Simak Penjelasan Singkat Perbedaan Wasting dan Stunting

Wasting dan stunting keduanya adalah fenomena kejadian gizi buruk pada anak. 

Menurut survei Kementerian Kesehatan (2022), 1 dari 12 balita di Indonesia mengalami wasting, dan 1 dari 5 balita menderita stunting

Namun, tahukah kalian perbendaan antara Wasting dan Stunting? Simak penjelasannya berikut ini!

1. Wasting

Wasting adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang mencerminkan berat badan anak terlalu kurus menurut tinggi badannya. 

Keadaan ini mengakibatkan balita berisiko mengalami ketertinggalan tumbuh kembang dalam jangka panjang, penurunan fungsi sistem imun, peningkatan risiko keparahan dan kerentanan terhadap penyakit menular, serta peningkatan risiko kematian terutama balita yang mengalami wasting parah. 

Kita perlu menyadari bahwa tumbuh kembang yang terjadi saat balita akan berdampak pada individu di masa yang akan datang. Kegagalan tumbuh kembang yang tidak teridentifikasi dan tidak mendapat tindakan yang baik, akan membuat pertumbuhan anak tidak maksimal.

Hal itu tentunya akan berdampak pada berkurangnya kualitas generasi penerus bangsa di masa depan. 

Wasting menjadi salah satu masalah gizi masyarakat yang serius di Indonesia. Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat tergolong serius jika memiliki persentase 10,0% – 14,0%, dan diklasifikasikan kritis jika melebihi ≥15%. 

Angka kejadian wasting di Indonesia menurun dalam beberapa tahun terakhir, yakni 12,1% di tahun 2013, 13,3% di tahun 2010, dan 10,2% di tahun 2018. 

Walaupun kejadian wasting di Indonesia semakin berkurang, namun angka wasting saat ini masih berada di atas 10%, sehingga wasting masih menjadi masalah yang serius untuk ditangani. 

Baca juga: Pentingnya Sumber Protein Hewani dalam MPASI

2. Stunting

Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang atau tergolong pendek jika dibandingkan dengan umurnya. 

Balita pendek (stunting) dapat diketahui apabila telah dilakukan pengukuran panjang atau tinggi badan terhadap balita yang selanjutnya dibandingkan dengan standar dan memiliki hasil di bawah normal. 

Standar baku yang digunakan yaitu World Health Organization – Multicentre Growth Reference Study (WHO – MGRS) tahun 2005 dengan kategori pendek apabila nilai z – score nya adalah –2 SD sampai -3 SD (Standar Deviasi) dan dikategorikan sangat pendek apabila nilai z – score nya kurang dari –3 SD.

Kejadian balita pendek (stunting) merupakan suatu permasalahan gizi yang sedang dihadapi baik dalam lingkup nasional maupun global. Pada tahun 2017, terdapat 22% balita di dunia mengalami kejadian balita pendek (stunting) atau setara dengan sejumlah 150.800.000 balita. 2018). 

Dampak dari kejadian balita pendek (stunting) sangat beragam dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya, mengganggu pertumbuhan tinggi dan berat badan anak, sehingga anak cenderung lebih pendek dengan berat badan cenderung jauh dibawah rata – rata anak seusianya. 

Tumbuh kembang anak yang tidak optimal salah satunya dapat mempengaruhi perkembangan motorik yang menyebabkan anak terlambat untuk bisa berjalan.

Selain itu, dapat juga mempengaruhi perkembangan kognitif, di mana IQ anak stunting lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya, sehingga kemampuan belajarnya pun akan lebih rendah.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa stunting berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun kognitif. 

Mengapa banyak anak Indonesia mengalami stunting?

Kejadian balita pendek (stunting) menggambarkan adanya permasalahan gizi kronis. Hal ini berkaitan dengan faktor risiko yang multidimensi, seperti kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, serta kondisi kesehatan dan gizi calon ibu / ibu mulai dari masa janin hingga masa bayi / balita.

Upaya intervensi gizi paling efektif untuk kejadian balita pendek (stunting) dapat dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0 – 23 bulan.

Baca juga: Resep MPASI Takmole “Otak-Otak Mocaf Lele”

Masalah gizi yang saling berkaitan

Meski tidak selalu, ada kalanya wasting dan stunting ini saling berkaitan, mengingat keduanya memiliki faktor risiko yang sama dan saling memperburuk kondisi satu dan lainnya. 

Selain risiko kematian yang tinggi, anak wasting yang tidak ditangani dengan baik berisiko 3 kali lebih tinggi menjadi stunting. Sementara itu, anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi menjadi wasting dibandingkan dengan anak gizi baik. 

Risiko kematian akan meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (wasting dan stunting) secara bersamaan.

Referensi :

Penulis : Nabila Ayu Mumtazah, S.K.M | Editor : Ulfi Rahma Yunita, M.Gizi & Ulfa Ratriana, S.Gz | Sumber Foto : Freepik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *