Setiap gemercik air yang turun dari langit selalu membasahi tanah kering dan menyejukan hati. Hujan yang selama ini identik dengan ketenangan dan sumber kehidupan, kini kiasan tersebut tidak berlaku lagi. Pasalnya, air hujan tidak sepenuhnya terbebas dari polutan, saat ini air hujan mengalami pencemaran mikroplastik yang disebabkan aktivitas manusia.
Ecological Observations and Wetlands Conservation (ECOTON) mengungkapkan pencemaran mikroplastik di Indonesia telah mencapai skala nasional sehingga berimplikasi pada kesehatan manusia. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu menyebut mikroplastik telah menyebar ke dalam air, udara, makanan, hingga mengendap di dalam tubuh manusia. Adapun mikroplastik ini berasal dari serat pakaian sintetis, polusi kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.
Ancaman Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia
Riset yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menimbulkan kekhawatiran, sebab masalah ini menjadi serius karena menyangkut kesehatan manusia. Partikel mikroplastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter hingga 1 nanometer. Bahkan lebih halus dari debu biasa yang mengandung berbagai polutan.
Sebenarnya air hujan itu sendiri tidak berbahaya, melainkan pada racun yang terkandung di dalam plastik. Plastik mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPS), dan membawa logam berat yang dapat terurai di udara ketika memuai menjadi partikel mikro dan nano. Partikel-partikel itu bisa mengikat polutan lainnya seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan. Cemaran mikroplastik bersama polutan udara lainnya dapat terhirup melalui saluran pernapasan maupun masuk ke tubuh melalui air dan makanan yang terkontaminasi.
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2022 paparan mikroplastik bisa memicu berbagai penyakit pada tubuh manusia. Partikel berukuran mikro dan nano jika terhirup oleh sistem pernapasan dapat mengendap di paru-paru, hati, ginjal, plasenta, hingga pembuluh darah. Kontaminasi mikroplastik dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan masalah reproduksi, memicu kanker, stress oksidatif, dan gangguan hormon.
Selain berdampak kronis pada pengidap asma dan penderita penyakit kardiovaskular, mikroplastik disebut dapat mempercepat penuaan. Peneliti lain dari University of Campania Luigi Vanvitelli, Raffaela Marfella menyebut partikel ini dapat mempercepat proses penuaan melalui beberapa cara. Yaitu menginduksi disfungsi pembuluh darah dan mengubah perilaku sel organ dalam melalui pembentukan molekul perusak DNA.
Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik
Mengutip dari laman BRIN, memaparkan temuan bahwa air hujan di Jakarta terkontaminasi mikroplastik. Fenomena ditemukannya kandungan mikroplastik pada air hujan, menandakan babak baru pencemaran lingkungan yang berpotensi mengancam kesehatan manusia. “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian dan debu kendaraan, dan sisa pembakaran plastik,” kata Muhammad Reza Cordova merujuk pada laman BRIN.
Penelitian menjelaskan, dalam satu meter persegi terdapat 15 partikel mikroplastik berbentuk serat sintetis dan fragmen dari jenis polimer poliester, nilon, polietilena, polipropilen, dan polibutadien dari ban kendaraan. Artinya, jika luasan lahan 1.000 meter persegi, maka terdapat sekitar 15.000 partikel yang jatuh bersama hujan.
Kepala laboratorium ECOTON Rafika Aprilianti menuturkan polusi mikroplastik di udara Jakarta berkaitan dengan tingginya kadar serat sintetis berukuran nano dan mikro pada air hujan. “Air hujan berfungsi menyerap segala material, termasuk mikroplastik di atmosfer. Sehingga mikroplastik yang beterbangan larut dan terserap air hujan, kemudian turun kembali ke permukaan,” ucap Rafika menukil dari laman ECOTON.
Jakarta Sebagai Kota Dengan Kontaminasi Mikroplastik Tertinggi
Berdasarkan kajian ECOTON dan Jurnalis Lingkungan Indonesia (SEIJ) pada 2025, melakukan riset tentang pencemaran udara akibat kontaminasi mikroplastik. Kedua organisasi non pemerintah itu melakukan penelitian sampel udara pada 18 kota/kabupaten di Indonesia, dengan menggunakan metode pemantauan deposisi pasif dan Spektroskopi Inframerah Fourier Transform (FTIR).
Hasilnya, Jakarta Pusat menjadi kota dengan kontaminasi mikroplastik tertinggi. LSM itu mengungkapkan, dalam satu meter persegi udara Jakarta Pusat mengandung 17 hingga 37 partikel yang terdiri dari kadar fragmen 53,26%, jenis serat fiber 46,14%, dan jenis film mikroplastik 0,6%. Selain Jakarta Pusat, tercatat 4 kota lainnya seperti Bandung, Semarang, dan Kupang termasuk ke dalam Kota/Kabupaten dengan tingkat kontaminasi pencemaran mikroplastik tertinggi.
Lebih lanjut, Dr. Annisa Utami Rauf, S.Pd., Dosen FK KMK dari Universitas Gadjah Mada mengatakan, mengapa risiko paparan mikroplastik di perkotaan lebih tinggi. Ternyata, pola hidup modern di kota besar memicu meningkatnya kadar mikroplastik di atmosfer. Misalnya di Jakarta, dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan 20 juta unit kendaraan akan menghasilkan limbah plastik dan polusi udara dalam jumlah besar per hari.
Kok Bisa, Mikroplastik Terdapat di Air Hujan?
Sebagian besar dari kita mungkin tidak menyadari sumber pencemaran mikroplastik itu berasal dari budaya konsumtif dan abai terhadap aspek ekologi. Menurut Dr. Annisa Utami Rauf, S.Pd., Dosen FK KMK dari Universitas Gadjah Mada, aktivitas masyarakat yang masih bergantung pada kantong plastik sekali, penggunaan produk berbahan dasar plastik, dan tabiat membakar sampah plastik di lingkungan turut berkontribusi terhadap akumulasi partikel plastik di udara.
Ternyata siklus plastik tidak hanya berhenti di laut. Fenomena ini disebut sebagai atmospheric microplastic deposition, terjadi karena siklus plastik telah melampaui batas. Mikroplastik terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan emisi industri lalu melayang terbawa angin hingga dibawa kembali bersama air hujan.
Hal senada juga diungkapkan BMKG, mikroplastik yang ditemukan dalam air hujan dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain terbawa angin. BMKG menjelaskan terdapat dua cara partikel turun ke permukaan. Pertama melalui dry deposition, mikroplastik jatuh ke tanah karena pengaruh gravitasi, terutama saat udara tenang. Kemudian cara kedua yaitu wet deposition, partikel melayang di atmosfer menjadi inti kondensasi pembentukan awan, lalu ikut terbawa turun melalui air hujan.
Keberadaan Mikroplastik yang Tak Terkendali
Keberadaan mikroplastik di air hujan memperlihatkan bahwa siklus plastik telah menjangkau seluruh lapisan lingkungan. Pentingnya membangun kesadaran kolektif mulai dari individu hingga pemangku kebijakan untuk mengambil langkah konkret. Dengan membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai, pemakaian produk berkemasan plastik, dan membangun pendidikan sejak dini. Agar membentuk perilaku bijak terhadap lingkungan serta menerapkan konsep reduce dan reuse untuk mengurangi akumulasi mikroplastik di alam.
Selain terdispersi melalui udara, mikroplastik juga menyebar dalam rantai makanan manusia. Partikel berukuran kecil tersebut, kini ditemukan pada makanan laut, ataupun air minum dalam kemasan yang menggunakan wadah plastik. Guna meminimalisasi dampaknya, disarankan mengonsumsi makanan segar ketimbang produk olahan dengan wadah plastik atau menyantap makanan laut tanpa proses pematangan terlebih dahulu. Kemudian, hindari mengonsumsi air minum dalam kemasan, sangat direkomendasikan untuk merebus air dan menaruhnya dalam botol kaca atau stainless steel. Strategi merebus air dapat mendekontaminasi mikroplastik dari air keran rumah tangga.
Sebagai manusia dan warga negara kita berhak atas udara bersih dan lingkungan hidup yang sehat, sebagaimana dijamin oleh negara dalam Pasal 28H UUD, Pasal 65 ayat (1) dan (2), UU Nomor 32 Tahun 2009, dan UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 9. Karena udara yang bersih dapat meningkatkan angka harapan hidup dan kesejahteraan warganya.
Baca Juga: Larangan Air Mineral Kemasan Kecil di Bali, Apa Dampaknya?
Referensi
- Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, BRIN Ingatkan Bahaya Polusi dari Langit | Badan Riset dan Inovasi Nasional
- Riset Ecoton dan SIEJ Ungkap Paparan Mikroplastik Udara Jakarta Tertinggi di Indonesia | Ecological Observations and Wetlands Conservation
- Mikroplastik di Air Hujan, Pakar UGM Sebut Ancaman Bagi Kesehatan Manusia | Universitas Gadjah Mada
- How do The Microplastics in Our Bodies Affect Our Health | BBC
- Microplastic Everywhere | Harvard Medecine
- Asal Muasal hingga Jumlah Paparan Mikroplastik Cemari Hujan Jakarta | Detikcom
Editor: Eka Putra Sedana

