Susu UHT untuk Cegah Anak Stunting, Apakah Tepat?

cegah stunting

Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang masih menjadi fokus utama pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Angka stunting pada tahun 2024 dapat ditekan dengan mencukupi kebutuhan gizi pada saat kehamilan ibu hingga anak usia 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan (HPK) (1). Dalam hal ini, salah satu upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak di usia HPK adalah dengan mencukupi kebutuhan gizinya melalui pemilihan makanan bergizi dan beragam.

Baru-baru ini, pasangan calon Prabowo-Gibran menjalankan program pemberian susu UHT gratis yang bertujuan untuk menekan angka stunting. Namun, program tersebut menuai kontroversi karena susu UHT diperuntukkan bagi anak usia diatas 1 tahun dan susu UHT tidak dapat mencegah stunting. Simak penjelasan lengkapnya!

Susu UHT Tidak Mencegah Stunting

Konsumsi susu UHT untuk mencegah stunting merupakan suatu pernyataan yang kurang tepat. Pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman mengenai konsumsi susu UHT. Apabila informasi tersebut ditelan mentah-mentah, khawatir akan menimbulkan persepsi bahwa dengan konsumsi susu UHT, balita bisa tercegah dari stunting.

Sedangkan, konsumsi susu UHT tidak dapat mencegah stunting karena protein yang dimiliki susu ini hanya mencukupi 11% kebutuhan dari AKG. Susu UHT juga memiliki varian rasa yang beragam dan memiliki kandungan gula yang tinggi, sehingga tidak dapat dikonsumsi terlalu sering serta tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah 1 tahun.

Anak usia 12-24 bulan dapat diberikan susu full cream (susu dengan kandungan lemak tinggi) sebanyak 400-600 mL per harinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pemberian susu yang berlebihan dapat menghalangi penyerapan zat besi dan menyebabkan anemia. Oleh karena itu, ibu dapat memberikan susu apabila diperlukan saja sebab susu sendiri bukanlah kunci utama pertumbuhan dan perkembangan sehat anak (2).

MPASI untuk Cukupi Kebutuhan Gizi Balita

Pada 1000 HPK, anak usia 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif dan tambahan MPASI pada usia 6-24 bulan. Hal tersebut mampu mencukupi kebutuhan protein, vitamin dan mineral yang dapat mencegah terjadinya stunting (3).

Kekurangan asupan protein, vitamin A, zat besi, dan seng (zinc) merupakan faktor gizi yang meningkatkan kejadian stunting. Anak usia 6-24 bulan perlu untuk diberikan MPASI yang lengkap gizi, contohnya MPASI yang terdiri dari telur, daging, buah, sayur, biji-bijian dan kacang-kacangan (4).

Kesadaran ibu akan pentingnya memilih makanan yang higienis dan bergizi bagi anak merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk membangun generasi masa depan yang sehat dan berkualitas. Jadi, pilihlah makanan dengan bijak demi mencegah stunting pada anak.

Referensi :

  1. Humas BKPK. Dua Fokus Intervensi Penurunan Stunting untuk Capai Target 14% di Tahun 2024 [Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. Available from: https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/dua-fokus-intervensi-penurunan-stunting-untuk-capai-target-14-di-tahun-2024/
  2. Garone S. How Much Milk Does a Toddler Need? [Internet]. healthline. 2023. Available from: https://www.healthline.com/health/childrens-health/how-much-milk-should-a-toddler-drink#is-milk-necessary
  3. Harrison L, Padhani Z, Salam R, Oh C, Rahim K, Maqsood M, et al. Dietary Strategies for Complementary Feeding between 6 and 24 Months of Age: The Evidence. Nutrients [Internet]. 2023 Jul 5;15(13):3041. Available from: https://www.mdpi.com/2072-6643/15/13/3041
  4. Manoppo MW, Huriah T. Nutrition intervention to prevent stunting in children aged 6-59 months. J Aisyah  J Ilmu Kesehat [Internet]. 2022 Nov 20;7(S2):147–54. Available from: https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/view/7S221

Penulis : Farah Al Mahdiyyah Hendardi, S.Gz.
Sumber gambar : Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *