Perkembangan media sosial yang pesat di era digital semakin mempengaruhi persepsi diri terhadap tubuh dan seringkali berhubungan pula dengan makanan. Ada kalanya kita dituntut untuk menjalani pola makan sehat tetapi juga ditekan untuk tampil “sempurna” secara fisik dihadapan banyak orang, terutama pada usia remaja dan dewasa muda. Lalu, apakah mungkin dapat menjalani pola makan dengan gizi seimbang plus membangun citra tubuh (body image) yang positif? Yuk, simak penjelasannya!
Apa Itu Body Image?
Body image adalah persepsi atau penilaian seseorang terhadap tubuh ideal dan apa yang mereka inginkan terhadap tubuh tersebut baik dalam hal berat badan maupun bentuk tubuh. Body image atau citra tubuh positif berarti seseorang dapat menerima dan menghargai tubuhnya, terlepas dari bentuk atau ukuran. Jika dimaknai dengan tepat, citra tubuh ini bisa membuat remaja berkembang dengan kondisi mental yang lebih baik.
Sayangnya, kebanyakan orang memiliki citra tubuh negatif, terutama karena adanya tekanan dari standar kecantikan yang tidak realistis. Akibatnya, tidak sedikit orang yang menjalani diet ketat, olahraga berlebihan, bahkan mengalami gangguan makan karena ingin mencapai bentuk tubuh ideal versi yang ada di media. Jika hal ini berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, maka akan berdampak pada status gizi.
Gizi Seimbang: Lebih dari Sekadar Diet
Ketika mendengar istilah “gizi seimbang,” sebagian orang langsung membayangkan makanan hambar, salad setiap hari, atau aturan makan yang ketat. Padahal, gizi seimbang bukan soal pembatasan, tapi soal keseimbangan dan keberagaman.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, gizi seimbang berarti mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan tetap memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, serta memantau berat badan. Jadi, bukan hanya soal apa yang dimakan, tapi juga bagaimana, kapan, dan berapa banyak makanan itu dikonsumsi.
Makanan bukanlah musuh. Ia adalah bahan bakar tubuh untuk bergerak, belajar, berpikir, dan bertumbuh. Ketika kita memandang makanan sebagai alat merawat diri, bukan musuh yang harus dihindari, maka hubungan kita dengan tubuh juga ikut membaik.
Ketika Body Image dan Gizi Berbenturan
Seringkali, orang mengubah pola makan bukan demi kesehatan tapi demi penampilan. Makanan dilabeli “jahat” atau “berdosa” dan kenaikan berat badan dianggap sebagai bentuk kegagalan. Pola pikir ini sangat berbahaya. Bukan hanya merusak hubungan kita dengan makanan, tapi juga dengan diri sendiri. Sehingga, gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, atau binge eating sering terjadi akibat body image negatif yang terus dikuatkan oleh lingkungan sekitar.
Mungkinkah Keduanya Jalan Bersama?
Ya, gizi seimbang dan body image positif bisa berjalan beriringan. Caranya bukan dengan memaksakan tubuh masuk ke dalam standar tertentu, tapi dengan mendengarkan dan menghargai tubuh sendiri. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan:
1. Mindful Eating
Belajar menikmati setiap makanan yang dikonsumsi dengan kesadaran penuh. Rasakan tekstur, rasa, dan aroma dari makanan. Bukan hanya makan karena emosi dan tekanan sosial, tapi karena tubuh benar-benar membutuhkan.
2. Berhenti Labeli Makanan sebagai ‘Baik’ atau ‘Jahat’
Makanan tinggi kalori seperti cokelat atau gorengan tidak “jahat”, asal dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak menggantikan nutrisi utama. Misalkan dalam seminggu konsumsi gorengan maksimal 3 kali atau sebulan hanya 3-5 kali saja konsumsi makanan atau minuman manis, ganti dengan banyak minum air putih atau memilih jajanan tradisional pasar yang lebih sehat.
3. Fokus pada Fungsi, Bukan Bentuk
Daripada bertanya “Apakah ini akan membuatku kurus?” karena kalimat ini berfokus pada hasil penampilan jangka pendek yang bisa membuat hubungan dengan makanan menjadi tidak sehat (misalnya diet ketat, merasa bersalah saat makan)
Cobalah ganti dengan pertanyaan “Apakah ini memberi energi? Apakah ini mendukung kesehatanku?” dimana kalimat ini fokus pada apa yang diberikan makanan itu ke tubuhmu: energi, nutrisi, kekuatan, imun yang baik dan dapat membantu kamu makan lebih sadar serta penuh perhatian (mindful eating), bukan karena tekanan atau standar kecantikan
4. Kurangi Paparan Media yang Tidak Sehat
Tinggalkan akun yang membuatmu merasa tidak dapat memuaskan keinginan. Ganti dengan konten yang mempromosikan self-love, keberagaman tubuh, dan pola makan intuitif atau pendekatan makan yang berfokus pada mendengarkan sinyal tubuh seperti rasa lapar dan kenyang.
5. Konsultasikan ke Ahli Gizi atau Psikolog
Kalau merasa hubungan dengan makanan dan tubuh mulai mengganggu aktivitas, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional yang benar-benar ahli dibidangnya dan telah memiliki sertifikasi. Itu bukan tanda kelemahan, tapi bentuk perawatan diri karena dari merekalah kamu dapat menemukan solusi dari permasalahan kesehatan kamu.
ApleFriends, perlu diingat bahwa gizi seimbang dan body image positif tidak saling bertolak belakang. Justru, ketika keduanya seimbang, kita bisa hidup lebih sehat—bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental dan emosional. Jadi, yuks bersama-sama sayangi tubuhmu dan rawat dengan baik!
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Diet Ketat dan Ekstrem Cenderung Gagal
Referensi
- The Correlation Between Body Image, Eating Habits, and Nutritional Status with Nutritional Anemia in Teenage Girls at Senior High School 1 Sampang (2023) Media Gizi Kesmas
- PMK No. 41 ttg Pedoman Gizi Seimbang (2014) Menteri Kesehatan Republik Indonesia
- Hubungan Body Image dengan Perilaku Diet dan Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Muhammadiyah Surakarta (2023) Jurnal Nutrisia
- Hubungan Mindful Eating (ME) dan Healthy Eating Literacy (HEL) dengan Status Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Remaja di Kota Tangerang Selatan (2024) Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien