan separuhnya dalam 6 jam.
Laut kita murah hati, tapi bukan tak terbatas. Pilih cumi atau kembung ketimbang tuna yang overfished. Beli kerang yang dibudidayakan, bukan ditangkap liar. Dengan begitu, kamu bukan hanya sehat, tapi juga menjaga warisan ini untuk generasi berikutnya.
Jadi, masih mau mengabaikan kekayaan laut sendiri hanya karena terbiasa mengagung-agungkan makanan impor?
Baca Juga: SaveRajaAmpat: Menjaga Laut yang Menjaga Pangan Kita
Referensi
- Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (2023), Statistik Perikanan Tangkap
- Nutrient Recovery and Recycling from Fishery Waste and by-Products (2023), Journal of Environmental Management
- Fish as a Significant Source of Nutrients (2023), Journal Public Health Nutrition