“Obesitas bukan hanya soal makanan, tetapi juga soal waktu yang dihabiskan tanpa gerak.” Pernyataan ini kerap muncul dalam diskusi kesehatan masyarakat modern, dan kini semakin relevan di era digital. Di tengah kemudahan akses hiburan dan komunikasi, screen time atau waktu yang dihabiskan di depan layar sering menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas. Namun, ketika durasinya meningkat drastis di akhir pekan, dampaknya terhadap tubuh tidak bisa dianggap sepele.
Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menunjukkan bahwa screen time yang tinggi di akhir pekan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko obesitas, terutama pada kelompok usia produktif. Fenomena ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari perubahan gaya hidup yang semakin pasif.
Pola Sedentari dan Gangguan Ritme Energi
Screen time yang berlebihan sering kali beriringan dengan perilaku sedentari atau aktivitas minim gerak seperti duduk atau berbaring dalam waktu lama. Ketika seseorang menghabiskan akhir pekan dengan menonton serial, bermain gim, atau berselancar di media sosial, tubuh kehilangan kesempatan untuk membakar kalori secara alami.
Menurut American Heart Association, perilaku sedentari selama lebih dari 6 jam per hari dapat meningkatkan risiko obesitas hingga 48%. Hal ini diperparah oleh pola makan yang tidak terkontrol saat screen time berlangsung, seperti ngemil tanpa sadar atau konsumsi minuman manis yang berlebihan.
Akhir Pekan dengan Waktu Longgar, Namun Risiko Tinggi
Berbeda dengan hari kerja yang cenderung memiliki struktur aktivitas, akhir pekan sering kali menjadi ruang bebas tanpa batasan. Di sinilah screen time melonjak. Studi dari Universitas Airlangga menemukan bahwa durasi screen time pada akhir pekan bisa meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa, terutama pada kelompok usia 18–40 tahun.
Dr. Rachmad Hargono, pakar epidemiologi dari FKM Unair, menjelaskan bahwa “screen time yang tidak dibatasi di akhir pekan dapat mengganggu keseimbangan energi tubuh dan memicu akumulasi lemak, terutama jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.” Pernyataan ini menegaskan bahwa waktu luang bukan berarti bebas risiko.
Gangguan Metabolik dan Kesehatan Mental
Obesitas bukan hanya soal penumpukan lemak, tetapi juga tentang gangguan metabolik yang menyertainya. Screen time yang panjang dapat mengganggu ritme tidur, meningkatkan kadar kortisol, dan menurunkan sensitivitas insulin. Semua ini berkontribusi terhadap peningkatan berat badan yang tidak sehat.
Selain itu, screen time yang berlebihan juga berdampak pada kesehatan mental. Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa durasi layar yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan gejala depresi dan kecemasan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pola makan dan aktivitas fisik.
Strategi Mengelola Screen Time Secara Sehat
Mengurangi screen time bukan berarti menghilangkan teknologi dari kehidupan. Yang dibutuhkan adalah pengelolaan yang bijak. Menetapkan batas waktu layar di akhir pekan, menyisipkan aktivitas fisik ringan seperti berjalan atau bersepeda, serta menghindari konsumsi makanan saat menonton adalah langkah awal yang efektif.
Penting juga untuk membedakan antara screen time produktif dan pasif. Menggunakan layar untuk belajar, bekerja, atau berinteraksi sosial yang bermakna memiliki dampak berbeda dibanding menonton konten secara pasif selama berjam-jam.
Menyusun Ulang Akhir Pekan yang Sehat
Akhir pekan seharusnya menjadi waktu pemulihan, bukan pemicu gangguan metabolik. Dengan memahami dampak screen time terhadap obesitas, individu dapat menyusun ulang rutinitas akhir pekan yang lebih seimbang. Teknologi tetap bisa menjadi bagian dari kehidupan, selama digunakan dengan kesadaran dan kontrol.
Obesitas bukanlah hasil dari satu kebiasaan, tetapi akumulasi dari banyak keputusan kecil. Mengelola screen time adalah salah satu keputusan penting yang bisa mengubah arah kesehatan seseorang. Dan akhir pekan, dengan segala kelonggarannya, adalah waktu yang tepat untuk memulainya.
Baca Juga: Waspadai Anemia di Balik Obesitas
Referensi
- Screen Time on Weekday and Weekand Among Health College Students and the Correlation to Nutritional Status (2025), The Indonesian Journal of Public Health
- Sedentary Behavior and Cardiovascular Morbidity and Mortality (2016), American Heart Association
- Hubungan Screen Based Activity dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Anak Usia 10-12 Tahun (2021), Amerta Nutrition