Before-After Diet di Medsos: Inspirasi atau Tekanan Sosial?

before-after-diet

“Turun 10 kg hanya dalam 2 bulan!” Ungkapan seperti ini kerap ditemukan dalam caption konten before-after diet yang ramai di media sosial. Banyak orang terpukau dengan perubahan bentuk tubuh yang drastis. Tapi, apakah konten seperti ini memberikan motivasi yang sehat, atau justru menambah tekanan sosial?

Tren Before-After Diet: Antara Motivasi dan Ilusi

tren-before-after-diet
Sumber: Freepik

Media sosial kerap menampilkan foto before-after diet yang disertai testimoni dan promosi produk. Meski terlihat inspiratif, konten ini bisa membentuk standar tubuh ideal yang tidak realistis.

Studi dari Journal of Youth and Adolescence menyebutkan bahwa paparan visual seperti ini bisa meningkatkan kebiasaan membandingkan diri dan tekanan sosial, terutama pada remaja. Remaja putri menjadi kelompok paling rentan, karena persepsi tubuh mereka mudah terdistraksi oleh citra fisik yang dianggap ideal.

Studi lain dalam jurnal Filosofi juga menegaskan bahwa konten visual berperan dalam memicu ketidakpuasan tubuh dan menggeser motivasi diet ke arah yang negatif. Konten before-after, tanpa disaring secara kritis, bisa menjadi pemicu rasa tidak aman dan memperburuk kesehatan mental, bukannya memberi dorongan positif.

Diet Sehat Tidak Selalu Tampak di Foto

diet-sehat-tanpa-foto
Sumber: Pixabay

Unggahan before-after diet sering kali menampilkan hasil yang mengesankan, namun tidak selalu mencerminkan proses yang sehat. Banyak orang tergoda mencoba cara ekstrem seperti puasa berkepanjangan, konsumsi pil pelangsing, atau menghindari karbohidrat sama sekali demi hasil cepat.

Padahal, menurut Kemenkes RI, diet yang sehat justru dibangun dari pola makan yang seimbang, aktivitas fisik rutin, dan tidur yang cukup. Sayangnya, konten semacam ini jarang membahas hal-hal penting seperti kecukupan gizi, kesehatan mental, hingga respons tubuh terhadap perubahan.

Semua aspek tersebut sangat berperan dalam keberhasilan diet jangka panjang dan tidak bisa dinilai hanya dari tampilan luar dalam sebuah foto.

Tekanan Sosial dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

tekanan-sosial-dan-dampaknya
Sumber: Pixabay

Konten viral di media sosial kerap menciptakan tekanan sosial besar, terutama bagi remaja dan dewasa muda. Banyak dari mereka merasa perlu segera berubah agar diterima lingkungan atau memenuhi standar tren. Saat perubahan fisik tidak terjadi secepat harapan, perasaan gagal, rendah diri, bahkan gejala depresi bisa muncul.

Paparan berlebihan terhadap konten bertema tubuh ideal juga dikaitkan dengan meningkatnya kasus gangguan makan. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh visual media sosial terhadap cara seseorang memandang tubuh dan harga dirinya. Tekanan semacam ini perlahan bisa mengikis kesehatan mental, bukan hanya fisik.

Bijak Menyikapi Konten Before-After

Konten transformasi fisik bisa memberi motivasi, asalkan disikapi secara kritis. Penting diingat bahwa tidak semua perubahan tubuh terjadi lewat cara yang sehat. Tidak semua orang juga perlu mengalami transformasi besar-besaran untuk merasa cukup dengan dirinya sendiri.

Alih-alih terobsesi angka timbangan, lebih baik bijak mengevaluasi pola hidup secara menyeluruh. Apakah asupan sudah bergizi seimbang? Sudah tidur cukup dan rutin olahraga? Pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih bermakna daripada sekadar mengejar perubahan fisik.

Jika kamu merasa terinspirasi dari konten before-after, pastikan motivasinya berasal dari prinsip gizi yang sehat dan realistis. Selalu utamakan edukasi dari ahli gizi atau tenaga profesional, bukan sekadar saran dari influencer yang belum tentu punya latar belakang kesehatan.

Yuk, Kenali Tujuan Sehat Versi Diri Sendiri!

Perjalanan menuju tubuh yang lebih sehat tidak harus selalu dibagikan ke publik atau divalidasi lewat likes dan komentar. Kamu punya hak penuh untuk menentukan arti “sehat” sesuai dengan kebutuhan, kenyamanan, dan kondisi pribadimu.

Jadi, jalani gaya hidup sehat karena kamu menghargai dan mencintai dirimu sendiri, bukan hanya karena ikut-ikutan tren. Kesehatan sejati datang dari keputusan sadar yang berpihak pada kesejahteraan diri, bukan dari keharusan tampil sempurna di mata orang lain.

Baca Juga: Sehat Ala Sosial Media: Tuntutan atau Kebutuhan?

Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien

Referensi

  1. Navigating Beauty Standards on Social Media: Impact of Appearance Activity on Adolescents’ Body Dissatisfaction (2025), Journal of Youth and Adolescence
  2. Citra Tubuh pada Remaja Pengguna Instagram (2019), Gadjah Mada Journal of Psychology
  3. Analisis Dampak Konten Visual terhadap Kesejahteraan Psikologis pada Media Sosmed Instagram (2024), Filosofi: Publikasi Ilmu Komunikasi, Desain, Seni Budaya
  4. Body Image Pada Remaja Putri Yang Menggunakan Media Sosial Tiktok (2023), Proyeksi: Jurnal Psikologi
  5. Dampak Media Sosial Terhadap Body Image Remaja Putri (2023), Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat
  6. State affect and body image effects of body positive social media content within a female chronic illness sample (2024), Body Image
  7. Cara Sehat Turunkan Berat Badan (2024), Kementerian Kesehatan RI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *