Menguak Fakta Pewarna Makanan dari Serangga

Warna merah yang cantik dan tahan lama pada yoghurt, permen, minuman, atau lipstik biasanya berasal dari Karmin atau E120. Pewarna ini memiliki sejarah yang kaya terkait dengan kolonialisme dan biologi alam. Pewarna ini merupakan zat pewarna alami yang diambil dari serangga.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai keterbukaan label pangan dan batas-batas toleransi konsumen terhadap bahan alami.

Pigmen Ajaib dari Serangga Cochineal

Pewarna Karmin (Carmine), yang dikenal di seluruh dunia dengan kode E120, diambil dari serangga kecil bernama Dactylopius coccus. Insect ini biasanya disebut sebagai cochineal. Cochineal adalah serangga kutu sisik yang melekat pada kaktus prickly pear di Amerika Tengah dan Selatan, terutama di Peru dan Meksiko.

Proses ekstraksinya mencakup pengeringan dan penumbukan serangga betina. Setelah itu, asam karmik diambil dari tubuh serangga. Asam karmik ini menghasilkan warna merah muda sampai merah marun yang sangat intens dan awet.

Ilmuwan Pangan dan Toksikologi menekankan kelebihan Karmin. Kelebihannya terletak pada stabilitasnya terhadap suhu, cahaya, dan asam. Karakteristik ini menjadikannya jauh lebih superior dibandingkan dengan banyak bahan pewarna alami lainnya. Kemampuan Karmin dalam menghasilkan warna merah yang stabil membuatnya menjadi pilihan utama di industri makanan dan kosmetik.

Regulasi dan Keamanan

Walaupun asal usulnya mungkin mengejutkan bagi beberapa orang, Karmin merupakan salah satu pewarna makanan yang paling ketat diatur dan diterima secara luas di seluruh dunia. Lembaga pengawas makanan utama, seperti Food and Drug Administration (FDA) di AS dan European Food Safety Authority (EFSA), menilai Karmin sebagai pewarna yang aman untuk digunakan.

Aturan ini berlandaskan pada evaluasi toksikologi. Tinjauan ini mengindikasikan bahwa Karmin tidak beracun atau karsinogenik pada dosis yang diterapkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah memberikan izin untuk pemakaian Karmin. Karmin terdaftar dengan kode CI No. 75470.

Penggunaan zat pewarna ini diatur dengan ketat. Batas maksimal pemakaiannya ditentukan agar konsumsi tetap aman. Pengecualian adalah kelompok kecil yang dapat mengalami reaksi alergi.

Reaksi Alergi dan Pemberian Label yang Jelas

Risiko kesehatan paling signifikan yang berhubungan dengan Karmin adalah kemungkinan munculnya reaksi alergi. Walaupun tidak umum, beberapa orang yang sensitif dapat mengalami reaksi alergi terhadap sisa protein yang mungkin tertinggal selama proses ekstraksi. Reaksi ini bisa berbeda-beda. Reaksi ini bisa meliputi gatal-gatal, pembengkakan, atau dalam kondisi parah, syok anafilaxis.

Oleh karena adanya risiko alergi ini, lembaga pengawas makanan internasional telah mengharuskan pelabelan yang transparan. Produsen wajib mencantumkan “Karmin” atau “Ekstrak Cochineal” dengan jelas dalam daftar bahan. Label ini tidak sama dengan pewarna yang dihasilkan secara sintetik.

Keterbukaan ini sangat penting. Hal ini memungkinkan konsumen dengan alergi atau kekhawatiran tentang diet, seperti vegetarian, untuk mengambil keputusan yang tepat. Keputusan ini menghargai preferensi dan kesehatan konsumen.

Pertimbangan Etika dan Pola Makan

Bagi orang yang mengikuti diet vegetarian atau vegan, Karmin menciptakan masalah etika. Karmin jelas merupakan produk dari hewan. Karmin tidak sejalan dengan prinsip diet yang menjauhi semua produk turunan hewani.

Situasi ini telah mendorong sektor industri untuk menemukan alternatif pewarna merah alami yang berasal dari tumbuhan. Contohnya adalah pigmen yang diambil dari bit, ubi jalar ungu, atau tomat (lycopene). Akan tetapi, pewarna alami ini sering kali tidak memiliki tingkat stabilitas dan intensitas warna yang setara dengan Karmin.

Diskusi ini mencerminkan bagaimana preferensi konsumen berdampak pada inovasi sektor industri. Walaupun Karmin secara resmi diizinkan, perhatian terhadap diet telah meningkatkan permintaan untuk label yang lebih jelas dan pilihan non-hewani.

Makanan Alami dan Pewarna Alami

Dalam konteks yang lebih luas, Karmin merupakan contoh pewarna alami. Pewarna alami semakin diminati. Penelitian ini didorong oleh pandangan buruk terhadap pewarna sintetis. Pewarna buatan sering diasosiasikan dengan kemungkinan masalah hiperaktif pada anak-anak.

Masyarakat di usia produktif perlu memahami perbedaan ini. Karmin merupakan zat yang berasal dari alam. Karmin telah menjalani proses uji coba ilmiah yang ketat. Meskipun asal usulnya mungkin terdengar unik, Karmin dianggap lebih aman dibandingkan banyak bahan tambahan sintetis.

Ini merupakan sebuah paradoks. Konsumen mencari tanda ‘alami’, tetapi sumber alami ini kadang-kadang mengejutkan. Pengetahuan merupakan kunci untuk menghadapi kejutan ini.

Memahami Label dengan Cermat

Keberadaan pewarna merah alami dalam berbagai produk yang berasal dari serangga cochineal adalah cerita mengenai sains, sejarah, dan kejutannya. Pewarna Karmin (E120) merupakan bahan tambahan yang tidak berbahaya. Keamanan ini didukung oleh regulasi internasional dan kestabilannya.

Bagi setiap orang, kesadaran merupakan kekuatan yang paling utama. Tafsirkan label makanan secara cermat. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai alergi atau menjalani diet vegan, perhatikan kode E120 atau Karmin. Warna ini merupakan contoh bagaimana alam menawarkan solusi yang rumit. Solusi ini mendukung keindahan pangan.

Baca Juga: Pewarna Karmin Pada Makanan, Apakah Aman dan Halal?

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner TikTok