Viral MPASI Jepang, Ketahui Kelebihan dan Kekurangannya!

MPASI jepang

Media sosial sekarang ini, sedang ramai berbincang akan MPASI ala Jepang. Mereka beranggapan bahwa MPASI Jepang merupakan solusi untuk menghindari anak GTM dan cukup aman untuk diterapkan. Kira-kira apa ya yang membedakan MPASI Jepang dengan MPASI Lokal ? Yuk simak!

MPASI adalah makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan. Pemberian di usia tersebut mempertimbangkan kesiapan pencernaan, kemampuan motorik dan kebutuhan nutrisi bayi yang seiring dengan usia sudah berkembang pesat. MPASI dibutuhkan karena ASI saja sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang semakin meningkat seiring pertambahan usia. Asupan pendamping ini merupakan faktor krusial yang mendukung proses tumbuh kembang anak

Manfaat Pemberian MPASI

Pemberian MPASI sangatlah bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sang anak, sehingga MPASI tidak boleh dikesampingkan oleh para orang tua. Manfaat dalam pemberian MPASI diantaranya:

  • Mencegah terjadinya stunting pada anak
  • Menunjang pertumbuhan fisik dan fungsi kongnitif 
  • Memberikan asupan nutrisi yang seimbang
  • Mengurangi risiko kematian akibat malnutrisi
  • Imunitas

Aturan Pemberian MPASI pada Bayi

Berdasarkan anjuran WHO, MPASI dapat mulai diberikan kepada bayi ketika memasuki usia 6 bulan. Selain itu, orang tua harus memperhatikan kemampuan oromotor dan tekstur makanan yang diberikan

1. Bayi berusia 6-9 bulan, MPASI yang diberikan adalah menu lengkap dengan tekstur puree (ulek saring), lumat (mashed) minimal dua kali sehari

2. Bayi berusia 9-12 bulan, porsi yang diberikan adalah tiga kali sehari dengan tekstur makanan cincang halus (minced), cincang kasar (chopped), dan finger foods (makanan yang mudah dipegang, digigit, dan dikunyah)

3. Bayi berusia 12-23 bulan dimana frekuensi minum ASI sudah berkurang, sehingga makanan yang diberikan 3-4 kali sehari makanan semi padat atau memang sudah padat

MPASI Ala Jepang

Budaya Jepang mengambil pendekatan memperkenalkan bayi pada makanan orang tua yang dikonsumsi sehari-hari. Namun, MPASI Jepang memperkenalkan bayi pada makanan sejak usia 5 bulan dengan menu tunggal seperti nasi (dimasak, reboiled, dan tumbuk) roti (dilembutkan atau dihaluskan), kentang, tahu, teri, yoghurt, wortel, brokoli, apel dan lainnya yang prosesnya dihaluskan. Sebenarnya tidak berbeda jauh dengan MPASI Indonesia bedanya MPASI Indonesia mulai memperkenalkan makanan dalam tekstur yang berbentuk puree dimulai sejak 6 bulan

Kekurangan MPASI Ala Jepang

Dibanding dengan MPASI Lokal, dokter spesialis gizi klini, dr. Mutia Winanda, M Gizi, SpGk menyebutkan beberapa kekurangan dari MPASI Ala Jepang, yaitu

1. Tidak sesuai Rekomendasi WHO

MPASI Jepang dimulai sejak usia 5 bulan, berbeda dengan MPASI Indonesia dan Rekomendasi WHO dimana MPASI dimulai sejak usia 6 bulan

2. Komposisi Zat Gizi yang tidak Seragam

Di Indonesia, MPASI yang diberikan untuk usia 6 bulan adalah menu lengkap yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayur. Selain memiliki kandungan gizi yang lengkap, hal ini diperuntukan agar mengurangi risiko bayi menjadi “picky eater” selain itu, menu lengkap juga lebih baik karena gizi bayi dapat terpenuhi. Berbeda dengan MPASI Jepang, dimana tujuan makanan yang diberikan adalah untuk perkenalan bayi kepada makanan, sehingga menu makan yang diberikan adalah menu tunggal. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mendeteksi alergi terhadap makanan.

Kelebihan MPASI Jepang

Selain memiliki kekurangan dari segi pemenuhan gizinya, terdapat beberapa keuntungan dan kemudahan dalam menerapkan MPASI Jepang ini:

1. Menggunakan Nasi sebagai Makanan Pertama

Tidak berbeda jauh dengan Indonesia, di Jepang sendiri nasi diperkenalkan sejak awal MPASI sebagai sumber karbohidrat utama. Nasi yang memiliki rasa manis, mudah ditelan oleh bayi dan minim resiko alergi, hal ini sangat cocok untuk orang tua yang ingin mengetahui alergi pada anak

2. Pengenalan Tekstur Bertahap

Tak beda jauh dengan MPASI di Indonesia, di Jepang sendiri pun memperkenalkan tekstur secara bertahap sesuai dengan perkembangan bayi. 

3. Penggunaan Bahan yang Penuh Nutrisi

Setelah diperkenalkan dengan makanan pokok, secara bertahap bayi akan diperkenalkan dengan menu lengkap yang terdiri dari sayur, protein nabati, protein hewani dan alternatif lain seperti udon. Selain itu, baik MPASI Jepang dan MPASI Indonesia sama sama tidak menggunakan garam dan gula, sehingga rasa makanan yang dicicip oleh bayi adalah rasa asli dari bahan makanan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memiliki pedoman MPASI yang menyesuaikan dengan kebutuhan anak Indonesia yang diantaranya:

  • Pemberian menu lengkap di awal MPASI dan makanan yang diberikan pun mengikuti menu makan keluarga
  • Tidak menunda pemberian makanan bertekstur agar mampu melatih kemampuan oromotornya
  • Minyak dan santan diberikan untuk sumber energi tambahan
  • Gula dan garam pemberiannya pun perlu diperhatikan

MPASI Jepang yang menawarkan metode menarik karena kelebihannya dan pendektan orang tua yang ingin mengetahui adanya alergi makanan pada anak. Namun, penting sekali untuk orang tua Indonesia menyesuaikan metode ini dengan memperhatikan aspek nutrisinya. Selain itu, perlunya memperkenalkan menu makan Indonesia yang beragam juga dapat menghindari anak menjadi picky eater. Dengan memadukan pendekatan MPASI Jepang dan pedoman lokal dari IDAI diharapkan orang tua dapat memberikan nutrisi yang tepat untuk sang anak

Baca juga: Keunggulan dan Kekurangan Bubur MPASI Fortifikasi vs Homemade untuk Bayi

References:

  1. Transplantasi Mikrobiota Tinja: Selamatkan Nyawa dengan Fases – Mount Elizabeth
  2. Transplantasi Tinja Bantu Atasi Penyakit Kronis Pria Inggris – BBC NEWS
  3. https://www.alomedika.com/transplantasi-mikrobiota-feses-untuk-infeksi-clostridium-difficile
  4. Studi: Transplantasi Fases Bisa Bantu Obati Kanker Kulit – Klikdokter

Editor: Rheinhard, S.Gz., Dietisien

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *