Vitamin D dan PCOS: Apakah Berhubungan?

vitamin-d-dan-pcos

Dilansir dari jurnal Annals Of Medicine and Surgery Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah salah satu gangguan endokrin yang paling umum pada wanita usia reproduksi, yang mempengaruhi 4–20% wanita di seluruh dunia.

Gejalanya beragam, mulai dari siklus menstruasi tidak teratur, jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, hingga kesulitan hamil. Selain itu banyak pasien PCOS menunjukkan gejala metabolik seperti obesitas viseral, hiperinsulinemia, dan resistensi insulin. Faktor inilah yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler (CVD), diabetes tipe 2, bahkan kanker ginekologi terutama karsinoma endometrium. 

Belakangan ini, perhatian ilmiah tertuju pada peran vitamin D dalam pengelolaan PCOS. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah sering ditemukan pada penderita PCOS, dan hal ini bisa memperburuk gejala yang ada.

Namun, seberapa efektifkah suplemen vitamin D sebagai bagian dari terapi PCOS? Artikel ini akan mengulas hubungan antara vitamin D dan PCOS, serta mengevaluasi bukti ilmiah terkini mengenai manfaat suplemennya.

Vitamin D: Lebih dari Sekadar Vitamin Tulang

Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan dikenal sejak ditemukan pada ikan kod pada awal abad ke-20. Berdasarkan sumbernya, Vitamin D terbagi menjadi dua bentuk ergocalciferol (Vitamin D2) dihasilkan oleh tumbuhan dan cholecalciferol (vitamin D3) berasal dari makanan yang diolah dari hewan.

Masalah medis yang sering terjadi di dunia adalah kekurangan Vitamin D. Dilansir dari Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia diperkirakan sekitar 1 milyar orang seluruh dunia mengalami defisiensi Vitamin D. 

Seperti yang diketahui oleh orang awam, Vitamin D hanya berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dan fosfat dalam tubuh, sehingga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, gigi, dan otot. Namun, Vitamin D lebih dari itu.

Ternyata banyak manfaat lainnya dari Vitamin D yang jarang diketahui yaitu antaranya dapat mencegah kanker, diabetes, migrain, gangguan autoimun, dermatitis atopik, psoriasis, serta alopecia areata. 

Kaitan antara Vitamin D dengan PCOS

Vitamin D dipercaya berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita. Ini dibuktikan dengan kehadiran reseptor Vitamin D (VDR) dalam granulosa dan sel kumulus ooforus yaitu sel-sel yang ada disekitar telur. Kehadiran reseptor ini menunjukkan bahwa Vitamin D memainkan peranan penting dalam regulasi yang tepat dari siklus reproduksi wanita. 

Bentuk aktif Vitamin D yang disebut,1, 25 (OH) 2D3, diketahui bisa memproduksi hormon-hormon penting untuk mengatur ekspresi dan sekresi hormon seperti hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan human placental lactogen (hPL). selain itu, Vitamin D juga membantu tubuh untuk memproduksi hormon reproduksi seperti progesteron, estradiol, dan estron dalam kondisi laboratorium (in-vitro). Dengan kata lain, Vitamin D dibutuhkan agar proses pembentukan hormon estrogen pada wanita berjalan dengan baik.

Didalam tubuh manusia memproduksi hormon AMH (hormon anti-Mullerian). Penelitian menunjukkan bahwa Vitamin D ikut berperan sebagai pengatur AMH, sedangkan AMH berperan penting dalam proses folikulogenesis (pematangan folikel di ovarium), oleh karenanya orang yang memiliki gangguan hormon AMH sering dikaitkan dengan disfungsi ovarium, seperti pada PCOS. Menariknya kadar AMH dipengaruhi oleh kadar Vitamin D dalam tubuh, beberapa studi menemukan bahwa :

  • Wanita dengan PCOS cenderung memiliki kadar Vitamin D yang lebih rendah dalam cairan folikelnya
  • Pemberian Vitamin D dapat menurunkan kadar AMH serum pada wanita PCOS, yang menunjukkan kemungkinan efek positif terhadap regulasi ovulasi.
  • Vitamin D dapat meningkatkan reseptor anti-inflamasi yang larut dalam darah, terutama pasien PCOS yang mengalami defisiensi Vitamin D
  • Ketika dikombinasikan dengan metformin dan kalsium, Vitamin D dapat berpotensi untuk membantu menormalkan siklus menstruasi dan ovulasi.
  • Vitamin D juga mendukung peningkatan protein pengikat faktor pertumbuhan mirip insulin (IGFBP-1) yang penting untuk fungsi ovarium

Status Kecukupan Vitamin D 

Berikut merupakan panduan kadar kecukupan Vitamin D berdasarkan konsentrasi 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) dalam darah, yang umum digunakan dalam praktik klinis untuk menilai status Vitamin D : 

Vitamin D StatusLevels
US IOM classification 
Severe deficiency<5 ng/mL
Deficiency<15 mg/mL
Sufficiency<20 ng/mL
Risk of toxicity>50 ng/mL
US Endocrine Society Classification
Deficiency<20 ng/mL (50 nmol/L)
Insufficiency21 – 29 ng/mL (5.25 – 72.5) nmol/liter
Sufficiency>30 ng/mL
Toxicity>150 ng/mL
1 mcg = 40 IU; 0.025 mcg is 1 IU

Ternyata Vitamin D terbukti memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kesehatan reproduksi wanita, termasuk regulasi hormon, folikulogenesis, dan ovulasi. Penggunaan suplemen Vitamin D jika dikombinasikan dengan metformin dan kalsium dapat membantu menurunkan kadar AMH, menormalkan ovulasi, serta meningkatkan keseimbangan hormon reproduksi. Meski demikian, efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada kadar awal Vitamin D, tingkat keparahan PCOS, dan faktor metabolik lainnya.

Dengan mempertimbangkan bukti yang ada, Vitamin D dapat menjadi bagian dari pendekatan holistik untuk manajemen PCOS. Namun tidak boleh digunakan untuk terapi tunggal. Lakukanlah pemeriksaan kadar Vitamin D secara berkala dan konsultasi dengan tenaga medis untuk menentukan dosis yang sesuai dan aman.

Referensi

Baca Juga: Kekurangan Vitamin D Bisa Picu Obesitas? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Editor : Eka Putra Sedana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *