Aroma robusta atau arabika yang mengepul dari cup holder sering dianggap sebagai jaminan kewaspadaan. Namun, di balik rasa pahit yang menenangkan, tersembunyi potensi bahaya yang tidak selalu disadari.
Kafein, dalam dosis sedang, memang meningkatkan kewaspadaan. Tetapi ketika dikonsumsi berlebihan, efeknya bisa berbalik arah. Tubuh yang semula terjaga bisa mengalami lonjakan energi yang tidak stabil, diikuti oleh penurunan drastis yang dikenal sebagai efek rebound. Dalam konteks menyetir, kondisi ini bisa sangat berbahaya.
Refleks yang Melambat dan Fokus yang Terganggu
Kafein bekerja dengan memblokir adenosin, senyawa yang memicu rasa kantuk. Namun, ketika kadar kafein terlalu tinggi, sistem saraf justru menjadi terlalu terstimulasi. Kondisi ini bisa menyebabkan tremor ringan, gelisah, dan gangguan fokus. Dalam situasi berkendara, di mana refleks dan konsentrasi adalah kunci keselamatan, gangguan ini bisa berujung fatal.
Efeknya tidak selalu langsung terasa. Beberapa pengemudi melaporkan bahwa setelah dua atau tiga cangkir kopi, tubuh terasa lebih ringan, tetapi pikiran justru melayang. Ini bukan sekadar sugesti, tetapi respons biologis terhadap kelebihan stimulan.
Efek Rebound dan Risiko Microsleep
Fenomena efek rebound, yaitu kondisi ketika tubuh mengalami kelelahan mendadak setelah efek kafein mereda. Dalam perjalanan panjang, terutama saat malam hari, rebound ini bisa memicu microsleep atau fase tidur singkat yang terjadi tanpa disadari. Meskipun hanya berlangsung beberapa detik, microsleep cukup untuk menyebabkan kendaraan keluar jalur atau menabrak objek di depan.
Kondisi ini diperparah jika kopi dikonsumsi sebagai pengganti tidur, bukan sebagai pelengkap istirahat. Tubuh yang dipaksa terjaga dengan kafein tanpa tidur cukup akan mengalami kelelahan sistemik yang tidak bisa ditutupi oleh stimulan apa pun.
Menyusun Strategi Konsumsi yang Aman
Kopi bukan musuh. Ia hanya perlu ditempatkan dalam konteks yang tepat. Satu cangkir kopi hitam sebelum berkendara bisa membantu meningkatkan fokus, terutama jika disertai dengan tidur singkat sebelumnya. Namun, mengandalkan kopi sebagai satu-satunya cara untuk tetap terjaga adalah strategi yang keliru.
Mengatur jeda istirahat setiap dua jam, membuka jendela untuk sirkulasi udara segar, dan menghindari makanan berat sebelum menyetir bisa menjadi pelengkap strategi keselamatan. Dalam hal ini, kopi adalah alat bantu, bukan penyelamat utama.
Menyetir dengan Kesadaran, Bukan Ketergantungan
Kopi bisa menjadi teman perjalanan, tetapi bukan pengganti istirahat. Bagi ApleFriends yang sering berkendara jarak jauh, memahami batas tubuh lebih penting daripada menambah dosis kafein. Dalam kabin yang sunyi dan jalan yang panjang, kesadaran adalah pelindung terbaik.
Karena dalam tubuh yang diberi jeda, bukan dipaksa, kewaspadaan bukan ilusi, tetapi refleks yang nyata.
Baca Juga: 4 Jenis Minuman Kopi yang Aman untuk Lambung
Referensi
- Impact of Caffeine Ingestion on the Driving Performance of Anesthesiology Residents After 6 Consecutive Overnight Work Shifts (2019), Anesthesia & Analgesia
- Associations between High Caffeine Consumption, Driving Safety Indicators, Sleep, and Health Behaviours in Truck Drivers (2020), Safety Science
- Effects of Acute Caffeine Consumption Following Sleep Loss on Cognitive, Physical, Occupational, and Driving Performance: A Systematic Review and Meta-Analysis (2019), Neuroscience & Biobehavioral Reviews

