Di Jepang ramen bukan sekadar mi berkuah kaldu dengan taburan topping, melainkan representasi budaya bangsa dan bagian dari gastrodiplomasi. Ramen merupakan comfort food yang digemari jutaan orang di seantero dunia. Mi berbahan dasar gandum yang disiram berbagai varian kuah shoyu, miso, shio, tonkotsu membuat banyak orang rela antre demi semangkuk kenikmatannya.
Konsumsi Ramen Berlebih Dapat Berakibat Fatal
Riset yang dipublikasikan Journal of Public Nutrition, Health and Aging bahwa orang yang makan ramen setiap hari memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan mereka yang menikmati ramen satu minggu sekali. Kepala penelitian Miho Suzuki menyebut penelitian ini melibatkan 6.725 partisipan terdiri dari 2.349 laki-laki dan 4.376 perempuan.
Responden tersebut dikategorikan berdasarkan frekuensi makan ramen dari yang jarang hingga rutin mengonsumsi ramen setiap hari dalam seminggu. Hasilnya, sekitar sepertiga partisipan yang rutin makan ramen setiap minggu diimbangi kebiasaan merokok, minum alkohol, dan pengidap obesitas berpotensi meningkatkan risiko kematian yang disebabkan ramen.
Faktanya Bukan Ramen, tapi Natriumnya yang Berbahaya
Kendati hasilnya mengejutkan, namun Suzuki menegaskan bahwa studi ini bersifat observasional. Yang mana legitimasinya masih dipertanyakan bahwa ramen berperan langsung menyebabkan kematian dini. Tetapi terdapat alasan logis di balik studi yang dilakukan peneliti dari Yamagata University. Jika ditelisik kuah ramen mengandung kadar garam yang sangat tinggi sebagai bahan dasar kuahnya.
Asupan natrium berlebih bisa memicu hipertensi dan berkontribusi menyebabkan komplikasi, seperti penyakit jantung dan stroke. Terlebih orang yang gemar meneguk kuah ramen hingga tak tersisa cenderung memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Risiko ini akan meningkat jika disertai konsumsi alkohol dan merokok. Tim peneliti mencatat kombinasi antara minum alkohol dan makan ramen secara rutin dalam seminggu berkorelasi dengan risiko komplikasi hingga berujung kematian dini. “Kuah ramen mengandung kadar garam yang tinggi. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit akibat garam,” ujar tim peneliti dari Yamagata University.
Tips Konsumsi Ramen Menurut Pakar Gizi
Meskipun menjadi comfort Food, tapi wajib diingat terutama oleh kaum muda akan batasan yang perlu diperhatikan. Ahli gizi Rumah Sakit Mount Elizabeth, Looi Bee Hoong dan ahli nutrisi dari Aptima Nutrition & Sports Consultants Jaclyn Reutens mengimbau pilihlah topping rendah lemak dan kuah yang rendah kadar garam.
Reutens menyarankan mintalah kuah ramen dengan versi yang rendah natrium seperti kaldu miso karena mengandung probiotik alami dari kedelai fermentasi. Sedangkan kaldu shio mengandung kadar natrium dan tinggi lemak. “Kedua ahli sepakat bahwa kaldu miso mungkin menjadi pilihan terbaik,” kata Looi Bee Hoong.
Selain kaldunya, kedua pakar gizi merekomendasikan jenis mi soba yang memiliki kadar lemak terendah dan lebih banyak serat karena berbahan dasar buckwheat. Udon mempunyai kadar natrium rendah, dan somen rendah kalori, lemak serta natrium dibandingkan mi ramen. Ramen seringkali dilengkapi berbagai topping, tapi Reutens menyarankan mengganti hidangan pelengkap dengan kandungan protein rendah lemak. Seperti ayam, tahu, telur rebus, dan seafood serta tambahkan sayuran segar meliputi bayam, touge, dan wortel.
Meski rasanya lezat, sedianya ramen dianggap makanan ‘tidak sehat’ karena kandungan natrium tinggi, lemak yang tinggi, minim serat, dan mikronutrien penting lainnya. Hasil penelitian Yamagata University bisa jadi pengingat untuk tidak sering-sering mengonsumsi ramen, namun tidak ada salahnya sesekali menyantap ramen dan harus diseimbangkan dengan pola hidup sehat.
Perlu diketahui semangkuk ramen mengandung 900 hingga 1.200 kalori tergantung pada bahan dasar kaldu yang digunakan. Bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit penyerta harus sangat berhati-hati saat menyantap hidangan berkuah khas negeri sakura.
Baca Juga: 7 Makanan yang Menjadi Rahasia Umur Panjang Warga Jepang
Referensi
- Frequent Ramen consumption and increased mortality risk in specific subgroups: A Yamagata cohort study (2025), The Journal of nutrition, health and aging
- Love ramen? Science says to cut down for the sake of your health | Channel News Asia
Editor: Eka Putra Sedana

