Menstruasi atau haid merupakan keluarnya darah, lendir, dan puing-puing sel dari lapisan rahim yang disertai dengan pelepasan periodik siklik dari lapisan rahim, yang dimulai kira-kira 14 hari setelah ovulasi. Periode menstruasi terjadi setiap bulan selama 4-7 hari. Namun, tak sedikit wanita yang mengalami gangguan terhadap menstruasi. Mulai darah haid darah haid yang terlalu sedikit atau banyak, nyeri haid, hingga depresi menjelang menstruasi atau premenstrual dysphoric disorder. Simak penjelasan berikut untuk mengenali gejala dan penyebabnya.
Jenis Gangguan Pada Menstruasi Yang Sering Dialami
Gangguan ketika menstruasi sering kali menjadi permasalahan bagi sebagian wanita. Gangguan menstruasi dapat terjadi sebelum atau sesudah menstruasi. Selain dapat mengganggu aktivitas, gangguan menstruasi juga bisa memberikan dampak buruk pada kesuburan jika diabaikan. Gangguan menstruasi yang umum terjadi dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
1.Amenorea
Amenorea adalah keadaan ketika berhentinya menstruasi. Gangguan ini terbagi menjadi 2 yaitu sekunder dan primer. Amenorea primer terjadi pada anak perempuan yang tidak menstruasi selama 16 tahun dan yang tidak menunjukan perkembangan karakteristik seksual sekunder.
Amenorea primer dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan otak yang mengatur hormon menstruasi, atau masalah pada indung telur (ovarium) atau rahim. Sedangkan Amenorea sekunder terjadi ketika yang awalnya menstruasi teratur tiba-tiba berhenti selama 3 bulan atau lebih.
Cara penanganannya tergantung dari penyebab terjadinya amenorea itu sendiri, misalnya amenore hipotalamus fungsional (FHA) dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan asupan kalori, mengurangi aktivitas fisik berlebihan, dan terapi psikologis jika diperlukan.
Jika disebabkan oleh syndrome ovary polycystic (PCOS) dapat dilakukan perubahan gaya hidup, metformin untuk meningkatkan sensitivitas insulin, kontrasepsi oral untuk mengatur siklus menstruasi, dan anti-androgen untuk mengurangi gejala hiperandrogenisme.
2. Oligomenorea
Oligomenorea adalah kondisi ketika seorang perempuan jarang sekali mengalami menstruasi, yakni jika siklus menstruasinya lebih dari 35-90 hari atau mendapat hai kurang dari 8-9 kali dalam kurun waktu satu tahun.
Gangguan ini sering dikaitkan dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), karena gangguan ini disebabkan oleh hormon yang tidak stabil. Hormon tersebut adalah hormon androgen sehingga ovulasi terganggu. Selain itu oligomenorea juga dapat terjadi oleh perempuan muda karena ketidakmatangan aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium.
Cara penanganannya, dapat dilakukan dengan melakukan penggantian alat kontrasepsi yang tidak sesuai jika oligomenorea disebabkan oleh jenis alat kontrasepsi tertentu, mengonsumsi obat-obatan golongan gonadotropin releasing hormone (GnRH), tetapi tidak untuk jangka panjang, minum antibiotik, untuk mengobati oligomenorea akibat infeksi bakteri, propylthiouracil, untuk menangani oligomenorea yang disebabkan oleh hipertiroidisme, serta melakukan operasi, terapi radiasi, atau kemoterapi, untuk mengatasi oligomenorea yang disebabkan oleh tumor atau kanker.
3.Polimenorea
Polimenorea adalah keadaan ketika siklus menstruasi terpisah kurang dari 21 hari. Polimenorea dapat terjadi karena kelainan endokrin yang menyebabkan gangguan ovulasi dan fase luteal yang memendek.
Sebelum menangani polimenorea, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG untuk mengevaluasi kondisi rahim dan panggul, serta tes darah lengkap guna memeriksa keseimbangan hormon. Penanganan polimenorea akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, seperti:
- Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi menular seksual.
- Terapi hormon bagi pasien dengan gangguan tiroid atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Anjuran menjalani pola hidup sehat, seperti rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, bermeditasi, atau menjalani konseling psikologis untuk membantu mengelola stres.
- Penggantian metode kontrasepsi dengan alternatif yang lebih cocok dan memiliki efek samping minimal.
4. Hipermenorea
Hipermenorea atau menoragia adalah gangguan menstruasi yang terjadi sebagai siklus menstruasi yang lebih lama dari rata-rata, biasanya berlangsung selama lebih dari 8 hari dan lebih dari 80 ml perdarahan menstruasi dalam satu siklus.
Terjadinya Hipomenorea disebabkan oleh kelainan rahim atau penyakit seperti fibroid rahim (tumor jinak otot rahim), infeksi rahim atau hiperplasia endometrium (penebalan lapisan rahim). Selain itu dapat juga disebabkan oleh kelainan diluar kandungan, seperti anemia, kelainan dalam pembekuan darah, serta kelainan endokrin
Memahami penyebab hipermenorea merupakan langkah awal yang penting dalam penanganan kondisi ini. Sebagai langkah awal penanganan mandiri di rumah, dapat dilakukan beberapa hal berikut:
- Perbanyak konsumsi air putih untuk menjaga hidrasi tubuh.
- Gunakan kompres hangat di area perut guna meredakan nyeri atau kram yang mungkin muncul akibat hipermenorea.
- Konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
- Tambahkan buah-buahan yang mengandung vitamin C ke dalam menu harian untuk membantu penyerapan zat besi secara optimal oleh tubuh.
5. Hipomenorea
Hipomenorea yaitu gangguan siklus haid dimana lebih pendek dari biasanya, biasanya hanya berlangsung selama 1-2 hari, serta aliran darah yang lebih sedikit yaitu kurang dari 40 ml dalam satu siklus. Masalah hipomenorea tidak berpengaruh pada kesuburan,
penyebabnya adalah kurangnya kesuburan pada endometrium, karena defisiensi zat gizi, penyakit kronis atau ketidakseimbangan hormon seperti gangguan endokrin, defisiensi estrogen dan progesteron, stenosis membranosa, stenosis serviks uterus, serta sinekia uterus.
Selain itu, ada juga hipomenorea yang terjadi akibat berat badan kurang atau perubahan berat badan yang drastis, olahraga yang terlalu berat, maupun stres. Untuk penangannya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti:
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
- Mengelola stres dengan bijaksana
- Mencukupi waktu tidur
- Menjaga berat badan ideal
6. Dismenore
Dismenore merupakan suatu keadaan ketika dimana rasa sakit yang berlebihan selama menstruasi. Gejala dismenore dapat terjadi berbeda pada setiap wanita, gejala dismenore biasanya ditandai dengan nyeri kram perut, nyeri tumpul atau rasa tidak nyaman pada perut, nyeri punggung, sakit kepala, nyeri pada seluruh tubuh, mual, gerakan pencernaan meningkat, nyeri di paha, sembelit, dan nafsu makan menurun.
Penanganan dismenore, atau nyeri haid, dapat dilakukan secara mandiri dengan kompres hangat, mandi air hangat, atau konsumsi obat pereda nyeri. Jika dismenore parah, penanganan oleh dokter diperlukan. Penanganan non-farmakologi meliputi relaksasi, kompres hangat, terapi musik, aromaterapi, dan latihan fisik.
Mengenali berbagai jenis gangguan menstruasi sangat penting agar wanita dapat mengenali perubahan yang tidak biasa pada siklus haidnya. Jika gangguan menstruasi dibiarkan tanpa penanganan, hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup, keseimbangan hormon, bahkan kesuburan. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gejala yang berulang atau sering. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, gangguan menstruasi dapat dikendalikan sehingga kesehatan reproduksi tetap terjaga.
Baca Juga: Pola Makan yang Tepat untuk Meredakan PMS-mu
Referensi
- Gangguan Siklus Menstruasi Pada Remaja : Literature Review (2023), Jurnal Penelitian Perawat Profesional
- 5 Jenis Gangguan Menstruasi yang Perlu Diwaspadai – AloDokter
- Prevalence of oligomenorrhea among women of childbearing age in China: A large community-based study (2020), Sage Journal
- Evaluation of Amenorrhea, Anovulation, and Abnormal Bleeding (2018), Rebar, R. NCBI Bookshelf
- Premenstrual dysphoric disorder (2020), MedlinePlus
- Menstrual Cycle – Cleveland Clinic
- Amenorea (2024), Stat Pearls
- Oligomenorea – Alodokter
- Polimenorea – Alodokter
- Hipermenorea – Alodokter
- Hipomenorea – Alodokter
Editor : Eka Putra Sedana