Moms…lagi menghadapi anak yang suka pilih-pilih makanan? Terkadang anak melakukan hal itu, misal anak menolak nasi dan hanya mau makan roti. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah picky eater. Berbeda dengan selective eater dimana anak menolak segala jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misal enggan mengonsumsi karbohirat seperti nasi maupun roti. Jika dibiarkan terus menerus, perilaku picky eater dapat meningkatkan risiko anak mengalami defisinsi gizi tertentu, terutama zat gizi mikro untuk mengoptimalkan fungsi dan daya tahan tubuh.
Bersahabat dengan Picky EaterMeski anak menolak jenis makanan tertentu, bukan hal yang bijak untuk memaksa mereka menerima makanan tersebut saat itu juga. Berikut 5 tips yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penerimaan anak terhadap makanan tertentu.
Gunakan Teknik Food Chaining
Seperti namanya, Food chaining (makanan berantai) menerapkan pengenalan makanan yang bertahap, berurutan dari makanan yang disukai anak ke makanan yang baru dikenal atau masih masuk dalam kategori “belajar untuk disukai”. Teknik ini dapat membantu anak-anak belajar menyukai makanan baru yang disandingkan dengan makanan yang sudah mereka sukai, dengan harapan anak akan mulai tertarik untuk mencoba dan belajar menyukai makanan baru tersebut. Teknik ini mirip seperti praktik “love it, like it, learn it” yang dibagikan oleh @leonavictoria_ahligizi melalui laman instagramnya.
Contohnya jika anak suka telur dadar namun tidak suka daging, sajikan dua makanan tersebut dan biarkan anak memilih. Supaya lebih menarik, bentuk dan tekstur daging bisa dimodifikasi sedemikian rupa sehingga anak lebih tertarik untuk mencoba, seperti jadi bakso tanpa tepung. Sangat wajar jika anak menolak jenis makanan tertentu pada percobaan pertama. Bahkan beberapa anak memerlukan paparan sebanyak 8-15 kali sampai akhirnya mau untuk mencoba.
Food Chaining terbukti efektif dalam meningkatkan penerimaan anak terhadap makanan, namun butuh kesabaran dan proses yang tidak sebentar.
Ciptakan Suasana yang Menyenangkan
Meskipun banyak saran untuk mengurangi distraksi saat makan, bukan berarti tidak boleh ada permainan sama sekali saat menyantap makanan. Jadikan ritual makan sebagai prosesi yang menyenangkan, misal mengumpamakan pepaya potong sebagai kapal atau pesawat terbang, serta melukis dengan sayuran aneka warna dan bentuk. Dorong anak untuk berinteraksi dengan makanan, sehingga meningkatkan keinginan untuk mencoba.
Susun Jadwal Makan yang Teratur
Membentuk rutinitas makan yang teratur dapat membangun kebiasaan makan yang baik pada anak-anak. Dengan adanya jadwal makan, anak akan mampu membentuk ekspektasi dalam dirinya bahwa akan mendapat makanan, sehingga kenikmatan terhadap makanan tersebut akan meningkat. Baiknya jangan menunggu anak dalam kondisi terlalu lapar, atau terlalu banyak camilan sehingga sudah merasa kenyang di jam makan utama.
Jadwal makan tiap anak bisa bervariasi, sebagai contoh 3x makan utama dan 2x selingan bisa diterapkan dengan interval sekitar 2-3 jam antar waktu makan.
Libatkan Anak dalam Menyiapkan Makanan
Anak akan lebih antusias ketika mereka dilibatkan dalam proses pemilihan dan penyediaan menu yang akan mereka makan. Tidak ada salahnya untuk mengajak anak berbelanja dan memilih sendiri makanan apa yang ingin mereka coba. Di sini orangtua juga bisa memberikan saran terhadap pilihan anak. Selanjutnya, jadikan memasak sederhana menjadi aktivitas seru yang bisa dilakukan bersama, sekaligus melatik motorik anak.
Makan Bersama-sama dan Berikan Contoh yang Baik
Dengan makan bersama-sama, orang tua dapat memberikan contoh kebiasaan makan yang baik pada anak-anak. Tidak dapat dipungkiri wahwa anak adalah peniru yang ulung. Mereka cenderung melakukan apa yang mereka lihat. Oleh karenanya, pola makan keluarga akan berpengaruh erat terhadap perilaku makan anak. Tidak harus setiap saat, namun luangkan waktu yang dimiliki untuk bisa makan bersama, misal di akhir pekan atau saat sarapan pagi.
Sumber gambar : freepik.com
Penulis : Ninda Ferranggita Pradani, S.Gz., R.D | Editor : Lilik Laras Shinta, S.Gz