Mengapa Food Miles Penting? Ini Jawabannya Menurut Ahli Gizi

Pola makan ditentukan berdasarkan ketersediaan pangan di sekitar kita. Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh musim dan komoditas lokal yang dimiliki. Ketergantungan pada pangan tertentu membuat pola makan “terlihat” terbatas; padahal hal itu sebenarnya tidak terjadi.

Pangan musiman, misalnya stroberi, yang hanya tersedia pada musim tertentu tidak bisa dipenuhi sepanjang tahun. Mencari stroberi di tempat lain yang sedang melewati musim stroberi menjadi jawaban untuk mengisi kekosongan persediaan stroberi. Perjalanan stroberi dari negara lain ke rumah kita menjadi perhatian khusus: apakah perjalanan stroberi ke rumah kita berdampak pada lingkungan?

Kebutuhan pangan selalu menjadi komoditas utama dalam perdagangan. Permintaan konsumen mengenai pangan menjadi alasan makanan harus menempuh “perjalanan” yang jauh sebelum sampai ke piring. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan food miles?

Food Miles: Jarak Tempuh Makanan ke Piring Kita

Menurut artikel di Journal of Cleaner Production, food miles menjelaskan jarak tempuh yang dilalui makanan dari produsen hingga konsumen. Food miles menggambarkan proses produksi mulai dari penanaman hingga panen, distribusi mengenai transportasi yang digunakan, hingga konsumsi di piring kita.

Food miles juga berhubungan dengan jejak karbon pada produk makanan tertentu selama siklus produksi. Studi menjelaskan bahwa jejak karbon berfokus pada produk makanan tertentu, misalnya saus tomat dari Swedia, tomat kaleng dari Italia, daging dari Amerika Serikat, dan gandum dari Australia. Proses panjang untuk memproduksi, mengemas, dan mendistribusi menggambarkan nilai food miles per makanan.

Our World in Data menjelaskan bahwa makanan menyumbang 26% emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca dari makanan terbagi dari:

  • hewan ternak dan perikanan (31%) termasuk gas metana pada hewan ruminansia, pengelolaan padang penggembalaan (pasture management), dan pengelolaan pupuk kandang (manure management);
  • produksi tanaman (27%);
  • penggunaan lahan untuk peternakan dan tanaman (24%); dan
  • rantai distribusi (18%) termasuk transportasi, pengemasan, dan food processing.

Data menjelaskan bahwa produksi hewan ternak menyumbang gas emisi terbesar. Our World Data menggambarkan perbandingan emisi gas rumah kaca untuk proses produksi 1 kilogram daging menghasilkan 60 kilogram gas karbon dioksida, sedangkan proses produksi 1 kilogram kacang polong menghasilkan 1 kilogram gas karbon dioksida.

Daging Sapi, Produsen Terbesar Gas Rumah Kaca

Proses produksi daging sapi menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar. Our World in Data menjelaskan bahwa dari 99,48 kilogram emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan dari produksi daging sapi. Pengubahan lahan menjadi tempat ternak menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di produksi daging sapi.

Sebanyak 56,23 kilogram emisi gas karbon dioksida berasal dari produksi gas metana. Gas metana merupakan hasil samping dari kotoran sapi. Semakin banyak sapi yang diternak, semakin banyak gas metana yang dihasilkan.

Hal yang cukup mengejutkan bahwa rantai distribusi tidak menyumbang gas rumah kaca dalam jumlah banyak. Rantai distribusi daging sapi, baik domestik maupun internasional, hanya menyumbang 0,49 kilogram emisi gas karbon dioksida. Carbon Brief menjelaskan bahwa 93% pengiriman bahan makanan menggunakan kapal yang menghasilkan emisi gas karbon dioksida dengan intensitas rendah.

Perhatikan Apa yang Kamu Makan

Emisi karbon menjadi perhatian utama dunia. Nature menjelaskan bahwa makanan menyumbang sekitar 30% emisi gas rumah kaca; food miles menyumbang sebesar dua pertiga. Hal ini menunjukkan bahwa mengurangi proses tempuh makanan ke konsumen dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.

Our World in Data menekankan bahwa mengurangi makan daging sapi dan beralih ke daging ayam dan plant-based dapat memberikan perbedaan signifikan mengenai food miles. Daging sapi per kilogram memproduksi 99,48 kilogram emisi gas karbon dioksida, sedangkan daging ayam per kilogram memproduksi 9,87 kilogram emisi gas karbon dioksida. Kacang-kacangan per kilogram memproduksi 0,43 kilogram emisi gas karbon dioksida.

Pembahasan ini tidak menekankan untuk tidak makan daging sapi sama sekali. Pembahasan ini menekankan pentingnya kita untuk mengetahui bagaimana makanan bisa sampai ke piring kita.

Setelah membaca mengenai food miles, mari pertimbangkan pilihan bahan makanan kita untuk menjaga bumi lebih baik.

Baca Juga: Mengenal Ready-to-Use Therapeutic Food untuk Malnutrisi 

Referensi

  1. How Far Does Your Food Travel? Understanding Food Miles and Carbon Footprint (2025), Journal of Cleaner Production
  2. Food Production is Responsible for One-Quarter of The World’s Greenhouse Gas Emissions – Our World in Data
  3. You Want to Reduce the Carbon Footprint of Your Food? Focus on What You Eat, Not Whether Your Food is Local – Our World in Data
  4. Environmental Impacts on Food – Our World in Data
  5. Food Miles Have Larger Climate Impact Than Thought, Study Suggests – Carbon Brief
  6. Global Food-Miles Account for Nearly 20% of Total Food-Systems Emission (2022), Nature

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner TikTok