Zaman sekarang dengan adanya teknologi yang semakin maju, menyebabkan informasi mudah dan cepat tersebar yang terkadang membuat masyarakat salah paham terhadap informasi yang dibaca maupun didengar. Salah satunya jenis diet ketogenik ini apabila seseorang tidak melakukan riset atau berkonsultasi pada ahli gizi atau dietesian akan memperburuk kondisi kesehatan. Kamu dapat mengenal terlebih dahulu diet ketofastosis disini:
https://dietpartner.id/mengenal-diet-ketofastosis-beserta-manfaatnya/
Seperti yang kita ketahui bahwa diet ketofastosis ini merupakan perpaduan antara diet keto dan interminttent fasting. Lalu apakah ini aman dilakukan oleh orang dengan riwayat penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)? Pasalnya banyak orang yang memiliki riwayat GERD mempercayai bahwa tidak sarapan di pagi hari merupakan hal biasa dan harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal pada diet ketofastosis. Tidak sarapan tentu memiliki resiko seperti naiknya produksi asam lambung sehingga dapat menyebabkan perut tidak terasa nyaman bahkan dapat mengiritasi lambung.
Jadi penderita GERD gak boleh nih coba diet ketofastosis?
Nah, ayo diperhatikan info pentingnya! Diet ketofastosis ini dapat dilakukan oleh penderita GERD lho, dengan catatan kamu harus berkonsultasi terlebih dahulu ke ahli gizi atau dietisien untuk menghindari reaksi berlebih akibat kenaikan asam lambung. Mengapa diperbolehkan? Karena pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan GERD yang berpuasa contohnya saat puasa ramadhan, keadaan lambung ternyata baik-baik saja.
Kok bisa? Karena pada saat berpuasa asam lambung masih tetap diproduksi. Sehingga pada saat melakukan puasa akan timbul rasa panas di kerongkongan, nyeri ulu hati dan keluhan lainnya. Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama, pada hasil penelitian di The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar asam lambung pada 10 hari awal berpuasa, jadi intinya hal ini dipengaruhi faktor kebiasaan juga ya. Pada saat puasa penderita GERD harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka, serta sebisa mungkin untuk mengkonsumsi obat lambung saat sahur untuk mengurangi rasa nyeri. Begitu juga pada saat melakukan diet ketofastosis.
Lalu apa hubungannya dengan sarapan dan tidak sarapan?
Beberapa teori dan penelitian menganjurkan bahwa seseorang dengan GERD penderita GERD sebaiknya melakukan sarapan pagi. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya peningkatan asam lambung serta lemas karena banyak kalori yang dikeluarkan. Pada diet ketofastosis ini dapat disimpulkan bahwa penderita GERD juga mengatur waktu makan saat akan berpuasa dengan tidak melupakan sarapan sama halnya dengan tetap sahur saat bulan ramadhan. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya komplikasi atau bahkan timbulnya gejala penyakit lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa kesalahan pemilihan menu makanan saat diet ketofastosis ini akan mempengaruhi kondisi tubuh, jadi makanan yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasal dari lemak trans atau jenuh, asam, pedas, permen, kacang kacangan, snack keripik, tape, durian, buah kelengkeng, melon, anggur yang terlalu matang, serta hindari kopi dan segala jenis soft drink. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu ya!
Sumber : Freepik.com
Penulis : Nadien Mutia Intan Maulidi, S.Gz | Editor : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi