Di tengah tren makanan sehat ala Barat yang kian booming, kuliner tradisional seperti nasi lengko justru sering terabaikan. Padahal, makanan khas Cirebon dan sekitarnya ini menyimpan potensi besar sebagai sajian sehat dan ramah lingkungan.
Jejak Sejarah dan Asal Nama Nasi Lengko
Nasi lengko berasal dari kawasan pesisir utara Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Tegal, dan Brebes—daerah yang kaya akan tradisi kuliner lokal. Nama “lengko” memiliki beberapa versi asal-usul:
- Ada yang menyebut berasal dari kata Cirebonan yang berarti “acak-acakan”, merujuk pada cara penyajiannya yang sederhana dan tidak ditata rapi;
- Diambil dari kata “langka” (jarang atau sedikit), menggambarkan lauk yang terbatas serta kesederhanaannya
- Ada juga yang menyebutnya sebagai akronim dari “lengkap dan ekonomis” karena berisi nasi, lauk, dan sayur dengan harga terjangkau.
Nasi lengko mulai dikenal luas sejak era pasca-kemerdekaan, saat krisis ekonomi mendorong masyarakat Cirebon—terutama petani dan pekerja—untuk menciptakan makanan bergizi dari bahan sederhana seperti tahu dan tempe. Meski tampilannya sederhana, nasi lengko mencerminkan pola makan nabati yang sehat dan hemat, jauh sebelum konsep “plant-based” atau “clean eating” populer di masyarakat urban.
Komposisi Sederhana, Nilai Gizi Hebat
Nasi lengko terdiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan dan sebagian besar ditanam sendiri oleh masyarakat lokal: nasi putih, tahu dan tempe goreng, irisan mentimun, tauge rebus, daun kucai, dan siraman bumbu kacang. Pelengkap seperti sambal dan kerupuk (udang atau melinjo) biasanya disajikan sesuai selera.
Jika dilihat dari sisi gizi, seporsi nasi lengko (±300 gram) umumnya mengandung:
- Energi: 558 kalori
- Protein: 23,64 gram
- Lemak: 22,54 gram
- Karbohidrat: 69 gram
Bahan utama seperti tempe mengandung protein lengkap dan probiotik, yang baik untuk kesehatan pencernaan dan jantung. Selain itu, sayuran mentah dan rebus dalam nasi lengko memberi asupan vitamin dan mineral tanpa kehilangan zat gizi karena proses memasak berlebih. Bumbu kacangnya pun lebih sehat dibanding kuah santan, karena kaya lemak tak jenuh tunggal yang membantu mengontrol kolesterol.
Cocok untuk Gaya Hidup Fleksitarian dan Vegetarian
Nasi lengko merupakan contoh sempurna makanan berbasis nabati yang fleksibel. Tanpa tambahan telur atau kerupuk hewani, ia sudah bisa masuk dalam kategori vegan. Bagi yang sedang beralih ke pola makan fleksitarian—yakni mengurangi konsumsi daging tanpa sepenuhnya menjadi vegetarian—nasi lengko bisa menjadi solusi ideal: enak, murah, dan mengenyangkan.
Dibandingkan salad impor, nasi lengko menawarkan rasa lokal yang lebih familiar. Ia juga punya keunggulan dari sisi ketersediaan bahan dan harga. Bahkan menurut Kementerian Kesehatan RI, pola makan dengan porsi sayur dan protein nabati yang dominan terbukti dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Kuliner Tradisional yang Perlu Diberi Panggung
Meski kaya manfaat, nasi lengko belum banyak mendapat tempat dalam kampanye makanan sehat nasional. Banyak orang—terutama generasi muda—masih menganggapnya sebagai makanan “kampung” atau sekadar opsi darurat di warung pinggir jalan.
Padahal dari perspektif pangan berkelanjutan, nasi lengko sangat ramah lingkungan. Semua bahannya bisa diproduksi lokal tanpa perlu impor atau proses industri tinggi. Dengan kemasan modern, label informasi gizi, dan edukasi yang tepat, nasi lengko sangat berpotensi untuk diangkat ke level yang lebih tinggi—baik di kantin sekolah, kafe sehat, hingga katering korporat.
Kesimpulan
Apple Friends, Nasi lengko bukan cuma makanan tradisional biasa. Ia adalah bukti bahwa kearifan lokal Indonesia bisa sejalan dengan prinsip hidup sehat dan berkelanjutan. Jangan remehkan tampilannya—di balik kesederhanaannya, tersimpan kekuatan yang patut dirayakan. Cobalah sajikan nasi lengko di rumah, temukan kembali rasanya di warung langganan, atau ceritakan kisahnya ke teman-teman—karena mengenalkan kembali makanan sehat lokal juga bagian dari mencintai Indonesia.
Baca Juga: Nasi Grombyang, Si Kuah Mewah dari Pemalang
Referensi
- Trivia Nasi Lengko, Kuliner Pantura – IDN Times
- Nasi Lengko – Majalah Cirebon Katon
- Authorised EU Health Claim for MUFA and PUFA in Replacement of Saturated Fats (2018), Elseiver
- Diet Nabati untuk Tubuh dan Bumi – Kementerian Kesehatan RI
Editor: Mentari Suci Ramadhini Sujono, S.Gz., Dietisien