PCOS dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Selama ini, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) lebih dikenal lewat gejala-gejala fisiknya seperti haid tidak teratur, jerawat hormonal, atau kesulitan menurunkan berat badan. Ternyata dampak PCOS lebih dari itu, ada sisi lain yang sering luput dari perhatian yaitu dampaknya terhadap kesehatan mental. Rasa frustasi karena tubuh yang tak merespons usaha diet, tekanan sosial karena standar kecantikan, hingga kekhawatiran soal kesuburan bisa perlahan menggerus kepercayaan diri bahkan memicu stres berkepanjangan. 

Penelitian dari Human Reproduction juga menunjukkan bahwa sekitar 40% perempuan dengan PCOS melaporkan gejala gangguan kecemasan, dan sekitar 30% mengalami depresi klinis. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding populasi umum.

Karena itu, memahami bahwa PCOS bukan hanya soal fisik, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan emosional, adalah langkah awal untuk mendukung para pejuang PCOS dengan lebih empati dan menyeluruh.

Apa Itu PCOS dan Mengapa Bisa Berdampak pada Mental?

Sumber : Canva

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah gangguan hormonal yang umum terjadi pada perempuan usia reproduktif, ditandai oleh ketidakseimbangan hormon seperti peningkatan androgen, gangguan ovulasi, dan keberadaan kista kecil di ovarium. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek fisik; PCOS juga memiliki implikasi signifikan terhadap kesehatan mental.​

Melansir dari jurnal Oxford Academic, perempuan dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mood, termasuk depresi dan kecemasan, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi ini. Faktor-faktor seperti resistensi insulin, obesitas, dan hiperandrogenisme berkontribusi terhadap peningkatan risiko gangguan mental pada penderita PCOS.​

Selain itu, gejala fisik PCOS, seperti jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, dan masalah berat badan, dapat mempengaruhi citra tubuh dan harga diri, yang pada gilirannya berdampak negatif pada kesehatan mental.​ Dengan demikian, penting bagi penderita PCOS untuk mendapatkan dukungan tidak hanya dalam aspek medis, tetapi juga dalam aspek psikologis, guna meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Tanda-Tanda Gangguan Mental yang Perlu Diwaspadai

Perempuan dengan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga rentan terhadap berbagai gangguan mental. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi:

1, Depresi 

Gejala depresi seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari, dan perubahan pola tidur atau nafsu makan​, kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan​, pikiran tentang kematian atau bunuh diri​ sering ditemukan pada penderita PCOS. Hal ini dikarenakan,perempuan-perempuan yang mengalami anovulasi kronik dan hiperandrogenisme mengalami peningkatan risiko untuk menderita diabetes, dislipidemia, hipertensi dan penyakit jantung koroner hingga kanker endometrium. Studi menunjukkan bahwa depresi memiliki prevalensi tertinggi di antara gangguan mental pada pasien PCOS.

2. Kecemasan

Dilansir dari Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan, kecemasan yang dialami oleh perempuan dengan PCOS dapat berdampak langsung pada terganggunya siklus menstruasi. Dalam kondisi cemas, bagian otak yang bernama hipotalamus dapat menghambat produksi hormon LH dan FSH kedua hormon ini berperan penting dalam proses pematangan sel telur. Bila hormon-hormon ini terganggu, ovulasi pun tidak terjadi, sehingga siklus menstruasi bisa tertunda atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

Tekanan psikologis yang terus menerus dapat memperburuk gangguan hormonal pada penderita PCOS. Perempuan yang memiliki persepsi negatif terhadap gejala yang dialaminya cenderung mengalami kecemasan berkepanjangan. Jika kondisi ini tidak ditangani, bukan tidak mungkin siklus haid akan semakin tidak teratur, bahkan hilang sama sekali

3. Stress Kronis

Stres yang berlangsung terus-menerus ternyata tidak hanya berdampak pada kondisi mental, tetapi juga bisa memengaruhi keseimbangan hormon tubuh. Terutama bagi perempuan dengan PCOS. Stres kronis diketahui berperan dalam meningkatkan kadar hormon kortisol, yaitu hormon yang dilepaskan tubuh saat menghadapi tekanan. Jika kadar kortisol dalam tubuh terlalu tinggi dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh dan memperparah gejala PCOS.

Hal ini dibuktikan dalam penelitian oleh Erna Kurniawati dan timnya yang dipublikasikan melalui Jurnal Kesehatan Reproduksi. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa perempuan dengan PCOS yang mengalami stres dan kecemasan memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami stres. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan stres sebagai bagian dari penanganan PCOS secara menyeluruh.

4. Gangguan Regulasi Emosi

Perempuan dengan PCOS tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga emosional. Banyak dari mereka melaporkan kesulitan dalam mengelola emosi, seperti mudah merasa marah, kewalahan, atau sedih berkepanjangan. Menurut studi dari  The International Journal of Indian Psychology  menunjukkan bahwa kemampuan mengatur emosi pada perempuan dengan PCOS cenderung lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kondisi ini. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap aspek kesehatan mental dalam penanganan PCOS secara menyeluruh.

Kesehatan Mental, Prioritas yang Sama Penting

PCOS bukan hanya soal fisik, tetapi juga erat kaitannya dengan kondisi emosional dan kesehatan mental. Gangguan hormon yang terjadi dapat mempengaruhi suasana hati, memicu kecemasan, bahkan menyebabkan depresi. Stres kronis, kesulitan mengatur emosi, hingga tekanan sosial menjadi faktor yang turut memperburuk gejala. Karena itu, penting bagi perempuan dengan PCOS untuk mendapatkan dukungan holistik, baik dari segi medis maupun psikologis.

Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan tubuh. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika mulai merasa kewalahan. Langkah kecil seperti mengenali emosi, berbicara dengan orang terdekat, atau rutin berolahraga bisa jadi awal perubahan besar. Semangat untuk terus merawat diri, luar dalam!

Baca Juga: PCOS: Kenali, Kelola, dan Atasi dengan Perubahan Pola Hidup Sehat

Referensi

  1. Young women’s psychological distress after a diagnosis of polycystic ovary syndrome or endometriosis (2016), Oxford Academic
  2. Mengenal Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), Gangguan Hormon yang Seringkali Tak Disadari Perempuan – Unairnews
  3. The Relationship Between PCOS And Mental Health – Betterhelp
  4. Segala hal yang perlu Anda ketahui tentang depresi, kecemasan, dan PCOS – Clue 
  5. Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pasien Polycycstic Ovary Syndrome (PCOS) (2023), Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
  6. Stres, Kecemasan dan Kadar Kortisol Serum Wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) (2024), Jurnal Kesehatan Reproduksi
  7. Emotion Regulation and Distress in Women with PCOS (2021), The International Journal  of Indian Psychology
  8. Association of polycystic ovary syndrome or anovulatory infertility with offspring psychiatric and mild neurodevelopmental disorders: a Finnish population-based cohort study (2020), Human Reproduction

Editor: Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *