Hubungan Makanan Ultra-Proses dengan Penyakit Metabolik

Dalam beberapa dekade terakhir, konsumsi makanan ultra-proses meningkat drastis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanpa disadari, makanan praktis yang tampak tidak berbahaya ini berkontribusi besar terhadap munculnya berbagai penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan hipertensi. Apa sebenarnya makanan ultra-proses, dan mengapa kita perlu lebih waspada? Mari kita bahas!

Apa Itu Makanan Ultra-Proses?

Makanan ultra-proses (UPF) adalah produk pangan yang telah melalui berbagai tahap pengolahan industri dan mengandung bahan tambahan buatan, seperti pemanis buatan, pengawet, pewarna, dan penambah rasa. Biasanya, makanan ini rendah serat, vitamin, dan mineral, namun tinggi gula, lemak jenuh, dan garam.

Contoh makanan ultra-proses:

  • Mie instan
  • Sosis, nugget, dan daging olahan
  • Minuman ringan berpemanis
  • Kue kemasan dan makanan ringan dalam plastik
  • Sereal sarapan manis

Menurut sistem klasifikasi NOVA yang dikembangkan oleh peneliti di Center for Epidemiological Studies in Health and Nutrition, Universitas São Paulo, Brasil, makanan ultra-proses berada di kelompok keempat dengan kategori tertinggi dalam tingkat pengolahan pangan. Sistem ini menilai bahwa makanan dalam kategori tersebut paling berkontribusi terhadap penurunan kualitas diet dan peningkatan risiko penyakit kronis.

Meningkatnya Risiko Penyakit Metabolik

Beberapa studi epidemiologi berskala besar menemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan ultra-proses dan peningkatan risiko berbagai penyakit metabolik:

1. Obesitas

Makanan ultra-proses cenderung dikonsumsi berlebihan karena dirancang agar sangat lezat (hyper-palatable), padat energi, dan rendah serat, yang menyebabkan ketidakseimbangan energi dan penambahan berat badan.

2. Diabetes Tipe 2

Kandungan gula tambahan yang tinggi dalam makanan ultra-proses dapat menyebabkan lonjakan kadar glukosa darah dan resistensi insulin, faktor utama dalam perkembangan diabetes tipe 2.

3. Hipertensi dan Penyakit Kardiovaskular

Kandungan natrium yang tinggi dalam makanan olahan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi, yang menjadi pemicu utama penyakit jantung dan stroke.

4. Peradangan Kronis

Komposisi kimia dan aditif dalam makanan ultra-proses dapat memicu inflamasi tingkat rendah secara sistemik yang terkait dengan berbagai gangguan metabolik.

Mengapa Konsumen Perlu Waspada?

Meskipun makanan ultra-proses sangat mudah ditemukan dan harganya terjangkau, konsumen harus lebih bijak dalam memilih. Pola makan tinggi ultra-proses dikaitkan dengan penurunan kualitas diet secara keseluruhan. Ketergantungan terhadap makanan jenis ini dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus, memperparah inflamasi, dan meningkatkan risiko sindrom metabolik.

Strategi Mengurangi Konsumsi Makanan Ultra-Proses

Mengurangi konsumsi makanan ultra-proses tidak harus berarti mengorbankan rasa atau kenyamanan. Justru, dengan kesadaran yang tumbuh dan kebiasaan yang dibangun secara perlahan, kita bisa menemukan alternatif yang lebih sehat namun tetap praktis. Berikut beberapa langkah sederhana yang dapat membantu mengubah pola makan menuju arah yang lebih baik:

1. Perbanyak Makanan Utuh (Whole Foods)

Gantilah makanan olahan dengan bahan segar seperti buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan sumber protein alami seperti ikan, telur, tahu, atau tempe. Makanan utuh kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh.

2. Baca Label Pangan dengan Teliti

Luangkan waktu untuk membaca daftar bahan pada kemasan makanan. Hindari produk yang mengandung banyak bahan tambahan buatan atau nama-nama kimia yang sulit dikenali. Semakin sedikit bahan yang tercantum, biasanya semakin alami produknya.

3. Masak Sendiri di Rumah

Memasak sendiri memberi kendali penuh atas bahan dan bumbu yang digunakan. Tak harus rumit, resep-resep sederhana dengan tiga hingga lima bahan bisa menjadi pilihan cepat, sehat, dan ekonomis.

4. Batasi Frekuensi Konsumsi Camilan Kemasan

Meski praktis, camilan kemasan sering kali tinggi garam dan gula tambahan. Gantilah dengan camilan alami seperti buah segar, kacang-kacangan tanpa garam, atau yoghurt tanpa tambahan pemanis.

5. Buat Rencana Makan Mingguan

Merencanakan menu mingguan dapat mencegah keputusan impulsif untuk membeli makanan cepat saji. Dengan persiapan yang matang, pilihan sehat akan lebih mudah diakses saat dibutuhkan.

Saatnya Mengambil Kendali atas Apa yang Kita Konsumsi

Makanan ultra-proses telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern, namun risiko yang menyertainya tidak boleh diabaikan. Dengan memahami dampaknya terhadap kesehatan metabolik, konsumen dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih asupan harian.

Jaga kesehatanmu mulai dari dapur. Kurangi makanan ultra-proses dan pilihlah pola makan alami untuk hidup yang lebih panjang dan berkualitas.

Baca Juga : Dampak Konsumsi Ultra-Processed Food pada Anak Usia Dini

Referensi

  1. Ultra-processed foods: what they are and how to identify them (2019), Public Health Nutrition
  2. Association Between Ultraprocessed Food Consumption and Risk of Mortality Among Middle-aged Adults in France (2019), JAMA Intern Med
  3. Ultra Processed food and chronic noncommunicable diseases: A systematic review and meta-analysis of 43 observational studies (2021), National Library of Medicine
  4. The UN Decade of Nutrition, the NOVA food classification and the trouble with ultra-processing (2017), Public Health Nutrition

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *