Dunia kuliner terus berkembang. Menurut data BPS pada tahun 2023, usaha penyedia makanan dan minuman di Indonesia meningkat sebesar 21,13% sejak tahun 2016. Tren minuman kian variatif, termasuk matcha, salah satu beverage yang digemari banyak anak muda. Matcha diolah ke berbagai minuman manis, hidangan penutup, ataupun disantap secara original. Meskipun matcha menjadi tren terkini, pasalnya, matcha berasal dari daun teh hijau di Jepang dengan nama Camellia sinensis dan digunakan dalam seremoni teh tradisional.
Matcha dipercaya dapat menurunkan tingkat stress, meningkatkan kualitas tidur, dan mencegah penyakit kardiovaskular. Penelitian terbaru menemukan manfaat matcha pada wanita dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome). Mengutip temuan pada jurnal Trends in Food Science & Technology pada tahun 2021, manfaat kesehatan pada matcha berasal dari kandungan bioaktifnya, seperti katekin dan theanine.
Mengenal Matcha dan Theanine
Matcha berbeda dengan teh pada umumnya. Matcha dikonsumsi dalam bentuk bubuk halus, sehingga seluruh bagian daun teh ikut diminum saat penyeduhan. Berbeda dengan teh lainnya yang hanya diseduh dalam air panas, sehingga daun tehnya tidak ikut dikonsumsi secara langsung.
Proses pertumbuhan daun teh matcha dijaga dengan sangat spesifik. Agar mendapakan kandungan asam amino yang tinggi, daun teh harus dilindungi dari sinar matahari selama 20 hari sebelum dipanen. Setelah dipanen, daun teh akan dikeringkan dan dihancurkan hingga menjadi bubuk halus yang dikenal sebagai matcha.
Layaknya teh pada umumnya, matcha dikenal dengan berbagai manfaat baik bagi tubuh. Terutama kandungan asam amino-nya, yaitu L-Theanine yang hanya ditemukan dalam teh hijau dan jamur. Menurut Jurnal Frontiers in Nutrition pada tahun 2022, L-theanine merupakan asam amino terbanyak yang terdapat pada daun teh hijau (sekitar 50% total asam amino pada teh hijau adalah theanine).
Theanine menghilangkan rasa pahit dari kafein dan getir dari polifenol teh untuk menghasilkan aroma yang memikat. Dalam beberapa tahun terakhir, theanine terbukti memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan tubuh.
Manfaat Theanine dalam Matcha
Merujuk pada Jurnal Frontiers, Theanine terbukti memiliki manfaat kesehatan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker, dan anti-cemas. Beberapa penelitian menunjukkan efek terapi yang diberikan L-theanine pada kesehatan mental, seperti depresi, stress, emosi dan fungsi kognitif, dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Berdasarkan hasil review Sokary et al. pada tahun 2023 dalam Current Research in Food Science, berikut beberapa manfaat matcha lainnya:
- Menurunkan tingkat stress
- Meningkatkan fungsi kognitif, memori, dan fokus
- Membantu mengontrol tekanan darah
- Membantu menurunkan kolesterol LDL dalam darah
Penemuan terbaru juga mengungkapkan manfaat konsumsi teh hijau pada kesehatan reproduksi. Melansir pada penelitian oleh Ding, et al. pada 2015 lalu menemukan bahwa teh hijau dapat meningkatkan fertilitas pada manusia. Penemuan ini kemudian dilanjutkan oleh banyak studi yang mendalami peran theanine pada gangguan reproduksi seperti PCOS.
Matcha, Theanine, dan PCOS
Sindrom Poliklistik Ovarium atau PCOS merupakan gangguan hormonal yang umumnya dialami oleh wanita usia subur. Theanine dalam matcha dapat membantu mengatasi gejala PCOS melalui beberapa mekanisme. Berikut penjelasannya.
Menyeimbangkan Hormon
Sebuah artikel dalam Journal of Education and Health Promotion menemukan bahwa teh hijau atau matcha memiliki pengaruh positif pada penurunan berat badan, resistensi insulin, dan kadar testosterone bebas pada wanita dengan PCOS yang overweight dan obesitas. Selain itu, teh hijau dapat menghambat produksi hormon dihydrotestosterone (DHT) yang menyebabkan munculnya gejala PCOS seperti hair loss, hirsutism, dan jerawat.
Regulasi Stress dan Anxiety
Theanine, bersama katekin, diketahui menurunkan tingkat stress dan meningkatkan kualitas tidur. Hal ini diperkuat oleh penelitian oleh Li et al. pada tahun 2022 yang menunjukkan bahwa l-theanine memiliki pengaruh terapeutik pada kesehatan mental, seperti depresi, stres, emiosional, fungsi kognitif dan kebugara jasmani.
Membantu Manajemen Berat Badan
Sekitar 50 hingga 60% wanita dengan PCOS mengalami overweight. Merujuk pada hasil meta-analisis oleh Golzarand et al. pada tahun 2018, diketahui bahwa terdapat perubahan berat badan, IMT (Indeks Massa Tubuh), dan lingkar pinggang pada dewasa setelah intervensi menggunakan teh hijau. Selain itu, pada Journal of Nutrition and Food Security oleh Lesani et al. juga melaporkan suplemen teh hijau secara signifikan menurunkan berat badan, rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, dan kadar insulin puasa.
Berapa Gram Matcha Sehari bagi Wanita dengan PCOS?
Hingga saat ini, belum ada pedoman khusus konsumsi matcha bagi wanita dengan PCOS. Namun, penelitian Allahdadian, et al. dalam Avicenna Journal of Medical (2015) dan Tehrani et al. dalam Journal of Education and Health Promotion(2017) menemukan bahwa konsumsi 500 mg teh hijau per hari selama 12 minggu dapat menurunkan tingkat testosterone pada penyintas PCOS. Selain itu, dalam 4 studi yang dilakukan dalam rentang 6 minggu hingga 3 bulan, dilaporkan bahwa konsumsi 5 gram matcha per hari dapat menurunkan berat pada wanita dengan PCOS.
Tentunya, jumlah ini dapat bervariasi pada tiap orang. Faktor seperti kualitas matcha dan kondisi tubuh dapat menjadi pertimbangan sebelum mengonsumsi matcha. Karena matcha juga mengandung kafein, tidak semua orang cocok untuk meminum matcha tiap hari. Sehingga untuk memulai, ApleFriends dapat mencoba 1-2 gram matcha per hari atau konsultasikan pada profesional agar lebih aman.
Baca Juga: Apa Saja Manfaat Matcha untuk Kesehatan?
Referensi
- A comprehensive insight into effects of green tea extract in polycystic ovary syndrome: a systematic review (2021), Reproductive Biology and Endocrinology
- Effects of Daily Matcha and Caffeine Intake on Mild Acute Psychological Stress-Related Cognitive Function in Middle-Aged and Older Adults: A Randomized Placebo-Controlled Study (2021), Nutrients
- Effect of green tea on metabolic and hormonal aspect of polycystic ovarian syndrome in overweight and obese women suffering from polycystic ovarian syndrome: a clinical trial (2017), Journal of Education and Health Promotion
- Exploring the effect of green tea on weight loss and serum hormone levels in overweight and obese patients with polycystic ovary syndrome (2015), Avicenna J Clin Med
- L-Theanine: A Unique Functional Amino Acid in Tea (Camellia sinensis L.) With Multiple Health Benefits and Food Applications (2022), Frontiers in Nutrition
- Oral L-theanine administration promotes fat browning and prevents obesity in mice fed high-fat diet associated with the modulation of gut microbiota (2021), Journal of Functional Foods
- Statistik Penyediaan Makanan dan Minuman | Badan Pusat Statistik (BPS)
- Protection of murine spermatogenesis against ionizing radiation-induced testicular injury by a green tea polyphenol (2015), Biology of reproduction
- The science of matcha: Bioactive compounds, analytical techniques and biological properties (2021), Trends in Food Science & Technology
- The therapeutic potential of matcha tea: A critical review on human and animal studies (2023), Current Research in Food Science
Editor: Eka Putra Sedana