Sudah dengarkah anda dengan riuhnya lifestyle YONO? Pastinya anda lekat dengan tren YOLO yang mendominasi generasi Z di beberapa tahun terakhir. Apa sih YONO dengan segala gegap gempitanya dan bagaimana tren lifestyle ini mempengaruhi pemilihan bahan makanan dan pemenuhan nutrisi? Ikuti artikel ini yang dengan padat mengulas pendapat Diet Partner terhadap YONO untuk temukan jawabannya!
Dari YOLO ke YONO: Mode bertahan?
Gesitnya sosial media dengan dengungannya gaya hidup YOLO (You Only Live Once) dikalangan anak muda sudah mulai digantikan dengan tren terbaru yaitu YONO (You Only Need One). Ketenaran YOLO digambarkan sebagai gaya hidup yang fokus pada mindset konsumsi dengan mencari pengalaman baru unik yang tak jarang akan dilakukan dengan menghamburkan uang. Sederhananya, cara pikir ini menormalisasi perilaku “pikir nanti” atau “selagi ada, tidak apa-apa”. Dalam banyak kasus, di jangka waktu lama cara pikir ini dapat mengakibatkan perilaku konsumsi yang kurang bijak dan dapat mempengaruhi kondisi finansial di masa depan.
Berkebalikan dengan YOLO, tren YONO ini membawa prinsip konsumsi yang rasional, gaya hidup sederhana, dan efisien. Para ahli dan pengamat sosial menilai bahwa tren ini muncul sebagai respons atas tekanan ekonomi berkepanjangan seperti inflasi, biaya hidup yang meningkat, serta pendapatan yang stagnan. Akibatnya, kebiasaan konsumtif yang tidak terencana pelan-pelan berubah menjadi pola hidup hemat dan bijaksana.
Didukung oleh semakin meleknya kalangan muda akan literasi finansial, kesadaran akan pentingnya dana darurat dan kestabilan jangka panjang semakin menjadi prioritas. Dua prinsip YONO adalah penghematan dan hidup dengan tujuan. Memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan serta membuat keputusan berdasarkan informasi yang relevan (informed decision) menjadi poin-poin utama implementasi YONO.
Bagaimana YONO Mempengaruhi Pilihan Makanan dan Pemenuhan Nutrisi?
Tak hanya perubahan di bidang keuangan, prinsip hidup YONO juga menjalar ke aspek kehidupan lain seperti pemenuhan dan pemilihan makanan serta nutrisi tubuh.
1. Porsi Berbagi: Less is more atau more is less?
Pengaruh YONO juga mendorong industri makanan dan minuman untuk meluncurkan produk-produk relatif lebih terjangkau dengan strategi utama menurunkan harga jual. Hal ini banyak dicapai dengan menawarkan ‘porsi lebih hemat’ dan penggunaan bahan yang lebih murah sehingga dapat menekan harga jual.
Mengusung model ekonomi berbagi, saat ini masyarakat cenderung memilih porsi berbagi atau memesan paket makanan. Dengan porsi yang relatif lebih besar daripada porsi single, strategi ini memungkinkan konsumsi bersama dengan harga yang relatif murah.
Segi positif yang terdampak adanya tren YONO ini adalah kemungkinan berkurangnya kecenderungan konsumsi berlebih suatu makanan. Usaha pemerintah dan industri kesehatan dalam mengingatkan masyarakat untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) dalam pilihan makanan dan minuman dinilai dapat semakin terbantu karena efek psikologis berbagi makanan bersama orang lain dapat mengontrol nafsu makan.
Namun, perlu disadari bahwa kebutuhan nutrisi tubuh harus tetap diperhatikan agar sesuai dengan anjuran porsi gizi seimbang sesuai dengan infografis yang disosialisasikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tak lupa, minum air putih minimal 2 liter sehari agar mengoptimalkan kerja tubuh.

2. Konsumsi bijak dengan valued-consumption
Gaya hidup YONO yang berfokus pada kebutuhan esensial tubuh, dinilai mampu mendorong semakin banyak masyarakat yang mawas akan kesehatan serta pemilihan tipe serta porsi konsumsi. Mulai dari tren whole-food sampai dengan vegan/ vegetarian pun meramaikan suasana pasar FnB dunia. Sudah banyak masyarakat yang sadar pentingnya pemenuhan asupan nutrisi selain dari pemilihan rasa yang memuaskan dan harga yang terjangkau.
Maraknya konten-konten sosial media dari influencer ternama sampai pada kursus atau seminar berkaitan dengan kesehatan yang berisi rekomendasi diet plan, suplemen kesehatan, serta pola konsumsi serta olahraga mampu menjadi sarana edukasi yang efektif bagi masyarakat luas.
Dengan adanya informasi yang bertebaran di sosial media, kita sebagai konsumen perlu menjadi lebih bijaksana dalam mengkaji keabsahan informasi. Misalnya, apakah benar konsumsi harian suplemen vitamin C 1000mg masih diperlukan bila tubuh sudah mengkonsumsi banyak jeruk dan jambu biji? Dengan mengetahui bagaimana nutrisi dapat secara efektif diserap tubuh, kita dapat lebih jeli menyaring informasi tentang diet yang cocok dengan kondisi tubuh. Lebih baik juga didampingi oleh pendapat profesional ahli gizi dalam menelaah program diet tertentu agar tidak berpotensi merusak tubuh dalam jangka panjang.
YOLO vs. YONO: Mana yang lebih baik?
Memang benar hidup jangan diambil pusing dan harus YOLO, maka dari itu kita harus menjaga kesehatan kita dengan lebih baik agar dapat menikmati dunia dengan lebih asyik. Maka, berhemat dalam menerapkan YONO pun boleh tapi kesehatan harus menjadi nomor satu. Apapun lifestylenya, jangan lupa tetaplah berpegang pada metode 3B (Beragam, Bergizi, dan Berimbang) agar tubuh dapat bekerja dengan optimal.
Baca juga: Gizi yang Dipersonalisasi: Kunci untuk Hidup Sehat dan Optimal
Author: Clarissha Vallerie Widjaja, Bc. Science (Hons) Culinology
Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Referensi:
- Fenomena Pergeseran Gaya Hidup dari YOLO ke YONO, Ketika Kesadaran Finansial Menggantikan Keseruan Sementara – Surat Dokter
- ‘YONO’ Lifestyle Emerges as a Key Consumption Trend Within Younger Generations – Tribune Chonnam
- What Are The Implications If A Large Number Of People Adopt The YONO Lifestyle? – The Asian Globe
- Knowing YONO: The New Minimalist Lifestyle Taking Over South Korea – VIVA News and Insights
- Buku Saku “Isi Piringku” – UGM Sehat
- Lupakan YOLO, YONO Jadi Tren Baru Gen Z, Apa Itu? – Times Indonesia
- Selamat Tinggal YOLO! Kini YONO Jadi Tren Gaya Hidup 2025 Para Gen Z – Detik Jateng