Urgensi Prioritas Gizi untuk Pengungsi Bencana Alam

Dalam keadaan pasca bencana, fokus utama adalah menyelamatkan jiwa dan menyediakan makanan darurat. Namun, sebuah laporan PBB mengindikasikan bahwa kekurangan nutrisi mikro saat ini dapat menghambat pemulihan hingga 40%. Laporan ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam penanganan bencana. Kebutuhan yang umumnya terpenuhi hanya sekadar makanan untuk mengisi perut.

Bagi komunitas yang sering berperan sebagai penggerak relawan dan donasi, pemahaman ini sangat krusial. Bantuan makanan tidak seharusnya dinilai hanya berdasarkan jumlahnya. Makanan harus di anggap sebagai dasar pemulihan. Makanan yang sesuai bisa berdampak pada kesehatan tubuh dan ketahanan mental para pengungsi.

Krisis bencana merupakan krisis yang memiliki banyak dimensi. Kekurangan gizi merupakan ancaman tak kasat mata yang menyerang pengungsi setelah trauma awal berkurang.

Mengembangkan Kekuatan di Tengah Kerapuhan

Kondisi pengungsi sering kali menimbulkan suasana yang sangat menekan. Suasana ini dicirikan oleh sanitasi yang tidak memadai, populasi yang tinggi, dan terkena cuaca ekstrem. Semua elemen ini memperbesar kemungkinan penularan penyakit.

Dalam situasi ini, nutrisi berperan sebagai pelindung utama. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin A, C, D, zinc, dan zat besi sangat krusial. Nutrisi ini memperkuat sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan tubuh pengungsi sering kali sudah menurun karena tekanan fisik dan mental.

Menyediakan makanan yang sekadar kaya karbohidrat atau gula akan mengisi perut. Akan tetapi, makanan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mikro yang dibutuhkan. Ahli Gizi Komunitas menekankan bahwa makanan perlu dirancang untuk mengatasi risiko penyakit menular. Nutrisi adalah senjata biologis utama para pengungsi.

Dukungan Nutrisi untuk Kesehatan Mental

Dampak bencana tidak hanya bersifat fisik; trauma psikologis sering kali bertahan jauh lebih lama. Para pengungsi mengalami kerentanan terhadap kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Di sini peran gizi menjadi sangat penting.

Otak yang menghadapi stres berkepanjangan memerlukan nutrisi tertentu untuk mempertahankan stabilitas. Asam lemak Omega-3, yang terdapat dalam ikan atau biji-bijian, sangat penting untuk fungsi saraf. Vitamin B kompleks dibutuhkan untuk pembentukan neurotransmitter. Neurotransmiter merupakan senyawa kimia yang mengendalikan mood.

Menyediakan gizi yang tidak baik sama dengan meminta seseorang yang sedang mengalami trauma untuk sembuh tanpa adanya dukungan dari kimia otak. Psikolog Klinis yang beroperasi di area bencana sering menghubungkan pola makan yang tidak baik dengan tingkat kegelisahan yang lebih tinggi. Polarisasi pola makan yang tidak baik juga menghalangi kemampuan kognitif pengungsi dewasa dalam merencanakan pemulihan.

Menjamin Keberlangsungan Hidup Generasi

Kelompok yang paling berisiko mengalami kekurangan gizi setelah bencana adalah bayi, anak-anak, wanita hamil, dan orang tua. Kebutuhan gizi mereka sangat khusus dan tidak bisa dipenuhi dengan makanan darurat umum.

Anak-anak, yang berada dalam tahap pertumbuhan penting, memerlukan protein dan energi yang cukup. Kekurangan nutrisi pada periode ini dapat mengakibatkan stunting (pendek) dan kerusakan kognitif yang berkepanjangan. Anak-anak yang tinggal di tenda pengungsi memiliki masa depan yang dipengaruhi oleh asupan gizi yang mereka dapatkan saat ini.

Wanita yang hamil dan menyusui memerlukan asupan zat besi, folat, dan kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Kekurangan gizi ini dapat berdampak pada kesehatan ibu serta bayi yang sedang dikandungnya. UNICEF dan WHO memiliki aturan ketat tentang penyediaan makanan untuk bayi dan anak yang perlu diterapkan di tempat pengungsian.

Mengubah Kriteria Bantuan

Seringkali, bantuan pangan didominasi oleh mie instan atau kue kering. Hidangan ini memiliki ketahanan yang lama dan mudah untuk didistribusikan. Akan tetapi, hidangan ini mempunyai kandungan gizi yang kurang. Mie instan kaya natrium dan karbohidrat sederhana. Makanan ini kurang memiliki protein dan serat yang memadai.

Diperlukan perubahan cara pandang dalam memberikan bantuan. Makanan yang mengandung banyak nutrisi mikro perlu menjadi prioritas. Makanan yang bisa disiapkan dengan segera. Contohnya adalah makanan kaleng yang diperkaya, kacang-kacangan, telur, atau produk susu yang telah difortifikasi.

Penyediaan makanan perlu diperhatikan dari aspek bioavailability. Bioavailability merupakan kapabilitas tubuh dalam menyerap zat gizi. Pendistribusian makanan segar atau makanan yang diproses secara lokal harus menjadi prioritas. Pengungsi harus dihadapi dengan harga diri. Mereka pantas menerima makanan yang mendukung proses penyembuhan.

Air dan Sanitasi sebagai Penunjang Nutrisi

Efektivitas gizi sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung. Air yang bersih merupakan syarat utama. Tanpa akses air bersih, kemungkinan terkena diare dan infeksi saluran pencernaan akan bertambah. Infeksi ini mengakibatkan malabsorpsi nutrisi. Makanan yang bergizi menjadi tidak bermanfaat.

Kebersihan pribadi dan sanitasi yang baik di tempat pengungsian juga perlu diperhatikan. Usaha penyediaan gizi harus sejalan dengan penyediaan air bersih dan fasilitas toilet yang layak.

Laporan Kesehatan Lingkungan mengungkapkan bahwa diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak-anak di lokasi pengungsian. Peningkatan gizi, tanpa sanitasi yang cukup, hanya merupakan separuh dari pertarungan.

Fase Peralihan dan Kelangsungan Gizi

Tanggung jawab gizi tidak selesai setelah periode darurat berakhir. Saat pengungsi mulai merespons kehidupan baru, fokus harus diarahkan pada keberlanjutan. Program harus memusatkan perhatian pada pengembangan kebun gizi di komunitas sekitar kamp. Program juga perlu menekankan pada penyediaan bibit dan pelatihan pertanian.

Tahap pemulihan perlu mencakup pengajaran tentang nutrisi. Edukasi ini mengajarkan metode untuk mengoptimalkan sumber daya makanan lokal yang ada. Sasaran utamanya adalah untuk menghindari ketergantungan jangka panjang terhadap dukungan luar.

Keberlanjutan ini mengubah penerima bantuan menjadi pelopor pemulihan diri. Nutrisi yang tepat merupakan kunci untuk memulihkan produktivitas komunitas yang terdampak bencana.

Gizi Merupakan Investasi untuk Pemulihan

Kebutuhan nutrisi untuk pengungsi bencana alam merupakan masalah yang memerlukan perhatian mendalam. Gizi merupakan faktor dasar yang menentukan laju pemulihan fisik dan mental. Gizi berperan penting dalam masa depan anak-anak yang berkembang di tengah kehancuran.

Untuk setiap orang yang berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan, alihkan perhatian pada sumbangan. Kendalikan agar bantuan makanan yang diberikan mengandung banyak nutrisi mikro. Sediakan makanan sebagai modal untuk mengembalikan energi dan harapan. Utamakan gizi, dan komunitas pengungsi akan memiliki dasar yang kuat untuk bangkit kembali.

Baca Juga: Mengapa Mi Instan Selalu Jadi Andalan Untuk Bantuan Bencana?

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner TikTok