Banyak orang rela mencoba berbagai cara demi menurunkan berat badan. Mulai dari pola makan yang ketat, aktivitas fisik intens, hingga suplemen yang diklaim mampu memberikan hasil cepat. Salah satu yang sedang naik daun adalah vitamin D. Katanya, vitamin D bisa bantu diet dan menurunkan berat badan. Tapi, apakah itu benar secara ilmiah? Yuk, kita kupas faktanya satu per satu!
Peran Vitamin D dalam Tubuh

Vitamin D dikenal penting dan bermanfaat untuk kesehatan tulang, membantu penyerapan kalsium, serta mendukung kekuatan otot. Vitamin D juga memiliki fungsi penting dalam menjaga daya tahan tubuh dan mengatur proses metabolisme. Studi dalam Jurnal Medula, bahkan menyebutkan peran vitamin D dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif, termasuk obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes.
Mengapa Vitamin D Berkaitan dengan Berat Badan?
Tubuh bisa mendapatkan vitamin D dari sinar matahari, makanan seperti ikan berlemak dan telur, serta suplemen. Namun, banyak orang mengalami kekurangan vitamin D, terutama yang jarang terpapar sinar matahari atau memiliki gaya hidup sedentari. Studi menunjukkan bahwa individu obesitas cenderung memiliki kadar vitamin D lebih rendah karena vitamin D larut dalam lemak dan bisa “terperangkap” di jaringan lemak sehingga tidak optimal tersedia dalam aliran darah.
Selain itu, studi dalam Jurnal Farmasi Komunitas mengungkap bahwa banyak orang mengonsumsi suplemen vitamin D tanpa memahami dosis yang tepat. Padahal, konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan dampak negatif, seperti toksisitas vitamin D, yang ditandai dengan gejala seperti mual, muntah, lemas, hingga kelebihan kalsium dalam darah (hiperkalsemia). Oleh karena itu, konsumsi vitamin D harus bijak dan sesuai kebutuhan tubuh, dengan anjuran tenaga kesehatan.
Benarkah Vitamin D Bisa Turunkan Berat Badan?
Beberapa penelitian menemukan bahwa suplementasi vitamin D dapat mendukung penurunan berat badan, terutama pada individu dengan kadar vitamin D rendah. Hal tersebut berkaitan dengan peran vitamin D dalam meningkatkan produksi hormon adiponektin yang membantu mengatur kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Ini membuat risiko penumpukan lemak berlebih jadi berkurang. Namun, efek ini pun tidak signifikan terjadi tanpa dukungan diet dan olahraga.
Menurut studi dalam Clinical Endocrinology, kombinasi suplementasi vitamin D dan diet menunjukkan hasil lebih baik dalam menurunkan massa lemak dan inflamasi dibanding diet saja, khususnya pada individu obesitas yang kekurangan vitamin D. Temuan ini menguatkan bahwa peran vitamin D bersifat komplementer, bukan pengganti usaha diet dan aktivitas fisik.
Studi Jurnal Farmasi Komunitas juga menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang beranggapan vitamin D sebagai “jalan pintas” untuk menurunkan berat badan, padahal pemakaiannya harus sesuai indikasi dan kebutuhan medis.
Artinya, vitamin D bukan “obat pelangsing”, tapi dapat mendukung metabolisme jika tubuh kekurangan vitamin D. Tanpa defisiensi, suplementasi tidak berdampak signifikan pada penurunan berat badan.
Perlukah Konsumsi Suplemen Vitamin D untuk Diet?

Pada orang dengan obesitas atau mereka yang berisiko mengalami defisiensi vitamin D, suplementasi bisa menjadi pilihan yang tepat. Ini karena jaringan lemak cenderung “menjebak” vitamin D, sehingga kadarnya dalam darah lebih rendah. Namun, penting untuk diingat bahwa konsumsi suplemen vitamin D bukan solusi penurun berat badan.
Efek suplemen terhadap penurunan berat badan masih terbatas. Studi dalam Mayo Clinic Proceedings menunjukkan bahwa meskipun suplemen dapat meningkatkan kadar vitamin D dan menurunkan peradangan, namun dampaknya pada berat badan tidak signifikan. Oleh karena itu, konsumsi suplemen tanpa indikasi jelas hanya meningkatkan risiko tanpa memberikan manfaat berarti.
Agar lebih aman, suplemen vitamin D sebaiknya hanya dikonsumsi setelah pemeriksaan kadar vitamin D dan atas rekomendasi tenaga kesehatan. Pendekatan bijak dan berbasis kebutuhan sangat penting untuk menghindari risiko toksisitas.
Cara Alami Memenuhi Kebutuhan Vitamin D
Sebaiknya, penuhi kebutuhan vitamin D dari sumber alami terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan suplemen. Beberapa cara yang bisa kamu lakukan antara lain:
- Terpapar sinar matahari pagi selama 10 hingga 15 menit.
- Mengonsumsi makanan sumber vitamin D seperti ikan berlemak, kuning telur, dan susu fortifikasi.
- Menjaga pola makan seimbang dan tetap aktif bergerak setiap hari.
Dengan cara ini, kamu dapat menjaga kadar vitamin D tetap optimal secara alami, tanpa harus bergantung pada suplemen, kecuali bila memang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
Jangan Mudah Percaya, Tetap Bijak dalam Diet
Vitamin D memang berperan dalam metabolisme dan dapat mendukung progres diet, tapi hanya jika tubuh kekurangan vitamin D. Jika kadar vitamin D sudah cukup, menambah suplemen tidak akan mempercepat penurunan berat badan.
Yang paling penting adalah konsistensi gaya hidup sehat, seperti konsumsi makanan bergizi, rutin olahraga, tidur cukup, dan kelola stres dengan baik. Jangan mudah tergiur klaim instan di media sosial.
Jadi, sebelum membeli suplemen vitamin D untuk diet, tanyakan dulu: apakah tubuhmu benar-benar membutuhkannya?
Baca Juga: Vitamin D untuk Performa Atlet: Seberapa Penting?
Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien
Referensi
- Vitamin D sebagai Pencegahan Penyakit Degeneratif hingga Keganasan (2019), Jurnal Medula
- Pengetahuan dan Penggunaan Vitamin D pada Mahasiswa Non-Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19 (2022), Jurnal Farmasi Komunitas
- Effect of vitamin D supplementation along with weight loss diet on meta-inflammation and fat mass in obese subjects with vitamin D deficiency (2018), Clinical Endocrinology
- Pengetahuan dan Penggunaan Vitamin D pada Mahasiswa Prodi Non-Ilmu Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19 (2022), Jurnal Farmasi Komunitas
- Vitamin D Supplementation in Obese Adults with Vitamin D Deficiency: A Randomized Controlled Trial (2024), Mayo Clinic Proceedings
- Perlukah Suplemen Vitamin D? (2016), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)