Tahu dan Tempe di Tengah Isu Kedelai Impor, Apakah Aman?

tahu-tempe-kedelai

“Selama 40 tahun terakhir, masyarakat Indonesia mengonsumsi tahu dan tempe dari kedelai GMO. Apakah ada laporan orang sakit gara-gara makan tempe?” ujar Aip Syarifuddin, Ketua Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), dalam wawancara yang menanggapi kekhawatiran publik terhadap kedelai impor. Pernyataan ini muncul di tengah maraknya konten media sosial yang mengaitkan kedelai GMO dengan risiko kanker, terutama karena penggunaannya dalam produk tahu dan tempe yang dikonsumsi luas di Indonesia.

Sebagian besar kedelai yang digunakan di Indonesia memang berasal dari Amerika Serikat dan Brasil, dan merupakan hasil rekayasa genetika. Namun, apakah itu berarti tahu dan tempe yang diolah dari kedelai tersebut berbahaya? Jawabannya tidak sesederhana asumsi viral yang beredar.

Menelusuri Jejak Perjalanan Kedelai GMO dan Glyphosate ke Indonesia

Kedelai GMO dikembangkan untuk meningkatkan hasil panen dan ketahanan terhadap hama. Dalam proses budidayanya, digunakan herbisida berbasis glyphosate, yang sempat dikaitkan dengan risiko kanker dalam studi toksikologi. Namun, lembaga pengawas seperti USDA, EPA, dan FDA di Amerika Serikat serta EFSA dan ECHA di Uni Eropa telah menetapkan batas aman residu glyphosate dalam produk pangan dan mengawasi penggunaannya secara ketat.

Guru Besar Keamanan Pangan IPB, Prof. Ahmad Sulaeman, menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti klinis kuat yang menunjukkan bahwa produk rekayasa genetika menyebabkan kanker. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa makanan GMO yang beredar di pasar internasional telah melalui penilaian keamanan yang ketat dan tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.

Apakah Proses Produksi telah Terjamin Keamanannya?

Lebih dari sekadar bahan baku, proses pembuatan tahu dan tempe memainkan peran penting dalam menjamin keamanan konsumsi. Tahapan seperti pencucian, perendaman, perebusan, dan fermentasi telah terbukti mampu mendegradasi komponen kimia yang mungkin tersisa pada kedelai, termasuk glyphosate.

Keberhasilan fermentasi oleh jamur Rhizopus spp. menjadi indikator bahwa kedelai tersebut tidak terpapar bahan berbahaya dalam kadar tinggi. Jika residu glyphosate melebihi ambang batas, jamur tidak akan tumbuh dengan baik, dan proses fermentasi akan gagal. Fakta bahwa tempe tetap dapat difermentasi dengan baik menunjukkan bahwa kadar residu berada dalam batas aman.

Tempe Sering Disebut sebagai Pilar Gizi dan Budaya

Tempe bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas kuliner Indonesia. Kaya akan protein nabati, vitamin B12, dan serat, tempe telah menjadi komponen penting dalam program gizi nasional, termasuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar anak sekolah dan kelompok rentan.

Forum Tempe Indonesia (FTI) bahkan telah mengkurasi perajin tempe bersertifikat higienis di berbagai daerah, memastikan bahwa produksi tempe lokal memenuhi standar keamanan pangan. Tempe tidak hanya menghidupkan UMKM, tetapi juga menjadi solusi gizi yang terjangkau dan berkelanjutan.

Alternatif dan Masa Depan Kedelai Lokal Asli Indonesia

Meski kedelai impor mendominasi pasar, kedelai lokal tetap memiliki potensi besar. Kandungan gizinya lebih tinggi dan bebas dari rekayasa genetika. Namun, tantangan produksi dan distribusi masih menjadi hambatan. Pemerintah dan pelaku industri perlu mendorong pengembangan varietas lokal yang kompetitif, sekaligus memperkuat sistem pertanian berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, diversifikasi sumber kedelai dan edukasi publik tentang keamanan pangan menjadi kunci. Informasi yang akurat dan berbasis data harus menjadi landasan kebijakan dan konsumsi, bukan asumsi yang menyesatkan.

Tahu dan tempe tetap menjadi pilihan aman dan bergizi bagi masyarakat Indonesia. Di tengah arus informasi yang kadang membingungkan, penting untuk kembali pada fakta dan proses. Ketika tradisi kuliner bertemu dengan ilmu pengetahuan, maka yang lahir bukan sekadar makanan, melainkan kepercayaan yang berakar pada pemahaman.

Baca Juga: Kenapa Tempe Bisa Jadi Sahabat Diet Kamu? Ini Jawabannya!

Referensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *