Benarkah Junk Food Menyebabkan Gangguan Kesehatan Mental?

Mungkin dari kita pernah merasakan adanya gangguan kesehatan mental seperti stress, depresi atau selalu merasa was- was dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, mungkin tanpa disadari kita pernah mengalami penurunan berat badan secara drastis karena depresi atau stress yang berkepanjangan (1). Sakit mental tentu saja dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, baik itu pada anak – anak hingga orang dewasa. Penyebab seseorang terkena gangguan mental sangat beragam, salah satunya dapat disebabkan karena mengonsumsi junk food. Wah, kenapa bisa ya? Yuk, kita simak penjelasan singkat berikut ini!

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor resiko terjadinya gangguan kesehatan mental dapat diakibatkan karena adanya masalah pada lingkungan sosial, keluarga hingga adanya kekerasan. Selain itu, pola makan juga merupakan salah satu faktor resikonya. Studi mengatakan bahwa kebiasaan konsumsi buah – buahan dan sayuran dapat meningkatkan kesehatan mental karena adanya kandungan vitamin, mineral dan antioksidan yang dapat melindungi terjadinya gangguan pada kesehatan mental (1)

Namun apa yang terjadi pada saat ini? 

Tentu saja zaman sekarang ini, terjadi peningkatan konsumsi makanan yang tinggi akan gula dan garam. Selain itu konsumsi makanan junk food juga semakin meningkat (1)

Junk food merupakan makanan dengan kandungan kalori, natrium serta lemak yang cukup tinggi, namun rendah akan kandungan serat (2). Makanan junk food itu termasuk apa aja ya? 

Sangat banyak dan cukup mudah untuk ditemukan di sekitar kita. Perlu diingat bahwa junk food tidak melulu tentang burger maupun pizza ya, makanan seperti keripik (chips), permen, ice cream, biskuit,  minuman maupun makanan kemasan dapat dikategorikan sebagai junk food(3). Kenapa? karena makanan tersebut tinggi akan kandungan kalori, gula, serta natrium. 

Lalu, apa hubungannya konsumsi junk food dengan gangguan mental? 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi seseorang mengkonsumsi junk food dengan adanya gangguan kesehatan mental. Semakin sering mengonsumsi junk food, maka gejala kesehatan baik secara fisik dan mental akan semakin terlihat. Studi yang dilakukan oleh Polat et al mengatakan bahwa konsumsi makanan junk food dapat meningkatkan produksi testosteron dan esterogen. Meningkatnya produksi hormon tersebut dapat dijadikan sebagai pemicu terjadinya stress (4).

Adanya zat perfluoroalkil (PFAs) dalam makanan junk food seperti pada hamburger, sosis, maupun pizza dapat menganggu fungsi dari hormon testosteron dan hormon steroid lainnya(5).Adanya zat PFAs ini juga dapat meningkatkan resiko anemia, kecemasan, serta insomnia yang dapat dijadikan sebagai pemicu ataupun gejala dari gangguan kesehatan mental(5). Hasil studi pun menunjukkan bahwa konsumsi junk food seperti keripik, kentang goreng, cokelat, kue, pizza maupun burger lebih banyak dikonsumsi oleh anak – anak dibandingkan orang dewasa. Junk food, terutama makanan yang tinggi rasa manis dan asin, dapat menghambat terjadinya proses informasi. Jadi, tidak heran kalau pada anak – anak kesulitan untuk berkonsentrasi belajar di sekolah karena adanya konsumsi makanan junk food secara berlebihan(1)

Bagaimana solusi untuk mencegah terjadinya gangguan pada kesehatan mental? 

Nah, tentu saja salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi konsumsi junk food. Mengurangi konsumsi junk food ini memang tidaklah mudah, perlu kerja sama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah dan turunannya untuk membuat sebuah program maupun kebijakan terkait konsumsi makanan kemasan maupun junk food, serta adanya kerja sama dari pihak masyarakat. Untuk sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Langkah kecil yang mungkin bisa kita lakukan untuk mengurangi terjadinya gangguan kesehatan mental yaitu dengan sering mengonsumsi sayuran dan buah – buahan. Ingat, bahwa kandungan vitamin, mineral dan antioksidan dalam sayur dan buah dapat membantu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental. Biasakan untuk konsumsi sayuran 4 – 5 porsi/ hari dan buah – buahan 2 – 3 porsi/hari sesuai dengan anjuran dari Kementerian Kesehatan Indonesia(1).

Baca juga: Mengapa Harus McDonald’s?

Referensi : 

  1. Hafizurrachman, Muhammad dan Risky Kusuma Hartono. 2021. Junk Food Consumption and Symptoms of Mental Health Problems : A Meta – Analysis For Public Health Awareness. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 
  2. Tanjung, Nadya Ulfa, dkk. 2022. Junk Food dan Kaitannya dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Volume 14 Edisi 3.
  3. Conner TS, et al. 2017.Let them Eat Fruit! The Effect of Fruit and Vegetable Consumption of Psychological Well-Being in Young Adults: A Randomized Controlled Trial. Plos One. 
  4. Polat S. Cuhaci, et al. 2014. Gynecomastia: Clinical Evaluation and Management. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. 
  5. Surya Anita. 2018. The Correlation Between Junk Food Consumption and Age of Menarche of Elementary School Student in Gedung Johor Medan. Unnes Journal of Public Health. 

Sumber gambar : Freepik.com | Penulis : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *