Maraknya penggunaan ChatGPT, Gemini AI, serta beberapa Chatbot AI dikalangan masyarakat sudah merambah ke berbagai bidang kehidupan mulai dari edukasi sampai pada nutrisi dan kesehatan. Dengan pengguna terbesar teknologi AI dan sosial media didominasi oleh Generasi Z dan Alpha, tak mengejutkan bahwa baru-baru ini banyak beredar tren penggunaan AI Chatbot dalam konsultasi diet, termasuk mencari rekomendasi workout plan, meal plan, dan dietary guidelines. Dikutip dari European Journal of Clinical Nutrition, pencarian informasi tentang seluk-beluk penyakit serta informasi bertujuan mengedukasi diri menjadi faktor utama penggunaan AI Chatbot ini. Namun apakah anda yakin bahwa jawaban yang diberikan oleh Chatbot AI sudah valid dan aman?
AI Chatbot: Bagaimana cara kerjanya?
AI Chatbot adalah sistem teknologi terbaru berbasis metode-metode artificial intelligence seperti natural language processing dan machine learning untuk mensimulasikan interaksi manusia. Mudahnya, metode ini adalah cabang ilmu komputer yang memungkinkan komputer memahami bahasa manusia dan mengolah algoritma menjadi suatu konklusi. Keduanya ditujukan untuk menciptakan platform komunikasi yang dinamis dan personal dalam topik yang spesifik. Seperti dalam ChatGPT, sistem ditujukan untuk dapat mengumpulkan insight dari jutaan pengguna dan membuat basis data lengkap yang terintegrasi (big data).
Rekomendasi Nutrisi Modern vs Tradisional: Validkah jawaban AI Chatbot atas pertanyaan seputar diet?
Pesatnya perkembangan teknologi memungkinan konsultasi gizi modern bertumpu pada teknologi terbaru Chatbot AI sebagai sistem pendukung kegiatan sehari-hari manusia, namun metode yang lebih awam bagi masyarakat saat ini adalah mengandalkan keahlian dan pengetahuan tenaga profesional ahli gizi atau ahli diet serta beberapa alat penunjang seperti validasi nutrient rich food index yang banyak diulas dalam Jurnal SAGO Gizi dan Kesehatan. Keduanya memiliki pro-kontra masing-masing seperti yang dibahas berikut.
Pendekatan Modern: Kekuatan super Chatbot AI
Baru baru ini, sebuah penelitian terkait metode pemberian rekomendasi nutrisi yang lebih modern telah dilakukan di Universitas Amasya (Turki) dan Universitas Pecs (Hungaria). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi beberapa chatbot AI, seperti ChatGPT 4.0, Gemini, dan Microsoft Copilot, dalam memberikan jawaban dan mendesain rencana diet yang sesuai kebutuhan individu (personalised diet plan).
Dari ketiga Chatbot AI yang diuji, penggunaan AI Chatbot dinilai efektif dalam merancang desain diet program dan memberikan informasi terkait personalized nutrition. ChatGPT 4.0 mendominasi tingkat akurasi algoritma paling tinggi terkait dengan kepatuhan kalori diet dalam desain program diet.
Kenyamanan dan tersedianya rekomendasi personal terkait nutrisi dan diet menjadi faktor utama penggunaan Chatbot AI dalam mencari informasi. Selain itu, Jurnal Scientifics Reports menyatakan bahwa tersedianya informasi yang cepat akibat kemudahan penggunaan Chatbot AI, serta database informasi yang luas dan hampir tak terbatas, berhasil mempopulerkan Chatbot AI di kalangan masyarakat.
Namun, konsumen perlu menyadari terkait rekomendasi diet yang diberikan Chatbot AI, apakah valid dan aman bagi kesehatan atau tidak. Dengan besarnya database informasi dan kurangnya ulasan dari tenaga profesional, pengguna Chatbot AI seringkali mempertanyakan keakuratan informasi yang diberikan.
Pendekatan Tradisional: Tenaga Profesional Ahli Gizi dan Referensi Diet Tervalidasi
Sementara itu, konsultasi gizi yang dilakukan bersama ahli gizi dan dietisien akan banyak menggunakan alat penunjang seperti Referensi Diet Tervalidasi. Standar regulasi dan alat penunjang ini lah yang dapat membuat masyarakat lebih percaya dan menjadikannya kelebihan dari pendekatan ini. Namun, banyaknya aturan dan guideline dalam pemberian rekomendasi nutrisi menjadikan proses pencarian informasi lebih banyak memakan waktu dan kurang efisien.
Kolaborasi sebagai Strategi Berkelanjutan
Maka, adanya perkembangan teknologi terbaru Chatbot AI seharusnya menjadi sarana penunjang bagi ahli gizi dan dietisien dalam mencakup masyarakat luas. Kolaborasi keduanya di masa yang akan datang akan menjadi strategi yang tepat dalam menunjang kesejahteraan masyarakat umum. Kesimpulannya, saat ini AI tidak dapat menggantikan peran ahli gizi dalam memberikan pendekatan diet personal yang akurat sesuai kebutuhan individu.
Baca juga: Ramai Isu Lulusan S1 Gizi Tidak Dapat STR, Lantas Bagaimana?
Editor: Rheinhard, S.Gz., RD
Referensi:
- Artificial Intelligence Chatbots for the Nutrition Management of Diabetes and The Metabolic Syndrome (2024). European Journal of Clinical Nutrition.
- Can AI chatbots master the science of dietary balance? – News Medical & Life Sciences
- AI nutrition recommendation using a deep generative model and ChatGPT (2024). Scientific Reports. 14640 (14)
- Personalized Nutrition: How AI Chatbots Redefine Dietary Guidance – LinkedIn
- Pengembangan dan validasi nutrient rich food index sebagau alat ukut kualitas konsumsi pada mahasiswa. (2024). Jurnal SAGO Gizi dan Kesehatan.