Kekurangan zat besi merupakan salah satu kekurangan zat gizi yang paling sering terjadi. Kekurangan mineral ini bisa terjadi di semua usia. Namun, paling sering terjadi dan dikhawatirkan terjadi yaitu pada anak balita. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menunjukkan proporsi anemia pada balita usia 12−59 bulan adalah sebesar 28,1%.
Kekurangan zat besi atau sering disebut dengan defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi ini dapat berakibat pada terjadinya anemia yaitu jumlah sel darah merah di dalam tubuh kurang dari batas normal.
Maka dari itu, pemenuhan asupan gizi pada balita bukan hanya protein, lemak, maupun karbohidrat saja. Balita juga memerlukan asupan yang mengandung vitamin maupun mineral yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Zat besi merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh seperti untuk memproduksi hemoglobin, metabolisme energi, fungsi kekebalan tubuh, dan lain sebagainya.
Masih tingginya prevalensi kejadian anemia pada balita, menjadi himbauan bagi orang tua untuk memberikan asupan gizi yang cukup bagi balita. Kegagalan dalam memberikan asupan gizi yang cukup tentunya dapat menimbulkan masalah pada balita.
Apa saja masalah yang ditimbulkan dari defisiensi zat besi balita itu? Yuk, Simak Bersama!
Dampak Defisiensi Zat Besi yang Harus Diwaspadai
Darah memiliki peran yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan balita. Sel darah merah, memiliki fungsi yang esensial dalam mendukung berbagai aspek pertumbuhan balita. Seperti halnya yang sudah dibahas di atas, bahwa defisiensi zat besi dapat mengakibatkan terjadinya anemia yang dapat berdampak pada anak balita seperti :
1. Gangguan Perkembangan
Anemia adalah masalah kesehatan yang berhubungan secara langsung dengan mortalitas (kematian) dan morbiditas (sakit) pada anak. Pada saat terjadinya anemia atau kekurangan darah, jumlah sel darah merah akan berkurang, sehingga pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Karena otak dan organ tubuh lainnya memerlukan oksigen untuk berfungsi optimal, kekurangan oksigen inu dapat menghambat perkembangan kognitif dan fisik pada anak.
2. Terganggunya Sistem Kekebalan Tubuh
Kekurangan asupan zat besi yang terjadi pada balita dapat menyebabkan gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya sel limfosit T yang biasa digunakan tubuh untuk bertahan dari infeksi. Dengan demikian terjadinya defisiensi zat besi pada anak dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
3. Mudah Lelah
Tubuh pada manusia membutuhkan asupan zat besi untuk memproduksi hemoglobin yang dapat membawa oksigen ke seluruh tubuh untuk membentuk energi. Apabila anak mengalami kekurangan zat besi pastinya akan anak cenderung mudah lelah.
4. Terganggunya Kesehatan Kuku
Dampak defisiensi zat besi bisa terlihat pula pada kuku. Permukaan kuku anak dapat menjadi kasar, mudah terkelupas dan mudah patah
Lalu, Berapa Banyak Zat Besi yang diperlukan Anak?
Zat besi yang diperoleh oleh anak usia 0 – 6 bulan pertama kehidupannya berasal dari ASI. Namun, setelah usia 6 bulan konsumsi ASI saja belum mencukupi kebutuhan nutrisinya. Sehingga anak perlu diberi tambahan zat besi dari asupan makannya. Menurut Permenkes RI No 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi, kebutuhan zat besi pada anak khususnya balita yaitu sebagai berikut :
- 0 – 5 bulan : 0,3 mg per hari
- 6 – 11 bulan : 11 mg per hari
- 1 – 3 tahun : 7 mg per hari
- 4 – 5 tahun : 10 mg per hari
5 Pilihan Bahan Makanan yang Tinggi Zat Besi
Zat besi pada anak dapat dipenuhi dengan makanan bergizi. Berikut contoh bahan makanan yang tinggi zat besi per 100 gr nya :
2 ptg sedangDaging Sapi(2,9 mg zat besi) | 3 ptg kecilHati Ayam(15,8 mg zat besi) | 3 ptg / 6 ekorKerang(15,6 mg zat besi) |
25 btgBayam(3,5 mg zat besi) | 1 bh besarTahu(3,4 mg zat besi) | 4 ptg sedangTempe(4 mg zat besi) |
Nah, tentunya kekurangan asupan zat besi dapat menyebabkan masalah kesehatan pada tubuh. Oleh karena itu, Ibu perlu memperhatikan kecukupan zat besi anak salah satunya dengan asupan gizi yang cukup.
Baca juga: Mengenalkan Jajanan Kemasan ke Balita? Boleh atau Tidak?
Referensi :
- Pengaruh Defisiensi Zat Besi dan Seng terhadap Perkembangan Balita serta Implementasinya (2020), Jurnal Sains dan Kesehatan
- Riset Kesehatan Dasar (2013), Kementerian Kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi
- Data Komposisi Pangan Indonesia (2018), Kementerian Kesehatan
- Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak dengan Kecukupan Zat Besi – alodokter.com
- Hubungan Stunting dengan Anemia, Morbiditas dan Perkembangan Anak Usia Batita di Puskesmas Kebondalem Pemalang (2023), Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
- Sering Disepelekan, Ternyata Kekurangan Zat Besi Menghambat Perkembangan Otak Anak! – hellosehat.com
- Anemia pada anak – rsudza.acehprov.go.id
- Ketahui Kebutuhan Zat Besi Bayi dan Cara Memenuhinya – alodokter.com
Editor : Rheinhard, S.Gz., Dietisien