#SaveRajaAmpat: Menjaga Laut yang Menjaga Pangan Kita

menjaga-laut-raja-ampat

Ketika mendengar nama Raja Ampat, kebanyakan orang membayangkan hamparan laut biru dan terumbu karang yang memesona. Tapi di balik keindahan itu, tersembunyi potensi besar yang jarang disorot: Raja Ampat sebagai lumbung pangan laut yang menopang kebutuhan protein jutaan orang Indonesia. Lautnya bukan hanya indah, tapi juga menghidupi.

Namun, keindahan dan kekayaan laut Raja Ampat kini menghadapi ancaman serius. Beberapa waktu terakhir, masyarakat sipil dan aktivis lingkungan menyuarakan penolakan atas rencana pembangunan tambang nikel dan tambang batu kapur di wilayah Pulau Gag dan sekitarnya bagian dari gugusan Raja Ampat.

Salah satu perusahaan yang sempat mengantongi izin adalah PT GAG Nikel, anak usaha dari Harita Group. Meski sempat dibatalkan oleh Mahkamah Agung pada tahun 2017 karena berada di kawasan konservasi, isu pembukaan kembali konsesi tambang masih mencuat. Tidak hanya itu, beberapa wilayah juga dikabarkan mengajukan izin untuk tambang batu kapur (untuk semen) yang dikhawatirkan akan merusak karst dan wilayah tangkapan air.

Mengapa Tambang di Raja Ampat Berbahaya?

1. Ekosistem Laut Sangat Sensitif

Lumpur dan sedimen dari kegiatan pertambangan bisa masuk ke laut, menyebabkan kerusakan terumbu karang yang menjadi tempat berkembang biak ikan dan biota laut lainnya.

2. Mengganggu Mata Pencaharian Lokal

Sebagian besar masyarakat Raja Ampat hidup dari laut baik sebagai nelayan maupun pelaku ekowisata. Tambang berpotensi merusak sumber ekonomi utama mereka.

3. Mengancam Ketahanan Pangan Laut Nasional

Jika ekosistem Raja Ampat terganggu, hasil laut berkualitas tinggi yang menjadi penopang gizi masyarakat di Indonesia bagian timur akan ikut terdampak.

4. Bertentangan dengan Status Konservasi
Sebagian besar wilayah Raja Ampat telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN). Pertambangan di wilayah ini bertentangan dengan prinsip perlindungan keanekaragaman hayati.

Mengapa Raja Ampat Harus di Lindungi

1. Raja Ampat: Kawasan Paling Kaya Biodiversitas Laut di Dunia

Raja Ampat yang terletak di Provinsi Papua Barat Daya merupakan bagian dari Coral Triangle, wilayah laut tropis dengan biodiversitas laut tertinggi di dunia. Menurut WWF Indonesia, wilayah ini memiliki lebih dari 1.500 spesies ikan, 500 spesies karang, dan beragam biota laut yang tak ditemukan di tempat lain.

Dengan ekosistem seluas ini, Raja Ampat tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga lumbung protein laut bagi masyarakat sekitar dan daerah lain di Indonesia timur.

2. Sumber Protein Laut Bernilai Tinggi

Ikan-ikan dari Raja Ampat seperti ikan kakap, baronang, kerapu, dan tuna mengandung protein hewani berkualitas tinggi, asam lemak omega-3, vitamin D, serta mineral penting seperti selenium dan yodium.

Menurut data KKP (2024), konsumsi ikan per kapita di Indonesia mencapai 62,5 kg/tahun dan terus meningkat. Sementara volume produksi perikanan per November 2024 mencapai 10,25 juta ton. Wilayah seperti Raja Ampat menjadi pemasok penting dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, terutama bagi wilayah Papua dan Maluku.

3. Nelayan Tradisional dan Praktik Berkelanjutan

Menariknya, sebagian besar hasil laut masih ditangkap dengan cara tradisional, menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. Masyarakat adat di sana menerapkan sistem “sasi”, yakni larangan menangkap ikan pada waktu dan area tertentu, untuk menjaga regenerasi biota laut.

Praktik ini menunjukkan bahwa konservasi dan pemanfaatan bisa berjalan berdampingan. Pangan laut dari Raja Ampat bukan hanya bergizi, tapi juga dihasilkan dengan etika ekologis.

Suara Penolakan dari Warga dan Aktivis

Masyarakat adat, tokoh agama, serta LSM seperti WALHI dan Greenpeace Indonesia telah menyuarakan penolakan terhadap proyek tambang di Raja Ampat. Mereka menekankan bahwa pembangunan ekonomi seharusnya tidak mengorbankan alam dan warisan leluhur yang menjadi sumber kehidupan berkelanjutan.

Raja Ampat bukan hanya mempesona, tetapi juga penyangga kehidupan, sumber pangan laut yang menyehatkan jutaan masyarakat Indonesia. Ancaman tambang dan kerusakan ekosistem bukanlah isu lokal, ini adalah persoalan kita semua sebagai bangsa bahari.

Karena itu, mari kita suarakan perlindungan Raja Ampat, bukan hanya demi kelestariannya, tetapi demi masa depan pangan laut yang berkelanjutan.
Dukung nelayan lokal. Tolak eksploitasi yang merusak. Jaga laut, karena laut menjaga kita. #SaveRajaAmpat

Baca Juga : Resep Golbaengi Muchim, Hidangan Laut Kesukaan Ayah Yong-pil

Referensi

  1. The State of World Fisheries and Aquaculture 2022 – Food and Agriculture Organization of the United Nations
  2. Kenaikan konsumsi ikan nasional 2024, diharapkan mampu mengatasi gizi buruk – Antara News
  3. Siapa Pelindung Utama Keanekaragaman Hayati di Laut Indonesia? – Mongabay
  4. Merawat Perairan Namatota lewat Sasi Nggama – Mongabay

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *