Sudah Minum Pil Diet Tapi BB Nggak Turun? Ini Alasannya!

Sudah mencoba berbagai cara untuk menurunkan berat badan, mulai dari diet ketat, olahraga intens, sampai akhirnya menyerah dan mencoba pil diet, tapi angka di timbangan tetap tidak turun atau stuck? Tenang, kamu tidak sendiri. Banyak orang merasa frustrasi karena merasa sudah melakukan segalanya, termasuk konsumsi suplemen pelangsing, tapi hasilnya nihil.

Padahal, penurunan berat badan adalah proses kompleks yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu cara instan. Nah, kalau kamu sedang atau pernah mengalami hal ini, kamu harus memahami bahwa pil diet belum tentu membuat berat badan turun. Beberapa poin berikut ini merupakan kesalahan maupun kemungkinan yang bisa terjadi.

1. Harapan Berlebihan pada Pil Diet

Sebagian besar orang mungkin masih mengira bahwa pil diet bisa menjadi “jalan pintas” ketika ingin menurunkan berat badan. Padahal, mayoritas suplemen penurun berat badan di pasaran hanya memberikan hasil yang sangat terbatas, bahkan hanya bekerja sebagai plasebo.

Pil diet sering kali dipasarkan dan diklaim sebagai solusi cepat dan mudah untuk menurunkan berat badan, tetapi mengandalkannya bisa tidak efektif dan berpotensi berbahaya. Daya tarik pil diet memang sangat kuat terkait manfaatnya yang disebut mampu menurunkan berat badan. Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa suplemen ini tidaklah aman atau dapat diandalkan sebagai metode untuk mencapai tujuan penurunan berat badan.

2. Metabolisme Bisa Melambat Saat Diet

Ketika kamu melakukan diet ekstrem atau mengurangi asupan kalori secara drastis, tubuh justru bisa mengaktifkan “mode bertahan hidup”. Ini adalah kondisi ketika metabolisme melambat untuk menghemat energi, sehingga tubuh membakar kalori lebih sedikit dari biasanya.

Dikutip dari Bass Bariatric Surgery Center, bahwa salah satu akibat yang ditimbulkan pil diet yakni terkait dengan laju metabolisme basal (BMR). Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan jumlah energi yang dibakar oleh tubuh saat dalam kondisi istirahat, dan bisa mengalami penurunan ketika kehilangan berat badan, khususnya jika penurunan tersebut dibantu dengan penggunaan obat-obatan tertentu.

3. Pil Diet Tidak Mengganti Gaya Hidup

Salah satu kesalahan umum adalah mengandalkan pil diet tanpa mengubah gaya hidup. Kamu tetap makan fast food, jarang olahraga, dan tidur tidak teratur, tapi berharap berat badan turun karena konsumsi pil? Itu ibarat mengisi ember bocor, tidak akan penuh atau hanya memperlihatkan hasil yang nihil.

Meskipun pil diet dapat menawarkan beberapa manfaat penurunan berat badan, namun bukan berarti kita menjadikannya sebagai alternatif solusi. Perlu diingat, bahwa strategi manajemen berat badan yang komprehensif adalah yang melibatkan diet sehat dan olahraga.

4. Kandungan Pil Diet Bisa Menyebabkan Retensi Air dan Nafsu Makan Palsu

Beberapa jenis pil diet bekerja dengan cara menekan nafsu makan secara kimiawi atau menyebabkan efek diuretik (pengeluaran air dari tubuh), yang awalnya mungkin membuat berat badan turun. Akan tetapi ini bukan penurunan lemak, melainkan kadar air atau efek sementara saja. Begitu konsumsi pil dihentikan, berat badan bisa kembali naik bahkan lebih tinggi dari sebelumnya (weight rebound). 

Dari buku Elsevier eBooks, juga dijelaskan bahwa bahan yang terkandung dalam pil diet biasanya dapat memengaruhi kontrol nafsu makan dengan adanya faktor biologis dan psikologis. Misalnya, beberapa senyawa yang dapat menekan nafsu makan atau mengubah sinyal kenyang, lalu menyebabkan terjadinya isyarat kelaparan palsu. 

5. Masalah Medis Tersembunyi

Kalau kamu sudah berusaha menurunkan berat badan dengan cara yang sehat, termasuk olahraga dan mengatur pola makan, namun tetap tidak ada perubahan, mungkin ada kondisi medis tertentu yang menjadi penghalang. Misalnya hipotiroidisme, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), resistensi insulin, atau masalah hormonal lainnya. 

Menurut hasil penelitian dari Revista Científica Sistemática, bahwa wanita dengan PCOS akan sering mengalami resistensi insulin, yang dapat menyebabkan peningkatan penyimpanan lemak dan kesulitan menurunkan berat badan. 

Jadi, Harus Gimana Dong?

1. Fokus pada pola makan gizi seimbang

Utamakan konsumsi makanan utuh seperti sayur, buah, protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks. Bukan soal makan sedikit, tapi makan dengan cerdas dan seimbang.

2. Perbaiki kualitas tidur dan manajemen stres

Kurang tidur di malam hari bisa meningkatkan hormon ghrelin (pemicu lapar) dan menurunkan leptin (pengendali nafsu makan). Selain itu, ketidakmampuan untuk mengelola stres juga bisa memicu emotional eating.

3. Aktivitas fisik rutin

Ini dapat dimulai dengan olahraga ringan, seperti jalan kaki rutin minimal 30 menit per hari, bersepeda, atau home workout lainnya. Dengan begitu, kamu sudah bisa berkontribusi dalam meningkatkan metabolisme dan membantu pembakaran kalori.

4. Evaluasi medis bila perlu

Jika sudah mencoba berbagai cara namun tidak berhasil, konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter untuk mengetahui apakah ada kondisi medis yang perlu ditangani.

Pil Diet Bukan Solusi

Pil diet bukan solusi utama untuk menurunkan berat badan. Tanpa perubahan gaya hidup yang menyeluruh, hasil yang kamu dapatkan bisa sangat minimal, bahkan tidak ada sama sekali. Daripada mengandalkan cara instan yang belum tentu aman dan efektif, lebih baik investasikan waktu untuk menerapkan pola makan sehat, olahraga rutin, dan perawatan diri secara holistik.

Saat ini, juga banyak pil diet atau suplemen yang tidak memiliki dukungan ilmiah terkait kemanjurannya dalam menurunkan berat badan. Bahkan, fatalnya sering tidak memiliki proses pengujian dan persetujuan sesuai standar yang berlaku, yang akhirnya menyebabkan banyak pertanyaan tentang keamanan dan efektivitasnya.

Baca Juga: Presiden Trump Hentikan Pasokan Obat ke Seluruh Negara, Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Referensi

  1. Bagaimana Obat Penurun Berat Badan Dapat Mengganggu Metabolisme Anda (2024), Bass Bariatric Surgery Center
  2. Diet and eating behavior: Appetite control and satiety (2023), Elsevier eBooks
  3. Dietary strategies for managing obesity and polycystic ovary syndrome (pcos) (2024), Revista Científica Sistemática
  4. Isi Piringku, Panduan Kebutuhan Gizi Seimbang Harian (2024), Kementerian Kesehatan RI
  5. Prescription drugs and dietary supplements for weight loss (2015), Advances in Obesity, Weight Management & Control.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *