PMT atau Pemberian Makan Tambahan adalah salah satu program pemerintah untuk memelihara status gizi anak. PMT diberikan untuk satu kali makan berupa makan lengkap atau makan selingan. Produksi PMT dilakukan oleh kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan posyandu setiap bulan.
Garam merupakan salah satu bumbu yang sering digunakan untuk memasak. Penggunaan garam untuk makanan anak-anak perlu diperhatikan karena Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2019 menjelaskan bahwa natrium untuk anak-anak (900 mg) lebih rendah daripada orang dewasa (maksimal 1700 mg) . Menurut artikel dari Korean Journal of Community Nutrition, orang yang menyiapkan PMT dapat memengaruhi kebiasaan makan, perilaku makan, dan pilihan makanan ke bayi dan balita. Lidah orang dewasa, yang sudah lama mencicipi rasa asin, sudah ‘kebal’ sehingga ada kemungkinan garam yang ditambahkan ke masakan melebihi kecukupan natrium anak-anak.
Rasa asin menjadi indikator utama apakah garam yang ditambahkan ke masakan sudah cukup atau berlebihan. Sebuah instrumen diperlukan untuk mengontrol pemberian garam agar masakan tetap enak disantap tanpa melebihi asupan yang dianjurkan. Apakah penggunaan instrumen tersebut efektif untuk mengurangi penambahan garam di PMT?
Kualitas PMT yang Belum Terkontrol
Saat ini kualitas PMT belum memiliki indikator kualitas yang pasti. Pengawasan terhadap pengadaan PMT hanya dari kuantitas, mulai dari biaya hingga jumlah produksi. Kualitas rasa saat ini hanya dinilai secara subjektif.
Menurut Buku Saku Kader Kesehatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan Balita 6-59 bulan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan, beberapa hidangan disajikan dengan kuah dan memiliki rasa asin atau gurih yang dominan. Contoh hidangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Usia (bulan) | 6 – 8 bulan | 9-11 bulan | 12-23 bulan | 24-59 bulan |
Menu | bubur soto ayam | tim sayur lodeh hati ayam | nasi sup telur daging kacang hijau | nasi rolade telur daging |
bubur manado | nasi tim pepes ayam | nasi ayam saus manis | mi goreng sehat isi ayam sayuran |
Salinometer Sebagai Alat Kontrol Rasa Asin
Salinometer merupakan alat untuk mengukur konsentrasi garam (salinitas) dalam makanan. Penggunaannya masih agak asing di pelayanan makanan Indonesia, khususnya untuk anak-anak. Child care center di Korea Selatan menggunakan alat ini sebagai alat kontrol rasa asin makanan.
Salinometer berperan penting untuk menghindari bias rasa asin juru masak. Menurut Jurnal Pariwisata Indonesia, perasa juru masak berperan penting dalam menentukan kualitas rasa makanan. Bias rasa asin untuk makanan anak-anak dapat membuat garam yang ditambahkan melebihi kecukupan gizi anak-anak. Penelitian di Busan, Korea Selatan menjelaskan standar resep dan instruksi memasak penting untuk menjaga rasa asin tetap stabil dan tidak terlalu asin untuk anak-anak.
Program mengenai pentingnya mengontrol pemberian garam untuk makanan anak-anak penting dilakukan untuk juru masak, khususnya juru masak PMT. Program ini membahas tentang penggunaan bahan alami untuk memberikan rasa dan kontrol rasa saat produksi dan penyajian. Studi di Korea Selatan menunjukkan bahwa pengetahuan juru masak sesudah diberikan program mengenai pemberian garam meningkat dibandingkan sebelum diberikan program.
Studi di Korea Selatan menunjukkan bahwa salinometer efektif untuk mengontrol asupan natrium untuk anak-anak. Penelitian di Busan menunjukkan bahwa tingkat keasinan yang diukur dengan salinometer selama satu tahun berangsur berkurang (0,46% ke 0,41%). Hal ini didukung dengan keterampilan juru masak yang terus dilatih sehingga sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Pentingnya Mengontrol Konsumsi Garam bagi Anak-Anak
Dampak konsumsi garam berlebihan tidak berlangsung cepat. Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan berbagai gangguan di dalam tubuh. Studi dari Poltekkes Semarang menjelaskan bahwa kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa bahan makanan tinggi natrium sangat mudah ditemui dan dikonsumsi anak-anak.
1. Manifestasi Hipertensi
Natrium berperan penting dalam kontrol tekanan darah. Studi yang dilakukan peneliti dari Poltekkes Semarang menunjukkan bahwa pola makan dan kesukaan makanan sejak anak-anak dapat berlanjut sampai dewasa. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh peneliti Lithuanian University of Life Sciences menjelaskan bahwa prevalensi hipertensi telah meningkat pada anak-anak dan remaja.
2. ‘Ketagihan’ dengan Garam
Penelitian yang dilakukan Universitas Kristen Satya Wacana menunjukkan bahwa makanan yang ada di sekitar anak-anak mengandung natrium dalam jumlah tinggi. Jajanan sekolah seperti mi instan, nasi goreng, sosis, chiki, dan pentol merupakan makanan yang sering dikonsumsi anak-anak. Rasa yang membuat ketagihan membuat anak-anak mengonsumsi makanan tersebut dalam jumlah banyak.
Artikel dari Food Quality and Preferences menjelaskan bahwa preferensi rasa asin berhubungan dengan kebiasaan makan asin. Semakin sering mengonsumsi makanan asin, semakin tinggi toleransi rasa asin. Hal ini dapat menyebabkan konsumsi garam menjadi berlebihan untuk memuaskan rasa asin yang ingin dicapai.
Setelah memahami peran salinometer untuk mengontrol rasa asin, mari kontrol konsumsi natrium untuk menjaga kesehatan.
Baca Juga: Konsumsi Sayuran Beku Meningkatkan Hipertensi? Ini Faktanya
Referensi
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia (2019), Republik Indonesia
- Changes in the Importance and Performance of Low-Sodium Management Among Childcare Center Cooks in Yongin, South Korea, After Salinometer Support Programs: A Descriptive Study (2024), Korean Journal of Community Nutrition
- Pemberian Makanan Tambahan pada Balita – Kementerian Kesehatan
- Buku Saku Kader Kesehatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan Balita 6-59 Bulan (2024), Republik Indonesia
- Efektivitas Kerja Cook Terhadap Tingkat Kelancaran Operasional Makanan Iga Bakar di Food and Beverage Product pada Fave Hotel Solo Baru (2016), Jurnal Pariwisata Indonesia
- Effects of a Practice Program for Low-Salt Meals on Infant Foodservices : Focusing on Infant Foodservices registered in Center for Children’s Foodservice Management in Busan Metropolitan City (2018), Journal of The East Asian Society of Dietary Life
- Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Natrium, Preferensi Rasa Asin, Berat Badan, dan Tekanan Darah pada Anak Usia Sekolah (2016), Jurnal Gizi Klinik Indonesia
- Association Between Neck Circumference and High Blood Pressure in Children and Adolescents: A Case-Control Study (2015), BMC Pediatrics
- Gambaran Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (Minyak) pada Anak Sekolah (2021), Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
- The Associations Between Genetics, Salt Taste Perception, and Salt Intake in Young Adults (2022), Food Quality and Preferences
Editor: Eka Putra Sedana