Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi saat berusia 0-6 bulan. Sejuta manfaat baik bagi bayi, ibu, dan juga keluarga dapat dirasakan melalui pemberian ASI eksklusif.
Namun, terkadang menyusui menjadi tantangan bagi sebagian ibu menyusui karena adanya kesulitan seperti ASI sedikit atau tidak keluar, permasalahan kesehatan Ibu, dan kendala lainnya. Nah, hal ini tentu merisaukan para Bunda yang khawatir akan tumbuh kembang anak dan mulai mempertimbangkan menerima donor ASI. Apa saja sih yang perlu dipertimbangkan Bunda sebelum menerima donor ASI? Simak penjelasan berikut ya, Bunda!
Siapa Saja yang Membutuhkan Donor ASI
Donor ASI dapat didefinisikan sebagai sumbangan air susu dari ibu dengan kelebihan jumlah produksi ASI kepada bayi dengan ibu yang kesulitan memberikan ASI dikarenakan sejumlah alasan tertentu. ASI donor dapat diperoleh melalui instansi penyedia adanya ASI seperti depot ASI atau bank ASI.
Sejumlah kondisi yang menjadi sinyal “hijau” untuk menerima donor ASI adalah sebagai berikut:
- Ketiadaan Ibu karena meninggal dunia atau hal lainnya
- Permasalahan kesehatan pada Ibu seperti HIV/AIDS atau Hepatitis B
- Adanya trauma dan gangguan mental paska melahirkan yang mempengaruhi produksi ASI
- Ibu pernah melakukan operasi pengangkatan payudara
- Ibu sedang menjalani prosedur pengobatan atau terapi, seperti kemoterapi
Manfaat Donor ASI bagi Buah Hati
Pemberian ASI yang tidak mencukupi pada anak dapat berakibat pada berat badan bayi lahir rendah. Hal ini dapat memicu gangguan tumbuh kembang, rentan akan infeksi penyakit menular, dan bahkan kematian.
Dalam ASI terkandung zat gizi lengkap dengan adanya antibodi, sel darah putih, dan enzim yang dapat memperkuat dan menjaga kekebalan tubuh bayi. Melalui sejumlah penelitian, pemberian ASI atau donor ASI dapat mencegah atau menurunkan risiko bayi mengalami sejumlah penyakit seperti penyakit necrotizing enterocolitis (gangguan saluran cerna pada bayi), diabetes tipe 1, obesitas, asma, pneumonia, dan infeksi lainnya.
Donor ASI, Aman atau Berbahaya?
Di samping berbagai manfaatnya, pertanyaan ini pasti merupakan hal yang terbersit dalam benak Bunda ketika berpikir tentang donor ASI. Aman atau berbahaya ditentukan oleh sumber donor ASI (instansi bank ASI) dan kondisi ibu pendonor ASI perah tersebut.
Melalui ASI, penyebaran infeksi atau penyakit lainnya dari Ibu kepada bayi dapat rentan terjadi. Apabila Bunda telah memastikan sumber donor merupakan instansi terpercaya dan kondisi ibu pendonor ASI dalam keadaan sehat, merupakan hal yang aman untuk memberikan ASI donor pada anak.
Terapkan Langkah Ini Sebelum Menerima Donor ASI

Sebelum Bunda memutuskan untuk menerima donor ASI, Bunda perlu memperhatikan dan menerapkan langkah-langkah berikut untuk menjamin kesehatan bayi setelah menerima ASI.
1. Memilih Layanan Penyedia Donor ASI yang Jelas
Sumber yang terpercaya tentunya memiliki sistem pengendalian kualitas dan mutu ASI dalam hal pengumpulan, pengujian, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi ASI. Walaupun untuk saat ini layanan penyedia donor ASI masih terbatas, tetapi permintaan yang terus meningkat menjadikan sejumlah yayasan atau penyedia layanan bank ASI.
Informasi terkait bank ASI dan depot ASI ini bisa Bunda dapatkan melalui klinik, organisasi atau yayasan resmi, atau bisa juga dari rekomendasi dokter spesialis anak. Hindari menerima ASI dari sumber informal yang tidak terpercaya seperti dari tetangga, penawaran melalui Facebook atau grup WhatsApp yang belum jelas keamanannya.
2. Mengetahui Identitas dan Riwayat Kesehatan Pendonor
Bunda perlu mengetahui sejumlah identitas dari pendonor seperti agama dan alamat sebagai bahan pertimbangan norma agama dan sosial budaya pemberian ASI. Selain itu, terdapat sejumlah syarat yang perlu dipenuhi oleh pendonor ASI sebelum memberikan ASI-nya. Persyaratan tersebut meliputi
- Memiliki produksi ASI berlebih sehingga telah lebih dulu memenuhi kebutuhan bayinya
- Pendonor mendapatkan hasil negatif HIV/AIDS, sifilis, hepatitis B dan hepatitis C, serta HTLV (human T-lymphotropic virus) pada Ibu
- Tidak memiliki suami atau pasangan seksual yang menderita penyakit infeksi menular
- Tidak merokok dan menggunakan NAPZA
- Tidak menerima transfusi darah dalam 6 bulan terakhir atau transplantasi organ dalam 12 bulan terakhir
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman keras
- Tidak sedang dalam terapi pengobatan atau konsumsi obat yang memengaruhi kesehatan bayi seperti insulin, kemoterapi, atau hormon tiroid.
3. Perhatikan Penyimpanan ASI
ASI yang akan diberikan oleh anak dari bank ASI sebaiknya telah berada dalam alat atau tempat penyimpanan yang bersih yaitu dalam keadaan tertutup. Penyimpanan yang direkomendasikan adalah dalam botol kaca atau kantong khusus penyimpanan ASI. Pertimbangkan kembali memilih sumber donor ASI yang tidak disimpan dalam keadaan baik.
Nah, dengan memperhatikan sejumlah langkah di atas, diharapkan Bunda tidak perlu bimbang lagi ya dalam menerima donor ASI untuk buah hati. Yuk, berikan nutrisi terbaik bagi buah hati tercinta!
Baca Juga: ASI Berkualitas dengan Pangan Lokal: Makanan Alami untuk Ibu Menyusui
Referensi
- Amankah Donor ASI bagi Bayi? | Halodoc
- Bunda, Ini yang Perlu Diketahui mengenai Donor ASI | Alodokter
- Donor ASI, Inilah Hal yang Perlu Diperhatikan | Alodokter
- Donor Human Milk Practice in Indonesia: A Media Content Analysis (2024), Frontiers Nutrition
- Donor Air Susu Ibu (ASI) dan Permasalahan Hukumnya serta Upaya Pencegahan Terjadinya Hubungan Kemahraman (2019) SASI
- Karakteristik Pendonor Air Susu Ibu (ASI) di Media Sosial (2022), Tarumanagara Medical Journal
- Increasing The Animo of Donor Milk Givers and Recipients Through The Socialization of Breast Milk Sharing Program (2024), Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan
Editor: Eka Putra Sedana