Sanitasi lingkungan bukan sekedar urusan infrastruktur, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk kesehatan dan masa depan anak-anak. WHO menegaskan, sanitasi yang buruk bukan saja dapat menurunkan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi jalur penularan berbagai penyakit. Ironisnya, jutaan anak di dunia termasuk indonesia masih tumbuh dalam kondisi sanitasi yang tidak layak.
Sanitasi lingkungan adalah upaya menjaga kebersihan dan kesehatan dengan mengelola limbah manusia, penyediaan air bersih, perumahan, serta faktor lain yang membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Menurut WHO, di dunia pada tahun 2022, lebih dari 1,5 miliar orang masih belum memiliki akses sanitasi dasar, dan 419 juta di antaranya masih buang air besar di tempat terbuka.
Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa tahun 2020, 44% limbah rumah tangga global dibuang tanpa pengolahan aman, sehingga sekitar 10% populasi dunia berisiko mengonsumsi makanan yang diairi dengan air limbah. Data ini menunjukkan besarnya risiko kesehatan yang dihadapi jutaan orang akibat sanitasi lingkungan yang buruk.
Krisis Sanitasi yang Belum Teratasi di Indonesia

Di Indonesia, Bappenas dan UNICEF mencatat bahwa pada tahun 2022 sekitar 250 juta orang di Indonesia masih belum mendapatkan akses sanitasi yang dikelola dengan aman. Dengan kata lain, 90% masyarakat Indonesia menggunakan fasilitas yang berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan keluarga, terutama pada anak-anak yang lebih rentan.
Masalah ini semakin nyata ketika melihat kondisi sungai di Indonesia. Dalam 10th World Water Forum, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan bahwa 59% sungai di Indonesia tergolong sangat tercemar, dengan lebih dari 12,7 juta metrik ton limbah yang akhirnya bermuara ke laut. UNICEF juga menambahkan, hampir 25 juta orang di Indonesia tidak menggunakan toilet dan masih buang air besar di ruang terbuka umum, termasuk di sungai. Kondisi ini tentu memperparah pencemaran dan menimbulkan risiko besar bagi warga di sekitarnya yang sehari-hari masih bergantung pada air sungai untuk kebutuhan hidup mereka.
Sanitasi Buruk, Pintu Masuk Penyakit bagi Anak

Berdasarkan hasil studi literatur dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat, sanitasi yang buruk dapat memberikan dampak nyata terhadap kesehatan balita di Indonesia. Berikut beberapa kondisi kesehatan yang paling sering dikaitkan dengan masalah sanitasi lingkungan:
1. Diare pada Balita
Sanitasi yang buruk menjadi penyebab utama diare pada balita. Di Indonesia, pada tahun 2016 tercatat 1,4 juta kematian akibat diare, dan 432 ribu diantaranya dipicu sanitasi yang tidak layak. Diperkirakan 72% kasus diare berhubungan dengan sanitasi buruk, dengan 46% diantaranya berakhir pada kematian.
2. Kecacingan (Infeksi Cacing Usus)
Air kotor dan jamban yang tidak layak memicu penyebaran telur cacing melalui tinja, yang kemudian bisa menyebar luas lewat perantara lalat. Data menunjukkan kasus kecacingan akibat sanitasi buruk di Indonesia mencapai 0,85%, dengan angka kematian 0,1%. Meski kecil, dampaknya cukup besar pada tumbuh kembang anak.
3. Stunting (Gangguan Pertumbuhan Balita)
Sanitasi yang buruk juga berperan dalam tingginya kasus stunting. Kondisi sanitasi yang tidak layak meningkatkan risiko diare dan infeksi berulang, sehingga zat gizi dalam tubuh anak tidak terserap dengan baik. Hal inilah yang berkontribusi terhadap angka stunting, dimana sekitar 2,5% kasus disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Anak yang tinggal di rumah tanpa air bersih dan jamban yang sehat berisiko hingga 5 kali lebih besar mengalami hambatan pertumbuhan.
4. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Hunian yang padat, lembab, minim ventilasi, dan kurang cahaya matahari memperbesar risiko ISPA pada balita. Kondisi rumah yang tidak sehat membuat kuman lebih mudah berkembang dan menular antar anggota keluarga. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap tingginya kasus ISPA di Indonesia.
5. Tuberkulosis (TBC)
Rumah yang gelap dan lembab juga berisiko tinggi menjadi tempat bertahannya kuman TBC. Tanpa ventilasi dan pencahayaan yang cukup, dapat meningkatkan risiko penularan penyakit ini pada anak maupun orang dewasa. Situasi ini menjadikan kondisi rumah tidak sehat sebagai salah satu faktor risiko utama TBC di masyarakat.
Langkah Kecil Masyarakat, Dampak Besar bagi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah upaya bersama yang dicetuskan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Program ini tidak hanya bertujuan memperbaiki kebiasaan sehari-hari, tetapi juga menekan penyebaran kasus yang dipicu oleh sanitasi yang buruk.
Ada 5 pilar STBM yang bisa dilakukan mulai dari rumah hingga tingkat masyarakat, yaitu:
- Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBSI)
- Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
- Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
- Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
- Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Peran Strategis Pemerintah untuk Akses Sanitasi layak
UNICEF menekankan bahwa pemerintah memiliki peran dalam memperluas akses sanitasi aman. Hal ini mencakup penetapan kebijakan dan target resmi, penguatan produk dan layanan sanitasi, serta pengawasan agar rumah tangga maupun penyedia jasa mematuhi aturan yang berlaku. UNICEF juga merekomendasikan agar pemerintah terus menjalankan program seperti STBM dan pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), sekaligus memastikan layanan sanitasi tetap berjalan meski terjadi bencana.
Dari sisi pendanaan, UNICEF mendorong optimalisasi dana desa, dukungan program pemerintah, serta kolaborasi dengan sektor swasta. Peningkatan kapasitas daerah, pelatihan teknis, serta sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat juga menjadi bagian penting. Kombinasi langkah tersebut dapat mempercepat pencapaian target sanitasi aman dan melindungi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak yang paling rentan.
Baca Juga: Perlukah Orang Dewasa Minum Obat Cacing?
Referensi
- Air, Sanitasi dan Kebersihan (WASH) | UNICEF Indonesia
- Kajian Pasar Sanitasi Aman di Indonesia (2024), Bappenas dan UNICEF
- Panduan Praktis Pemicuan 5 Pilar STBM (2020), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- Pengertian dan Kegunaan Sanitasi | Sisninja
- Penyakit Infeksi Balita Sebagai Dampak Sanitasi Lingkungan yang Buruk: Studi Literatur (2023), Jurnal Kesehatan Masyarakat
- Sanitation | World Health Organization
- World Water Forum ke-10 Akan Tawarkan Solusi Konkret Sungai Tercemar | CNBC Indonesia
Editor: Eka Putra Sedana