Anemia Ibu Bisa Lukai Harapan Janin Sejak Awal

Anemia masih menjadi salah satu permasalahan gizi di Indonesia. Kondisi ini terjadi saat kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal. Siapa pun dapat terkena anemia, tanpa memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi anemia lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Anemia pada wanita dapat terjadi di berbagai tahap kehidupan. Tahukah Kamu bahwa anemia cukup sering terjadi selama kehamilan? Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, sebanyak 27,7% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia, angka yang seharusnya membuat kita semua waspada. 

Yang lebih mengkhawatirkan, anemia selama kehamilan tak hanya berdampak pada ibu dan janin, tetapi juga dapat memicu masalah gizi serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular hingga 3 generasi dari ibu, anak, hingga cucu. Mari kita kenali lebih jauh bahaya anemia saat kehamilan dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya, dalam artikel berikut ini

Waspada Anemia pada Ibu Hamil 

waspada-anemia
Sumber : pinterest

Masih banyak yang belum mengetahui bahwa ibu dapat mengalami anemia selama kehamilan. Ibu hamil dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL. Anemia pada ibu hamil dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Selama kehamilan, terjadi pembesaran organ tubuh seperti payudara, rahim, dan pembentukan plasenta, serta peningkatan volume darah
  • Pertumbuhan janin yang semakin besar meningkatkan kebutuhan zat gizi. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, ibu hamil berisiko mengalami anemia, atau jika sudah anemia, kondisinya bisa semakin parah
  • Kehilangan zat besi akibat perdarahan saat atau setelah persalinan yang tidak segera tergantikan

Tanda dan gejala yang mungkin dialami adalah pucat pada bagian tubuh (kulit, bibir, kuku, telapak tangan, atau bawah kelopak mata), mudah merasa lelah, muncul sensasi berputar (vertigo) atau pusing, sesak nafas, peningkatan detak jantung, dan kesulitan berkonsentrasi.

Ketahui Faktor Risiko Anemia Selama Kehamilan

faktor-risiko-anemia
Sumber : pinterest

Wanita lebih berisiko mengalami anemia selama kehamilan jika :

  • Menganut pola makan vegetarian atau vegan yang ketat, sehingga lebih rentan kekurangan vitamin B12 yang penting untuk pembentukan sel darah merah dan protein
  • Menderita penyakit celiac, penyakit Crohn, atau pernah menjalani operasi bariatrik atau pemotongan sebagian lambung untuk menurunkan berat badan
  • Mengalami dua kehamilan dalam jarak waktu yang berdekatan
  • Sedang mengandung anak kembar atau lebih
  • Sering mengalami muntah akibat morning sickness
  • Tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup dari makanan maupun suplemen kehamilan
  • Memiliki riwayat menstruasi dengan perdarahan berat sebelum kehamilan

Bukan Hanya Ibu, Janin pun Terpengaruh

ibu-dan-janin-terpengaruh
Sumber : freepik

Anemia selama kehamilan dapat membahayakan ibu dan janin. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko mengalami komplikasi perdarahan hingga kematian ibu, penurunan kekebalan tubuh, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Pada janin, anemia ibu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin. Akibatnya, bayi dapat lahir prematur, berat badan dan tinggi badan lahir rendah. Serta berisiko lebih tinggi mengalami penyakit atau bahkan kematian. 

Dampak jangka panjang, bayi dari ibu anemia berisiko mengalami stunting, terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting dapat menurunkan kecerdasan dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke yang berdampak hingga ke generasi berikutnya.

Lindungi Ibu dan Janin dari Anemia Sejak Awal 

lindungi-ibu-dan-janin
Sumber : pinterest

Mencegah anemia bukan hanya sekedar menjaga kesehatan ibu, tapi juga merupakan wujud cinta dan perlindungan pertama bagi kehidupan kecil yang sedang tumbuh di dalam rahim. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia selama kehamilan :

1. Mengonsumsi Makanan Beraneka Ragam

Makan beragam jenis makanan penting untuk mencukupi zat gizi harian ibu hamil, terutama zat besi. Wanita usia subur (13-49 tahun) memiliki kebutuhan zat gizi tertinggi, yaitu 15-18 mg per hari. Jumlah ini meningkat sekitar 9 mg saat hamil, terutama pada trimester kedua dan ketiga. 

Pilih lauk hewani seperti daging, ayam, hati ayam, telur, atau ikan karena zat besinya lebih mudah diserap tubuh. Zat besi ini membantu pembentukan hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Saat mengonsumsi makanan sumber zat besi, hindari minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti teh, kopi, dan susu. Sebaliknya, konsumsi makanan atau minuman mengandung vitamin C, seperti jus jeruk dan buah-buahan sumber vitamin C, agar penyerapan zat besi menjadi lebih optimal.

2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih

Membiasakan perilaku hidup bersih dapat menghindarkan dari penyakit infeksi seperti kecacingan yang merupakan salah satu penyebab langsung dari anemia. Perilaku hidup bersih yang harus mulai dilakukan yaitu :

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB);
  • Menutup makanan dan minuman untuk menghindarkan berbagai kuman penyakit;
  • Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin;
  • Menggunakan alas kaki dan potong kuku secara teratur

3. Melakukan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik hingga olahraga ringan sesuai kondisi ibu hamil bermanfaat untuk melancarkan aliran darah ke janin, mengurangi stres, memperbaiki postur, dan mendukung kelancaran persalinan. Beberapa jenis aktivitas fisik yang direkomendasikan pada ibu hamil yaitu :

  • Pemanasan, kegel exercise, pendinginan, dan stretching : Direkomendasikan pada kehamilan trimester 1, 2, 3, dan masa nifas
  • Aerobik : Direkomendasikan pada kehamilan trimester 1, trimester 2 (berjalan, sepeda statis, dan berenang), trimester 3 (berjalan), dan masa nifas
  • Senam hamil : Direkomendasikan pada kehamilan trimester 2 dan 3
  • Senam nifas : Direkomendasikan saat masa nifas

Hindari aktivitas fisik seperti membungkuk tanpa pegangan, jongkok lebih dari 90 derajat, mengejan, menahan nafas, melompat, risiko keseimbangan, menengadahkan kepala, dan adu fisik saat sedang hamil. 

4. Mempertahankan Berat Badan Normal 

Menjaga berat badan tetap normal membantu mencegah berbagai penyakit tidak menular. Pada orang dewasa, berat badan ideal mencerminkan keseimbangan zat gizi dalam tubuh dan diukur berdasarkan perbandingan antara berat dan tinggi badan dengan membagi berat berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter (kg/m²).

5. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah sebagai Suplementasi Gizi

Salah satu suplementasi gizi untuk ibu hamil diberikan dalam bentuk Tablet Tambah darah (TTD). Dosis TTD yang diberikan pada ibu hamil adalah 1 tablet setiap hari selama kehamilan. Disarankan untuk mengonsumsi TTD saat perut sudah terisi, konsumsi makanan atau minuman tinggi vitamin C, dan konsumsi TTD menggunakan air putih, menghindari konsumsi bersamaan dengan penghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, susu, tablet kalsium dosis tinggi, dan obat sakit maag.

6. Terbuka dengan Makanan Fortifikasi

Fortifikasi adalah penambahan zat gizi mikro ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitas gizinya. Secara nasional, fortifikasi zat besi dilakukan melalui penambahan pada tepung terigu, contohnya tepung terigu dengan fortifikasi daging lele.

7. Menjalani Pengobatan Penyakit Penyerta Termasuk Infeksi

Penanganan anemia pada ibu hamil dengan penyakit infeksi dilakukan dengan pengobatan penyertanya, seperti , malaria, dan TBC. Pengobatan dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit sesuai anjuran dokter dan pedoman yang berlaku.

Satu langkah pencegahan hari ini, bisa menjadi awal dari masa depan yang lebih sehat bagi ibu dan anak, karena cinta sejati dimulai sejak dalam kandungan.

Baca Juga: Kenali Gejala Anemia yang Bisa Pengaruhi Siklus Haid

Referensi

  1. Anemia in Pregnancy | Cedars Sinai
  2. Buku Saku Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan Remaja Putri (2023), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
  3. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) (2023), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *