Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia kini menghadirkan inovasi yang mungkin mengejutkan banyak orang: penggunaan serangga sebagai alternatif protein. Badan Gizi Nasional (BGN) yang menginisiasi program ini percaya bahwa serangga seperti belalang dapat menjadi sumber protein lokal yang efisien, sekaligus menjawab tantangan gizi di Indonesia.
Mengapa Serangga? Nutrisi yang Tersembunyi dalam Sumber Protein Alternatif
Serangga, khususnya belalang, memiliki kandungan protein tinggi yang bahkan setara dengan daging merah. Dalam 100 gram belalang kering, terkandung sekitar 16.6% hingga 72% protein, bersama dengan mineral penting seperti zat besi dan zinc. Keunggulan ini menjadikan serangga pilihan menarik untuk memenuhi standar gizi yang ditetapkan oleh BGN, yaitu:
- 30% Protein
- 40% Karbohidrat
- 30% Serat
Bagi daerah yang memiliki sumber protein terbatas, serangga bisa menjadi jawaban untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dengan bahan lokal yang mudah didapat.
Tantangan dan Peluang: Bagaimana Penerimaan Masyarakat?
Walaupun menjanjikan, ide ini bukan tanpa tantangan. Banyak masyarakat Indonesia masih merasa ragu untuk mengonsumsi serangga, dengan alasan seperti:
• Stigma Kejijikan: Bentuk dan aroma serangga sering dianggap tidak menarik.
• Kehalalan: Sebagian masyarakat mempertanyakan status kehalalan serangga, meskipun beberapa jenis serangga sudah dikategorikan halal jika diproses dengan benar.
Namun, potensi lokal juga besar. Di beberapa daerah seperti Sulawesi dan Papua, konsumsi serangga seperti ulat sagu atau belalang sudah menjadi bagian dari tradisi. Dengan edukasi dan promosi yang tepat, persepsi negatif ini bisa diubah menjadi penerimaan positif.
Fleksibilitas Menu: Memberdayakan Daerah dan Komunitas Lokal
Salah satu keunggulan dari program MBG adalah fleksibilitasnya. Menu yang disusun tidak bersifat seragam secara nasional, melainkan disesuaikan dengan potensi lokal di setiap daerah.
Contohnya, daerah yang terbiasa dengan singkong dan jagung dapat menjadikan keduanya sebagai sumber karbohidrat utama. Begitu pula serangga, yang hanya akan dimasukkan di wilayah yang sudah akrab dengan konsumsinya.
Pendekatan ini juga berpotensi memberdayakan UMKM dan komunitas lokal, karena bahan pangan yang digunakan berasal dari sumber daya setempat. Hal ini tidak hanya meningkatkan ketersediaan pangan, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal.
Keberlanjutan: Mengapa Serangga Lebih Ramah Lingkungan?
Selain nilai gizinya, serangga juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan peternakan konvensional. Produksi serangga membutuhkan lebih sedikit lahan, air, dan pakan, serta menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Ini menjadikan serangga solusi berkelanjutan untuk ketahanan pangan masa depan.
Edukasi dan Masa Depan Program Makan Bergizi Gratis
Agar program ini berhasil, dibutuhkan strategi edukasi dan promosi yang efektif. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
1. Pengenalan Olahan Serangga yang Familiar: Mengubah serangga menjadi tepung protein yang dapat digunakan dalam biskuit atau makanan ringan.
2. Kolaborasi dengan Ahli Gizi: Untuk memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam setiap menu yang disajikan.
3. Kampanye Kesadaran: Memberikan informasi tentang manfaat kesehatan dan keberlanjutan konsumsi serangga.
Jika diterapkan dengan baik, program MBG berpotensi menjadi game-changer dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus menjawab tantangan pangan berkelanjutan.
Mari Coba Melihat Serangga sebagai Bagian dari Solusi
Penggunaan serangga sebagai alternatif protein dalam program makan bergizi gratis bukan hanya inovasi, tetapi juga langkah penting dalam menjawab masalah gizi dan keberlanjutan pangan. Meskipun ada tantangan dalam penerimaan masyarakat, edukasi yang tepat dapat membuka jalan bagi masa depan di mana serangga menjadi bagian tak terpisahkan dari pola makan kita. Apakah Kamu siap mencicipi masa depan?
Baca juga: Susu untuk Makan Bergizi Gratis (MBG): Penting atau Tidak?
Author: Rheinhard, S.Gz., Dietisien
Source:
- Belalang Akan Jadi Alternatif Protein Menu makan Bergizi Gratis – CNN Indonesia
- Kepala BGN Sebut Potensi Serangga Jadi Menu Makan Bergizi Gratis – Tempo
- Badan Gizi Usul ‘Serangga’ Masuk Opsi Menu Makan Bergizi Gratis, Begini respons Istana! – Kompas.tv
- Penerimaan Konsumsi Serangga Sebagai Pangan Berkelanjutan dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan pangan di Indonesia (2024), Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi “SainTek”
- Serangga – sumber protein masa depan | alfa laval
- Effect of Fortifying Sorghum and Wheat With Longhorn Grasshoper (Ruspolia differen) Powder on Nutritional Composition and Consumer Acceptability of biscuits (2024), Food Science & Nutrition
- Nutritional Characteristics of Teak Grasshopper (valanga nigricornis Burmeister), Cricket (Brachytrupes portentosus L.), and Mealworm (Tenebrio molitor) as Alternative Food Sources in Indonesia (2020), Indonesian Journal of Biotechnology and Biodiversity
- Formulation of Baby Biscuits with Subsitution of Wood Grasshopper Flour (Melanoplus cinereus) as An Alternative Complementary Food for Children (2020), Food Research