Benarkah Ultra-Processed Food Bisa Picu Alergi pada Anak? 

Kejadian alergi makanan pada anak terus mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Tentu hal ini menjadi perhatian banyak orang tua. Pasalnya, gejala yang timbul akibat alergi makanan dapat beragam, mulai dari yang ringan hingga berat. Di saat yang sama, makanan cepat saji, jajanan kemasan, dan makanan ultra proses lainnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian anak saat ini. Makanan ini diketahui memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Namun, benarkah konsumsi Ultra-Processed Food (UPF) berkaitan dengan terjadinya alergi pada anak? Yuk cari tahu!

Apakah Ultra-Processed Food Berbahaya?

Pernahkah kamu mengonsumsi sosis, nugget, minuman berkarbonasi, ataupun snack kemasan? Ya, makanan tersebut merupakan contoh dari UPF. Makanan UPF diolah secara industri dengan menambahkan berbagai zat tambahan seperti pewarna, perasa, pengawet, dan pengemulsi buatan. Makanan diproses melewati berbagai tahapan untuk menghasilkan olahan yang rasanya enak dan praktis untuk dikonsumsi. Proses tersebut memang membuat makanan tahan lama dan terasa lebih lezat, tetapi sering kali mengorbankan kandungan gizinya. Konsumsi UPF secara berlebihan memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, kanker, dan sindrom metabolik.

Alergi Makanan yang Tidak Bisa Dibiarkan 

Pernahkah kamu atau si kecil mengalami tanda-tanda alergi? Alergi makanan terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat pada makanan yang sebenarnya tidak berbahaya. Tubuh salah mengenali protein tertentu sebagai ancaman dan langsung melancarkan reaksi. Akibatnya, muncul berbagai gejala seperti gatal-gatal, pembengkakan pada bibir atau wajah, kesulitan bernapas, hingga gangguan pencernaan seperti mual, muntah, atau diare. Umumnya, alergi terjadi karena faktor genetik dan lingkungan. Alergi biasa timbul pada masa kanak-kanak, walaupun tidak jarang juga dijumpai saat dewasa.

Kaitan Konsumsi UPF dengan Alergi pada Anak

Tahukah kamu? Ternyata, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi UPF dengan terjadinya alergi pada anak. Konsumsi makanan berpemanis, tinggi gula dan karbohidrat, serta makanan yang mengandung monosodium glutamat oleh anak berhubungan dengan terjadinya alergi. Bahkan konsumsi produk makanan bayi komersial juga dapat memicu alergi, lho!. Tak hanya pada anak, konsumsi UPF seperti makanan atau minuman berperisa dan berpemanis oleh ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko timbulnya gejala alergi seperti asma dan rinitis pada anak yang dilahirkan. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkannya, seperti perubahan dalam komposisi mikrobiota usus dan sistem imun.

UPF dan Mikrobiota Usus

Konsumsi UPF diketahui dapat mengubah komposisi mikrobiota usus. Mikrobiota usus merupakan kumpulan mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur yang hidup di saluran pencernaan yang berperan dalam kesehatan seperti pencernaan dan metabolisme tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi UPF menyebabkan penurunan jumlah bakteri menguntungkan seperti Bacteroidetes, Faecalibacterium prausnitzii, dan Ruminococcus. Ketidakseimbangan mikrobiota usus atau disebut disbiosis ini dapat membuat anak lebih rentan terhadap alergi makanan.

UPF dan Sistem Imun

Komponen dalam UPF dapat memicu respon imun yang menyebabkan peradangan. Anak yang mengonsumsi UPF biasanya memiliki kadar penanda peradangan, seperti C-reactive protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), interleukin-8 (IL-8), dan sitokin yang lebih tinggi. Senyawa tertentu dari hasil pengolahan makanan UPF di dalam tubuh dapat menempel pada sistem kekebalan yang selanjutnya memicu reaksi alergi. Selain itu, bahan tambahan dan pemanis buatan dalam UPF dapat memengaruhi kerja sel kekebalan, sehingga tubuh menjadi lebih mudah mengalami peradangan atau reaksi alergi.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

1. Batasi konsumsi UPF pada anak

Menghindari UPF sepenuhnya tentu terasa sangat sulit. Namun, orang tua dapat membatasi atau mengurangi konsumsi UPF pada anak, misalnya 1-2 kali per minggu. Orang tua juga bisa memberikan edukasi atau pemahaman kepada anak mengapa jenis makanan tersebut tidak boleh dikonsumsi terlalu sering.

2. Kenalkan dan biasakan anak mengonsumsi real food sejak dini

Usahakan untuk selalu memberikan makanan alami yang minim proses sejak anak masih kecil, seperti nasi, sayur, buah, telur, ikan, dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan mulai dari masa awal pengenalan MPASI (Makanan Pendamping ASI), sehingga anak akan terbiasa dengan rasa makanan asli.

3. Berikan contoh langsung 

Anak cenderung meniru perilaku orang di sekitarnya. Jika orang tua memiliki kebiasaan konsumsi makanan kemasan ultra proses, maka anak pun akan meniru pola makan tersebut. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh perilaku dan lingkungan yang mendukung pola makan sehat di rumah.

4. Batasi konsumsi UPF untuk Ibu Hamil 

Penelitian menunjukkan konsumsi UPF oleh ibu hamil dapat meningkatkan risiko anak yang dilahirkan mengalami alergi. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya membentuk pola makan yang sehat dan mengurang konsumsi UPF.

Jadi, tak hanya menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit metabolik, konsumsi Ultra-Processed Food juga dapat memicu atau membuat anak rentan mengalami alergi. Oleh karena itu, yuk bijak dalam mengonsumsi UPF dan biasakan pola makan sehat!

Baca Juga: Ultra-Processed Food di MBG, Apa Kata Dokter Tan?

Referensi

  1. Ultra-processed foods: what they are and how to identify them (2019), Public Health Nutrition
  2. Food Allergies (2025), StatPearls Publishing
  3. Ultra-processed foods, allergy outcomes and underlying mechanisms in children: An EAACI task force report (2024), Pediatric Allergy and Immunology
  4. Ultra-processed food intake and food allergy in children and adolescents (2023), International Journal of Food Sciences and Nutrition

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner TikTok