Efek Media Sosial terhadap Persepsi Makanan Sehat dan Body Image Remaja

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan remaja. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai sumber utama informasi, hiburan, hingga gaya hidup. Salah satu dampak paling signifikan adalah bagaimana media sosial membentuk persepsi remaja terhadap makanan sehat dan citra tubuh (body image). Tapi apakah pengaruh ini selalu positif?

Makanan Sehat dalam Bingkai Estetika Digital

Remaja kini banyak mengakses konten makanan dari platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Influencer kesehatan dan food vlogger sering membagikan resep atau gaya hidup sehat dengan visual yang estetik dan narasi yang inspiratif. Namun, beberapa masalah muncul:

  • Makanan sehat yang tidak realistis: Banyak konten menggambarkan makanan sehat sebagai sesuatu yang mahal atau sulit didapat.
  • Tren diet ekstrem: Tren seperti diet keto, clean eating, atau intermittent fasting kerap disajikan tanpa konteks ilmiah yang cukup, membuat remaja rentan mencoba tanpa pemahaman gizi yang benar.
  • Distorsi persepsi: Remaja bisa menganggap hanya makanan “trendy” yang dianggap sehat, padahal makanan lokal tradisional juga bernilai gizi tinggi.

Studi dari Turner & Lefevre (2017) menunjukkan bahwa paparan terhadap gambar makanan sehat di media sosial dapat meningkatkan niat makan sehat, tetapi juga bisa menimbulkan rasa bersalah jika tidak bisa mengikuti standar tersebut.

Citra Tubuh: Ketika Media Sosial Menjadi Cermin yang Tidak Selalu Jujur

Media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan atau komunikasi, tetapi telah menjelma menjadi cermin virtual yang sangat mempengaruhi cara remaja memandang diri mereka sendiri. Setiap hari, remaja disuguhi berbagai citra tubuh yang dikurasi dengan sangat selektif dari unggahan para selebritis, influencer kebugaran, hingga teman sebaya yang tampak selalu “sempurna”. Dalam dunia digital ini, penampilan fisik sering kali menjadi tolok ukur utama dalam mendapatkan validasi sosial berupa likes, komentar positif, atau jumlah pengikut yang terus bertambah. Sayangnya, cermin ini tidak selalu memantulkan kenyataan yang sebenarnya.

  • Filter dan editan foto menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis.
  • Body positivity vs. body ideal: Meskipun ada gerakan positif seperti #body positivity, tetap ada dominasi citra tubuh kurus dan berotot sebagai “ideal”.
  • Perbandingan sosial: Melihat tubuh ideal secara terus-menerus dapat memicu rasa tidak puas terhadap tubuh sendiri.

Penelitian oleh Fardouly et al. (2015) menemukan bahwa remaja perempuan yang sering membandingkan diri di media sosial memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ketidakpuasan tubuh dan gangguan makan.

Dampaknya terhadap Pola Makan dan Kesehatan Mental

Efek gabungan dari standar kecantikan dan tren makanan di media sosial dapat menyebabkan:

  • Gangguan makan seperti orthorexia, anoreksia, atau binge eating.
  • Stres dan kecemasan akibat tekanan untuk tampil sempurna.
  • Pola makan tidak seimbang, seperti menghindari kelompok makanan tertentu karena mengikuti tren diet.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Di tengah derasnya arus informasi dan visual di media sosial yang begitu memengaruhi cara remaja berpikir, merasa, dan bertindak, peran kita sebagai orang dewasa, baik sebagai jurnalis, orang tua, guru, maupun pengguna media sosial menjadi sangat krusial dalam membentuk lingkungan digital yang lebih sehat dan suportif. Kita bisa melakukan beberapa hal berikut, yaitu:

  • Mendorong literasi media digital: Ajarkan remaja untuk berpikir kritis terhadap konten makanan dan tubuh di media sosial.
  • Membagikan konten realistis dan ilmiah: Termasuk mempromosikan makanan sehat lokal yang mudah dijangkau.
  • Membangun citra tubuh positif: Dukung keanekaragaman bentuk tubuh dan kesehatan mental.

Media sosial bisa menjadi alat yang sangat berpengaruh, baik membangun atau merusak persepsi remaja tentang makanan sehat dan citra tubuh. Dengan pemahaman yang tepat dan dukungan lingkungan sekitar, kita bisa bantu remaja membangun hubungan yang lebih sehat dengan makanan dan tubuh mereka.

Yuk, bijak bermedia sosial dan jadi bagian dari perubahan positif untuk generasi muda!

Baca Juga : Self Love dan Diet: Dua Hal yang Seharusnya Berjalan Bersama

Referensi

  1. Social comparisons on social media: The impact of Facebook on young women’s body image concerns and mood (2015), Elsevier
  2. Instagram use is linked to increased symptoms of orthorexia nervosa (2017), Springer Nature Link
  3. NetGirls: the Internet, Facebook, and body image concern in adolescent girls (2013), PubMed

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *