Mengenal 3 Jenis Biji Kakao Khas Indonesia yang Mendunia

biji-kakao-indonesia

Popularitas cokelat tidak pernah redup. Cokelat menjadi komoditas makanan yang selalu trending di kalangan pencinta kuliner, mulai dari olahan kue cokelat hingga cokelat dubai yang ramai beberapa waktu lalu. Hal ini menjadikan biji kakao, bahan dasar cokelat– sebagai komoditas yang terus tumbuh dan memiliki permintaan yang tinggi. Tak terkecuali di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia. Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian RI di tahun 2021 sendiri, Indonesia menghasilkan sekitar 728.046 ton biji kakao dalam setahun. Curah hujan yang tinggi beserta suhu yang konstan, menjadikan Indonesia sebagai habitat alami bagi tumbuhan kakao. 

Dalam Jurnal Heliyon di tahun 2019, terdapat 4 jenis biji kakao yang paling sering diolah, yaitu Forastero, Nacional, Criollo, dan Trinitario. Hebatnya, 3 dari 4 biji kakao ini dapat ditemukan di Indonesia dan telah lama diekspor ke berbagai negara sebagai komoditas bahan mentah. Yuk, eksplorasi jenis biji kakao khas Indonesia beserta khasiatnya!

3 Jenis Biji Kakao Khas Indonesia

jenis-biji-kakao
Sumber: freepik.com

Biji dari kakao atau kokoa (Theobroma cacao L.) dimanfaatkan untuk membuat cokelat. Bagian berwarna putih yang melindungi biji kakao (pulp) memiliki rasa manis. Sedangkan bagian biji berwarna cokelat memiliki rasa getir.

Dalam Jurnal Separations yang diterbitkan oleh MDPI dinyatakan bahwa untuk dapat membuat cokelat, biji kakao harus difermentasi, dikeringkan, dibakar (roasting), dan diproses lebih lanjut agar dapat menjadi produk cokelat seperti bubuk cokelat dan mentega cokelat. 

Tiga jenis utama kakao yang paling umum dan terdapat di Indonesia adalah Forastero, Criollo, dan Trinitario. Perbedaan antara ketiga jenis kakao ini adalah tampak polong (kulit yang melapisi biji), biji, karakteristik rasa, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

1. Forastero

Forastero merupakan varietas kakao yang paling umum dan memiliki jumlah yang paling banyak untuk diproduksi secara massal. Menurut Jurnal Food Chemistry, sebanyak 80% kakao yang diolah di dunia adalah Forastero. Hal ini karena Forastero lebih tahan pada hama dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. 

Forastero termasuk dalam jenis kakao lindak atau bulk cacao yang memiliki aroma biasa dan kualitas biji lebih rendah dibandingkan 2 varietas lainnya. Reflinur, seorang peneliti dari BRIN menyampaikan bahwa, “Di Indonesia, kakao lindak (Forastero) umumnya ditemukan pada lahan petani, sedangkan kakao mulia (Trinitario) kebanyakan dibudidayakan pada perkebunan negara.” dalam Friday Scientific Sharing Seminar (12/5/2023). Meskipun demikian, melalui proses pengolahan menjadi cokelat, aroma dan rasa dari kakao dapat meningkat. 

Varietas Forastero dicirikan oleh biji berwarna ungu yang kuat dan beraroma asam-pahit. Selain itu, kakao jenis ini memiliki kandungan lemak dan kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi. 

2. Criollo

Criollo merupakan jenis biji kakao dengan kualitas terbaik. Biji Criollo berwarna putih dan beraroma harum sehingga memiliki nilai jual lebih mahal, namun rentan terhadap OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Bersama Trinitario, Criollo masuk dalam tipe kakao mulia atau fine cacao. 

Dalam Journal of Comprehensive Science melaporkan bahwa jumlah tanaman Criollo tidak banyak karena pertumbuhan tanaman yang kurang kuat, produktivitas relatif rendah, dan rentan terserang hama dan penyakit. Buah yang dihasilkan Criollo lebih kecil, berwarna merah, serta memiliki rasa dan aroma yang khas. Namun, Criollo memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan Forastero. 

3. Trinitario

Trinitario merupakan hasil persilangan Criollo dan Forastero sehingga memiliki karakteristik perpaduan dari kedua jenis kakao tersebut. Tanaman Trinitario lebih banyak dibudidayakan di kebun negara. 

Mengutip dari Journal of Midwifery Science and Women’s Health, Trinitario memiliki buah yang memanjang, lebih besar dari Criollo, agak kasar, berwarna kuning atau merah. Kakao jenis ini memiliki morfologi dan fisiologi yang beragam, sehingga berpengaruh terhadap hasil mutu. 

Khasiat Cokelat Bagi Kesehatan

Kandungan kakao dalam cokelat diketahui mengandung tinggi antioksidan dan senyawa lain seperti fenolik. Kandungan fenol dalam cokelat ini dapat mencegah penyakit kardiovaskular.  

Dalam Jurnal Food and Chemical Toxicology ditemukan bahwa kakao dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan kolesterol, mencegah kanker, dan meningkatkan fungsi otak. 

Selain itu, dalam studi yang diterbitkan di Journal of Traditional Chinese Medicine ditemukan bahwa antioksidan dalam kakao dapat menurunkan gejala PCOS dan epikatekin dalam kakao meningkatkan sensitivitas insulin bagi wanita dengan PCOS. 

Namun, agar mendapat khasiat cokelat secara optimal, pilihlah cokelat dengan kandungan kakao yang tinggi (sekitar 70%) dan tidak mengandung atau sedikit gula. Dengan demikian, konsumsilah cokelat sesuai kadarnya agar hidup lebih sehat!

Baca Juga: 10 Merk Dark Chocolate di Indonesia yang Bisa Dinikmati, Jauh Lebih Sehat dan Lezat!

Referensi

  1. Cocoa Polyphenols and Their Potential Benefits for Human Health (2012), Oxidative Medicine and Cellular Longevity
  2. Formation of aromatic compounds precursors during fermentation of Criollo and Forastero cocoa (2019), Heliyon
  3. Impact of cocoa flavanols on human health (2021), Food and Chemical Toxicology
  4. KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS BIJI KAKAO CRIOLLO, FORASTERO, DAN TRINITARIO: REVIEW (2023), Journal of Comprehensive Science
  5. Nutritional composition and fatty acids profile in cocoa beans and chocolates with different geographical origin and processing conditions (2015), Food Chemistry
  6. Pengurutan Genom untuk Identifikasi Komoditas Kakao Indonesia | Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  7. Protective efficacy of dark chocolate in letrozole-induced ovary toxicity model rats: hormonal, biochemical, and histopathological investigation (2022), Journal of Traditional Chinese Medicine
  8. Statistik Perkebunan Kakao Indonesia 2017 – 2019 (2023), Laporan Kementerian Perkebunan RI 
  9. The content of polyphenolic compounds in cocoa beans (Theobroma cacao L.), depending on variety, growing region, and processing operations: A review (2015), Critical reviews in food science and nutrition

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *